Head to Head : Nikita (1990) vs Point of No Return (1993)

head to head nikita vs point of no return
Warner Bros Pictures,
Gaumont Film Company, Les Film Du Loup, Cecchi Gori Group Tiger, Cinematografica

Jika ditinjau dari filmografinya, sineas asal Perancis Luc Besson rupanya memang seorang spesialis yang cukup sering menangani sejumlah film bertemakan seorang pembunuh profesional (assassin).

Di era 90’an, ia melahirkan dua film signifikan dan berpengaruh terhadap generasi selanjutnya, yakni Nikita (1990) dan Léon : The Professional (1994). Pada dekade berikutnya, ia juga menulis cerita serta memproduseri sejumlah film dengan formula serupa, seperti Kiss of the Dragon (2001), The Transporter (2002), Colombiana (2011) serta 3 Days to Kill (2014).


Baca juga: Top 10 Karakter Wanita Heroik dalam Film

Film Nikita dan Léon : The Professional mendapatkan perhatian dari publik dan industri perfilman di Amerika, sebagai seorang sineas yang layak diperhitungkan dalam membuat sebuah film aksi yang dramatis, penuh gaya dan tentunya dengan mengeksplorasi transformasi karakter utamanya, untuk sebuah perubahan dan tujuan hidup.

Film Nikita adalah awal dari semua film aksi laga yang memadukan drama thriller, petualangan dan romantisme, dengan premis sederhana yang menekankan perubahan arah hidup berdasarkan pilihan dilematis, serta dipadukan dengan gaya hidup layaknya penyamaran seorang agen rahasia.

Karakter Nikita yang diperankan oleh Anne Parillaud adalah seorang gadis muda yang menjadi titik sentral sebuah cerita dramatis yang cukup emosional, sehingga berhasil membuat saya bersimpati sekaligus kagum terhadap karakternya.

Di tahun 1993, Hollywood mengadaptasinya dengan judul Point of No Return atau The Assassin yang dibintangi Bridget Fonda sebagai Maggie dan disutradari oleh John Badham.

review film nikita
Gaumont Film Company, Les Film Du Loup, Cecchi Gori Group Tiger, Cinematografica

Inti ceritanya sama, yakni seorang gadis muda yang kecanduan narkoba, bernama Nikita / Maggie, terlibat sebuah insiden dalam baku tembak, ketika Nikita / Maggie dalam keadaan teler membunuh salah seorang polisi yang hendak menolongnya.

Ia dieksekusi oleh pengadilan dengan hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati dalam masing-masing kedua versi filmnya.

Sesaat kemudian ia dihampiri oleh Bob (Tchéky Karyo dalam film Nikita dan Gabriel Byrne dalam film Point of No Return) seorang agen pemerintah yang menawarinya pekerjaan sebagai pembunuh bayaran, sebagai grasi atas tindakannya tersebut.

Awalnya Nikita / Maggie enggan, namun akhirnya ia setuju dan mengikuti proses perekrutan, mulai dari latihan menembak, fisik dan bela diri, persenjataan, hingga bagaimana caranya berpenampilan dan bersikap yang dibimbing oleh Amande (Jeanne Moreau) / Amanda (Anne Bancroft). 

Nikita / Maggie yang lulus dalam tugas pertama, akhirnya diberi kebebasan untuk menjalani kehidupannya sebagai agen yang sewaktu-waktu aktif dan diberi nama kode Marie / Nina. 


Ia mulai kehidupan barunya, seiring dengan perubahan sifat, sikap dan perilakunya, serta bertemu dengan seorang pria bernama Marco (Jean-Hugues Anglade) / J.P. (Dermot Mulroney), menjalin hubungan asmara dengannya.

review film point of no return
Warner Bros Pictures

Masa-masa indah kehidupan asmaranya yang normal tersebut, mulai terusik dengan beberapa tugas yang diperintahkan Bob, yakni untuk membunuh sejumlah target tertentu. Nikita / Maggie akhirnya enggan melakukan tugas selanjutnya serta memohon kepada Bob agar ia bisa berhenti.

Namun ternyata tidak semudah itu, apalagi di tugas terakhirnya hadir seorang pembunuh profesional yang dijuluki "The Cleaner" (Jean Reno / Harvey Keitel), lalu mampukah Nikita / Maggie menghindari dilema tersebut?

Dua versi film tersebut menuturkan cerita yang sama, baik secara struktur maupun alur. 


Yang membedakan adalah beberapa detail minor, seperti karakter Maggie menggemari penyanyi Nina Simone, hingga salah satu lagu hits-nya, Feeling Good diputar dalam adegan saat Maggie sedang belanja di supermarket atau lagu Simone lainnya diputar saat ia termenung di dalam kamarnya saat dalam proses karantina.

Baca juga: Head to Head : The Girl with the Dragon Tattoo 2009 vs 2011

Perbedaan lainnya yakni penamaan beberapa karakter pendukungnya. Marco berprofesi sebagai kasir di sebuah supermarket, sedangkan J.P. sebagai fotografer.


Juga tugas terakhir Nikita yakni membunuh seseorang di Kedutaan Besar yang menjual informasi penting negara, sedangkan target Maggie yakni seorang milyuner yang menjual informasi nuklir kepada sejumlah negara musuh. Pendekatannya pun berbeda dan penuh trik tersendiri.

