The Nun (2018) : Horor Gothic yang Kurang Asyik

the nun horor gothic kurang asyik
Warner Bros Pictures

Sinema horor review The Nun, spin-off The Conjuring kisah seram setan Valak tema gothic yang kurang asyik

Film The Nun saat ini sedang hype dan laris manis di boskop, mengisahkan setan Valak, sekaligus prekuel dan sempalan The Conjuring dengan tema gothic.

Bersama dengan The Conjuring dan Annabelle, film The Nun adalah bagian dari The Conjuring Universe yang dimulai sejak tahun 2013 silam. 

Karakter Valak atau yang disebut "The Nun" muncul pertama kali dalami The Conjuring 2 (2016), audien terkesan lalu dibuatkan film tersendiri.

Baca juga: Dead Silence (2007) : Horor Ventriloquisme Modern Rasa Klasik

Mungkin karena figur Valak itu unik, mengenakan jubah biarawati dengan latar belakang misterius yang berhubungan dengan Gereja Katholik.

Tentu saja semua itu berhubungan dengan tradisi kuno yaitu yang baik versus yang jahat, dalam konteks religius.

Film The Nun mengisahkan tahun 1952 di sebuah Biara CârÅ£a, Rumania, saat kekuatan jahat misterius keluar dari sebuah pintu terlarang yang bertuliskan “Tuhan berakhir disini”.

Semua biarawati pun tewas, sedangkan biarawati terakhir yang tersisa yaitu Victoria, akhirnya bunuh diri agar jiwa nya terhindarkan dari kekuatan jahat itu.

Sementara di Vatikan, pastur Burke (Demián Bichir) ditugaskan menyeldiki hal tersebut, bersama dengan Suster Irene (Taissa Farmiga).

Irene merasa heran dengan tugas tersebut, mengingat ia dalam masa percobaan dan belum resmi menjadi biarawati.

Melalui bantuan Maurice “Frenchie” Theriault (Jonas Bloquet), seorang warga lokal yang pertama kali menemukan jasad Victoria, mereka memasuki biara itu. 

Namun apa yang mereka alami selanjutnya, menjadi sebuah teror yang mengerikan.

Premis cerita The Nun sangat sederhana, yaitu menghadapi kekuatan jahat berupa setan atau iblis yang berada dalam Biara CârÅ£at. 

Sosok Valak atau The Nun, tak lain merupakan salah satu wujud iblis itu sendiri.

review film the nun
Warner Bros Pictures

Kedua figur protagonis yaitu Burke dan Irene, menjadi simbol seklaigus perwakilan kekuatan baik dari Gereja yang bertujuan untuk memerangi kekuatan jahat Valak. 

Namun ada kejanggalan menghampiri benak saya, mengapa Irene yang terpilih serta apa benar ia merupakan karakter kunci dari cerita The Nun?

Misteri asal mula kekuatan jahat dalam biara itu jadi pertanyaan selanjutnya, juga mengapa kekuatan itu menjelma jadi wujud biarawati, semakin menarik.

Semuanya itu dikemas menjadi suatu rangkaian utuh, melalui alur kisah yang cukup rapi dan bisa dinikmati dengan oktan horor yang cukup tinggi.

Selain itu juga banyak adegan intens dengan permainan ritme yang diatur cukup rapat.

Seperti pada sejumlah film lain dalam The Conjuring Universe, arahan dan gaya akan berbagai adegan aksi dan menyeramkan, disajikan dengan gaya old school.

Dominasi suram, cahaya minim, kengerian terhadap suasana ganjil, ditambah setting bangunan biara kuno klasik dari abad pertengahan, menjadi nilai plus film The Nun.

Atmosfir horor film ini kental dalam suasana mencekam, terlebih lokasi nya jauh dari peradaban atau pemukiman penduduk.


Banyak kejutan terjadi di sepanjang cerita, namun yang dimaksud adalah berbagai adegan mengejutkan sekaligus meyebalkan, yaitu jump scare yang tidak perlu. 


Sejumlah hal terjadi untuk menakuti figur protagonis melalui teknik horor modern yang seharusnya minimal, alih-alih menghadirkan kejutan dalam memecahkan misteri.

Figur Irene, Burke, serta Frenchie awalnya dibuat penasaran terhadap situasi ganjil dalam alur babak pertama dan kedua, melalui ritme yang pas.

Seketika dalam beberapa adegan dikejutkan begitu saja dengan berbagai hal yang dirasa berlebihan, ibarat naik coaster dalam taman diburan.

Misteri yang akhirnya terpecahkan, seiring dengan begitu mudah eksekusi nya, cenderung menjadi hambar saat menjelang seperempat akhir cerita.

Tanpa ada sebuah pelintiran, serta kurang timbul intrik signifikan, akibatnya menjadi lemah dalam konklusi cerita, berakhir klise.

the nun film horor gothic kurang asyik
Warner Bros Pictures

Hal itu diperparah tanpa ada kedalaman karakter Irene dan Burke, sesuai dengan latar belakang nya.. 

Tidak diperlihatkan pula pergumulan batin dalam diri mereka, saat melakukan konfrontasi dengan kekuatan jahat itu.

Performa Taissa Farmiga sebagai Suster Irene, cukup mencuri perhatian dengan keluguan yang terpancar melalui wajah dan tatapan mata.

Aktor Demián Bichir sebagai Pastur Burke mengingatkan saya akan Pastur Philip Lamont. yang diperankan Richard Burton dalam Exorcist II: The Heretic (1977), sebagai seorang yang kaku dan kurang ekspresif.


Sedangkan figur Frenchie yang diperankan Jonas Bloquet, tak lebih sebagai penggembira yang cukup menghibur.

Baca juga: The Changeling (1980) : Bukan Sekadar Film Hantu

Scoring yang diaransemen Abel Corzeniowski cukup standar sebagai film horor, namun mungkin terdengar cukup ikonik dalam adegan saat wujud Valak muncul berupa bayangan.

Itulah adegan terseram dalam The Nun.

Seperti hal nya dalam The Conjuring 2, wajah Valak yang diperankan Bonnie Aarons, sekilas mirip dengan vokalis grup Twisted Sister, yaitu Dee Snider. 

Saat ekspresi gerak muka berwujud iblis itu dalam sorotan dekat, malah tidak seram, mungkin karena efek CGI yang terlalu manipulatif?

Film The Nun ternyata tidak sesuai ekspektasi awal saat promosi sebagai bagian dari The Conjuring Universe, seperti hal nya Annabelle (2014).

Dibalik kisah horor klasik dengan tema dan setting yang menjanjikan, The Nun terasa kurang untuk eksplorasi elemen cerita dan karakter, serta penyelesaian yang tidak memuaskan.

Demikian sinema horor review The Nun, spin-off The Conjuring kisah seram setan Valak tema gothic yang kurang asyik

Score: 2 / 4 stars

The Nun | 2018 |  Horor, Suspens, Gothic |  Pemain:  Demián Bichir, Taissa Farmiga, Jonas Bloquet, Bonnie Aarons, Ingrid Bisu | Sutradara: Corin Hardy | Produser: Peter Safran, James Wan | Penulis:  James Wan, Gary Dauberman | Sinematografi: Maxime Alexandre | Musik: Abel Corzeniowski | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 96 Menit

Comments