Double Review : Romeo and Juliet (1968 dan 1996)

review film romeo and juliet klasik modern
Paramount Pictures, 20th Century Fox

Kisah tragedi romansa Romeo and Juliet karya William Shakespeare telah diadaptasi dengan total sekitar 30 film.

Selain versi George Cukor di tahun 1936, ada dua film yang akan saya ulas berdasarkan kepopuleran dan boleh dibilang yang terbaik, yakni Romeo and Juliet (1968) versi Franco Zeffirelli, serta Romeo + Juliet (1996) versi Baz Luhrmann. 
 

Kali ini ulasan film sengaja tidak menggunakan judul “head to head”, karena kedua film ini bukanlah materi perbandingan antara orisinal dan pembuatan ulang.
 
review film romeo and juliet 1968
Paramount Pictures
Romeo and Juliet (1968)

Abad ke-16 di Verona, persetuan abadi antara keluarga Capulet dan Montague terus berlangsung, hingga membuat gusar The Prince sebagai otoritas hukum tertinggi di kota tersebut.

Adalah Romeo (Leonard Whiting) putra dari Lord dan Lady Montague, sepupunya Benvolio, sahabatnya Mercutio (John McEnery) beserta sekelompok kawanannya diam-diam menghadiri pesta yang diadakan keluarga Capulet.

Dalam pesta Romeo bertemu dengan Juliet (Olivia Hussey) anak dari Lord dan Lady Capulet, seketika juga mereka saling tertarik dan jatuh cinta, namun kehadiran Romeo diketahui sepupu Juliet yakni Tybalt (Michael York) yang penuh dengan kebencian.

Pertemuan rahasia Romeo dan Juliet akhirnya membawa mereka menuju pernikahan secara diam-diam, yang dibantu oleh The Nurse (Pat Heywood) dan diatur oleh Pendeta Laurence (Milo O’Shea).

Sebuah insiden menewaskan Tybalt yang menantang kelompok Montague, setelah sebelumnya ditolak oleh Romeo yang memilih damai, namun menyebabkan Mercutio tewas dan membuatnya murka.

Maka, Romeo diasingkan ke sebuah lokasi sesudah bertemu diam-diam untuk terakhir kalinya dengan Juliet. Sementara Juliet menentang saat dipaksa menikah seorang pria bangsawan bernama Paris, pilihan orangtuanya.

Juliet dalam keadaan putus asa ia menemui Laurence yang kemudian memberikan ramuan kepadanya agar pura-pura mati dan bersamaan dengan itu ia menyurati Romeo akan rencana tersebut, dengan harapan agar mereka bisa dipertemukan kembali.

ulasan film romeo and juliet 1968
Paramount Pictures
Saya tidak pernah sekalipun membaca literatur kisah Romeo and Juliet, apalagi menonton beberapa film klasiknya.

Tapi begitu menyaksikan versi ini, langsung perasaan dan emosi saya begitu terangkat, serta begitu membekas dalam hati dan pikiran, tipikal adaptasi Shakespeare dijejali dengan dialog puitis yang terkesan membosankan.

Atmosfir yang dibangun dalam kisah tragedi romansa ini begitu kuat, mulai dari performa mengesankan, terutama pesona innocent beauty-nya Olivia Hussey sebagai Juliet yang saat itu masih berusia 15 tahun, terlihat begitu meyakinkan melalui berbagai gestur, ekspresi dan aksi dalam setiap adegan.


Baca juga: Black Christmas (1974) : Perintis Horor Slasher Tematik dan Berpengaruh

Begitu pula dengan ketampanan akan karisma Leonard Whiting yang berusia 17 tahun sebagai Romeo, dengan tatapan mata dan aksinya yang cukup memukau, diperankan dengan pantas.

Keduanya sama-sama serasi dalam pertemuan serta pengalaman akan "young love and lust", diantara sebuah api permusuhan dalam keluarga mereka satu sama lain.

Performa solid McEnery sebagai Mercutio pun patut diacungi jempol seperti halnya Michael York sebagai Tybalt yang dianggap antagonis dalam kisah ini. Begitu pula karakter The Nurse dan Pendeta Laurence yang diperankan dengan baik oleh masing-masing aktor/aktrisnya.

Dominasi dialog puitis dengan mengkombinasikan sejumlah kata Britania kuno ala Shakespeare itupun sangat terbantu berkat keindahan setting lokasi nyata di kota Verona, baik dari eksterior-interior bangunan, jalanan serta panorama.

sinopsis film romeo and juliet 1968
Paramount Pictures
Latar dan suasana yang begitu detail diperlihatkan. Berbagai atribut dan busana yang mereka kenakan pun jelas mencuri perhatian, melalui penggunaan warna kontras namun serasi turut membangun mood dalam adegan.

Tak lupa koreografi elegan dan estetis yang ditunjukkan saat perkelahian antara geng Capulet dan Montague, duel antara Tybalt dan Mercutio, serta antara Romeo dan Tybalt, begitu pula keindahan pesta dansa (terutama hand dance) dilihat dari berbagai gerakan dan suasana, saat Romeo menyelinap memegang tangan Juliet dari balik pilar.

Tentu saja adegan Romeo dan Juliet di sebuah balkon tak perlu diragukan lagi sebagai ciri khas ikonik dari kisahnya itu sendiri. Sebenarnya banyak adegan dikenang yang terlalu panjang untuk dibahas.


