Horor Rasa Baru itu Ada di Film 'Happy Death Day'

horor rasa baru happy death day
Universal Pictures

Ketika pembunuhan terjadi pada diri seseorang, ternyata ia terbangun dari tidurnya, lalu terbunuh lagi, bangun lagi dalam kondisi akan ruang dan waktu yang sama, begitu seterusnya sehingga ia menyadari bahwa dirinya terjebak pusaran waktu!

Mungkin beberapa orang pernah mengalami déjà vu, namun jika hal tersebut terjadi berulang kali, maka persoalan semakin besar. Film Happy Death Day menggabungkan beberapa genre yang bersifat hybrid antara horor slasher, thriller, misteri atau suspens, supranatural serta komedi yang diselingi bumbu romantis dan sedikit aksi laga.

Film jenis ini bagaikan meredefinisi horor slasher klise tipikal yang telah lama dianggap tenggelam dan tergantikan oleh horor supranatural bergaya old school, kesadisan horor penyiksaan serta maraknya pembuatan ulang.


Kolaborasi penulis Scott Lodbell dan sutradara Michael B. Landon dianggap mampu melawan arus tren film horor saat itu. 

Happy Death Day mengisahkan Tree (Jessica Rothe) yang mengalami kematian yang berulang kali, akibat dibunuh oleh seseorang misterius di hari ulang tahunnya. Namun setelahnya, ia selalu terbangun dalam kondisi yang sama persis, berulang kali.

Menyadari hal tersebut, Tree mempelajari bahwa ia harus mengantisipasi peristiwa yang akan menimpa dirinya melalui bantuan Carter (Israel Broussard) sejak ia selalu terbangun di kamar Carter, serta menyelidiki siapa saja yang berpotensi untuk membunuh dirinya.

Baca juga: Groundhog Day (1993) : Intropeksi dalam Pusaran Waktu
 
Melalui premis menarik tersebut, yang disajikan dalam alur cerita yang terus berulang di masa-masa awal, tentu saja semakin membuat penasaran terhadap apa yang akan terjadi berikutnya.


Saya pun kesulitan menebak siapa karakter yang membunuh Tree, serta mengapa ia terjebak dalam pusaran waktu (time loop).
 
Beberapa saat setelah Tree mengalami hal yang sama persis setiap ia terbangun, ia mengambil tindakan dengan mengacak alur kisahnya sendiri. Maka, kejutan demi kejutan pun terjadi, terlebih setelah satu-persatu orang yang ia curigai malah ikut terbunuh.

review film happy death day
Universal Pictures

Terjadinya pola di film ini, sepertinya memang terinspirasi dari film seperti halnya di film Groundhog Day (1993) tentang pusaran waktu, serta karakter sang pembunuh yang mengenakan topeng bermuka bocah di lingkungan kampus, mirip dengan film Scream (1996).

Meski ada argumen yang mengkaitkan pusaran waktu dengan fiksi ilmiah, namun Happy Death Day tidak pernah mengungkapkan misteri tersebut hingga di akhir cerita, maka saya cenderung merujuk pada elemen supranatural.


Dikarenakan banyak kemungkinan yang terjadi, terlebih pembunuhan terjadi bertepatan dengan hari ulang tahun dari karakter utamanya, yang bisa saja bersifat sakral atau magis.

Nilai filosofi yang diangkat dalam film ini, terutama di pertengahan cerita, turut mengembangkan sekaligus secara perlahan mengubah karakter Tree, terhadap sifat dan sikap pada dirinya. 

Hubungan buruk dengan ayahnya, perselingkuhan dengan salah satu dosennya, serta beberapa orang yang ia kenal, mengevaluasi dirinya sendiri, setelah apa yang ia alami berulang-kali.

Alurnya pun mudah mudah dicerna, dengan gaya ringan dan komedi serta humor segar, tidak seperti saat menyaksikan film Looper (2012) atau bahkan film Memento (2000). 


Sejumlah adegan dan gaya mulai dari pengintaian, kemudian mendekati korban hingga eksekusi pembunuhan, juga adegan di rumah sakit, sekilas mirip dengan dua film awal Halloween

Film Happy Death Day tidak dikemas secara serius, meski intensitas dan sedikit kengerian tetap eksis, yang tercampur dengan keseruan aksi laga dalam adegan pengintaian dan di dalam rumah sakit, romantisme antara Tree dan Carter secara perlahan mulai muncul.

Serta sejumlah kekonyolan yang merupakan bagian dari komedi seperti munculnya teman sekamar Carter sesaat setelah Tree terbangun dan beberapa adegan saat ia keluar dari asrama kampus.

happy death day film horor rasa baru
Universal Pictures

Jangan membayangkan adanya adegan sadis berdarah yang umumnya terdapat dalam film slasher, karena adegan pembunuhan di film ini begitu ringan, namun yang paling mengganggu adalah jump scare.

Baca juga: Happy Death Day 2U (2019) : Terungkapnya Misteri Pusaran Waktu

Fokus dan eksploitasi karakter Tree, yang diperankan dengan baik oleh Jessica Rothe, sebagai seorang gadis yang memiliki sikap sentimen, menyebalkan dan terkesan arogan. Ia sepertinya terlihat tangguh, namun di dalam dirinya cukup rapuh.

Sedangkan karakter pendukung yang merupakan love interest-nya yakni Carter yang diperankan Israel Broussard cukup baik, sebagai protagonis yang sepertinya tidak berbahaya. 

Adapaun dua karakter konyol, yakni Gregory seorang dosen yang berselingkuh dengan Tree di awal-awal cerita, serta teman sekamar Carter yang selalu membuat saya tertawa.

Film Happy Death Day dianggap cukup piawai dalam memainkan irama pergerakan kamera, dari satu adegan ke adegan lainnya. Beberapa kejadian kilas balik pun digarap dengan speed yang tidak terlalu cepat.


Begitu pula dengan kontinuitas adegan pengulangan ketika Tree terbangun, diambil dari berbagai sudut berbeda, sehingga tidak membosankan.
 
Meski adegan aksi laganya terkesan berlebihan serta kurang kreatifnya berbagai adegan kematian, namun mampu tertutupi oleh berbagai elemen yang unggul seperti adegan yang cukup menyentuh saat Tree bertemu dengan ayahnya.

Happy Death Day adalah sebuah horor rasa baru yang unik dan segar, melalui hiburan yang bakal dikenang, sehingga rasanya bakal ditonton ulang.

Score : 3.5 / 4 stars

Happy Death Day | 2017 | Horor, Thriller, Slasher, Aksi Laga, Supranatural | Pemain: Jessica Rothe, Israel Broussard, Ruby Modine, Rachel Matthews, Charles Aitken | Sutradara: Christopher B. Landon | Produser: Jason Blum | Penulis: Scott Lodbell | Musik: Bear McCreary | Sinematografi: Toby Oliver | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 96 Menit

Comments