Performa Anne Parillaud sebagai Nikita, dirasa lebih emosional dan ekspresif, serta cenderung rapuh bagaikan seorang gadis yang mudah terpancing rasa panik atau kecemasan.


Lain halnya karakter Maggie yang diperankan oleh Bridget Fonda, terlihat lebih tangguh serta lebih mudah menjalankan semuanya dengan ekspresi yang kurang menonjolkan sisi kewanitaannya. Berdasarkan selera saya, penampilan fisik yang menawan dari Fonda mampu menutupinya.

review film la femme nikita
Gaumont Film Company, Les Film Du Loup, Cecchi Gori Group Tiger, Cinematografica
 
Karisma pesona dari aktor Inggris, Gabriel Byrne sebagai Bob lebih bisa mengimbangi karakter Maggie, sebagai seorang perekrut yang sebenarnya menyukai dan menyayangi Maggie, serta berhasil membangun ikatan yang terjalin lebih baik dibandingkan Tchéky Karyo yang lebih dingin dan agak kaku, di tengah-tengah berbagai konflik tugas yang mereka jalankan.

Sedangkan persamaan karakter Amande (Jeanne Moreau) / Amanda (Anne Bancroft) memang tidak bisa dibedakan performanya, karena sama-sama bermain sangat baik dengan wajah yang juga mirip.

Dari sisi sinematografi, versi Luc Besson terlihat lebih unggul dalam menyajikan berbagai sorotan yang menarik, seperti close-up kamera dari sudut tertentu, permainan cahaya dan satu warna dominan seperti pada adegan awal di sebuah apotek.

Terselipnya unsur noir dalam beberapa adegan yakni jalanan aspal yang basah, salah satu adegan di dalam koridor di markas agensi atau adegan di kantor kedutaan besar, atau nuansa romantis salah satu keindahan sudut di jalanan kota Paris di malam hari yang gelap dan dingin yang hanya diterangi oleh sejumlah lampu jalan berukuran kecil.


Sedangkan versi Amerika cenderung lebih standar, dengan memainkan kekontrasan warna.

Tentu saja adegan aksi dikenang di film Nikita, adalah saat Nikita dengan gaya yang khasnya berguling saling tembak-menembak atau sedang meringkuk dari tembakan para musuh dibalik kitchen set di sebuah dapur restoran.

ulasan film point of no return
Warner Bros Pictures
 
Sedangkan di film Point of No Return, diperlihatkan sejumlah gerakan slow-motion, saat Maggie beraksi dalam baku tembak di sebuah restoran, lebih didramatisir namun tidak berlebihan.

Yang saya paling suka yakni scoring indah dari Hans Zimmer di film Point of No Return. Hampir di sepanjang cerita, dentingan piano yang diiringi instrumen lainnya, menyulut emosi dari rasa yang melankolis bertransisi menjadi perasaan riang dan muncul, serta  semangat yang menandakan adanya kehidupan baru, sesuai dengan transisi karakter Maggie dengan perubahan kehidupannya. 

Berbeda dengan film Nikita, yang tidak dominan dengan aransemen musik di sepanjang cerita, hanya dalam beberapa adegan tertentu saja, meski sama-sama menyentuh emosi saya, namun tidak sekuat Point of No Return.


Tampaknya film Nikita, melalui pace yang lebih lambat, lebih menekankan pada naturalisasi akting, tanpa dramatisasi yang berlebihan, meski tipikal film Eropa tersebut memang cenderung sedikit jenuh dan kurang greget.

Secara keseluruhan, kedua film ini sama-sama menarik dengan masing-masing keunggulan dan kelemahannya yang saling melengkapi satu sama lain, sehingga boleh dibilang sama bagunya.

Persamaan terhadap eksplorasi sisi humanitas karakter utamanya, dari seseorang yang bukan siapa-siapa, yang hidupnya hancur seperti sampah, ketika berada dalam sebuah pilihan hidup, menjadi seseorang yang berarti.


Namun pilihan hidup itu ternyata juga merenggut batinnya sendiri secara moral yang dipertanyakan, meski untuk kepentingan negara.

Layaknya film adaptasi, tidak ada pengaruh yang mana mau ditonton duluan, pilihan ada pada anda.

Genre : Drama, Aksi Laga, Thriller

Nikita | 1990 | Score: 3 / 4 stars | Pemain: Anne Parillaud, Jean-Hugues Anglade, Tchéky Karyo, Jeanne Moreau, Jean Bouise, Jean Reno, Philipe Lerroy, Roland Blanche, Jacques Boudet | Sutradara: Luc Besson | Produser: Patrice Ledoux | Penulis: Luc Besson | Musik: Éric Serra | Sinematografi: Thierry Arbogast | Distributor: Gaumont Film Company, Les Film Du Loup, Cecchi Gori Group Tiger, Cinematografica | Negara: Perancis, Italia | Durasi: 117 Menit

Point of No Return | 1993 | Score: 3 / 4 stars | Pemain: Bridget Fonda, Gabriel Byrne, Dermot Mulroney, Anne Bancroft, Harvey Keitel, Miguel Ferrer | Sutradara: John Badham | Produser: Art Linson, D.J. Caruso | Penulis: Berdasarkan film Nikita karya Luc Besson. Naskah: Robert Getchell, Alexandra Seros | Musik: Hans Zimmer | Sinematografi: Michael Ferris, Michael Watkins | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat, Perancis | Durasi: 109 Menit

Comments