Tema musik dan scoring yang begitu indah dari komposer Nino Rota (yang dikenal lewat film The Godfather) yakni Love Theme from Romeo and Juliet begitu menggema di hampir sepanjang cerita, termasuk performa untuk versi vokalnya, What is a Youth dalam adegan pesta keluarga Capulet.

Tema musik tersebut kemudian dibuat versi lainnya oleh komposer Henry Mancini berjudul A Time for Us yang sukses di tangga lagu Billboard, yang akhirnya diisi vokalnya oleh beberapa penyanyi.

Sineas Italia, Franco Zeffirelli yang dikenal lewat film bertemakan sejenis seperti Endless Love (1981) dan juga menggarap karya Shakespeare lainnya yakni Hamlet (1990), saya akui piawai dalam mengarahkan seluruh elemen sebagai terjemahan menarik akan adaptasi klasik yang biasanya sulit direalisasikan ke dalam bentuk film.

Film Romeo and Juliet ini sangat direkomendasikan sebagai sebuah adaptasi terbaik yang pernah ada.

Romeo and Juliet | 1968 | Score: 4 / 4 stars | Pemain: Leonard Whiting, Olivia Hussey, Milo O’Shea, Michael York, John McEnery, Natasha Parry, Pat Heywood, Robert Stephen | Sutradara: Franco Zeffirelli | Produser: John Brabourne, Anthony Havelock-Allan | Penulis: Berdasarkan cerita Romeo and Juliet karya William Shakespeare. Naskah: Franco Brusati, Masolino D’Amico, Franco Zeffirelli | Musik: Nino Rota | Sinematografi: Pascqualino De Santis | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Inggris, Italia | Durasi: 138 Menit


review film romeo and juliet 1996
20th Century Fox
Romeo + Juliet (1996)

Judul lainnya dari film ini yakni Willian Shakespeare’s Romeo and Juliet yang disutradarai, serta turut diproduseri dan ditulis naskahnya oleh Baz Luhrmann.

Film ini menjadi kendaraan vital bagi Leonardo DiCaprio menuju statusnya sebagai bintang besar, sesaat sebelum main di film Titanic, juga turut mempopulerkan nama Claire Danes sebagai aktris muda potensial.

Cerita di film ini sama dengan versi 1968, hanya saja mengambil sudut pandang modern atau kontemporer. Romeo diperankan oleh DiCaprio, sedangkan Juliet diperankan oleh Danes. Peran kecil “The Ant Man” Paul Rudd di film ini sebagai Dave Paris, pria kaya yang dijodohkan orangtua Juliet.


Baca juga: Little Women (1994) : Balada Empat Gadis Keluarga Harmonis

Sebenarnya telah banyak versi Romeo and Juliet yang digarap dalam  sejumlah film dengan gaya kontemporer, namun khusus untuk film Romeo + Juliet ini termasuk yang istimewa dari berbagai elemen yang diperlihatkan, berkat arahan Luhrmann yang brilian.

Dari sisi cerita, memang tidak ada perubahan radikal berdasarkan kerangka dari narasi klasik itu sendiri, yang terjadi dari awal hingga lebih dari tiga perempat cerita berjalan.

Namun yang sangat disayangkan terjadi dalam poin yang terletak pada sebuah kesalahpahaman, maka terjadilah sebuah puncak tragedi yang menyebabkan munculnya konklusi yang diakhiri dengan penyelesaian melalui adegan yang tidak elegan sehingga terkesan dipaksakan.

ulasan film romeo and juliet 1996
20th Century Fox
Tampak sekali terasa sebuah adegan yang kurang peka terhadap berbagai gestur dan getaran diantara keduanya.

Meski sebenarnya akting para pemeran beserta dialog yang disampaikan melalui gaya Shakespearean cukup impresif, baik dari pesona, ekspresi, aksi serta ikatan kuat yang terjalin satu sama lain.

Tatapan nan rupawan DiCaprio mampu diimbangi oleh pesona keindahan senyuman Danes, begitu pula dengan kearifan Postlethwaite yang diimbangi oleh sang mentor keibuan yang dilakukan Margoyles terhadap karakter Juliet.

Adapun sang antagonis menyebalkan sekaligus berwibawa yang dibawakan oleh Leguizamo, rupanya bukan lawan sepadan untuk karakter inferior yang kurang cerdas yakni Benvolio yang diperankan Mihok.

Namun yang berhasil mencuri perhatian yakni performa Perrineau sebagai Mercutio yang setia, pemberani serta aktif terlibat baik dalam persahabatan maupun konflik yang ada. 
 

Gaya dan visual di film ini, meski kurang saya sukai yakni begitu dinamisnya akan pergerakan sorotan kamera yang terkadang shaky, akhirnya mampu diimbangi dengan kekontrasan pewarnaan yang mencerahkan antara latar dan setting, objek, serta busana yang dipakai karakter.

sinopsis film romeo and juliet 1996
20th Century Fox
Sehingga tetap menarik akan berbagai aksi mereka di setiap adegannya. Sejumlah mise-en-scéne menarik pun diperlihatkan seperti adegan di pesta keluarga Capulet, adegan di pantai maupun di gurun, sehingga tercipta suasana yang menguatkan emosi dan ikatan karakternya.

Tentu saja emosi diperkuat dengan beberapa lagu pendukung dalam adegan spesifik, meski lagu Lovefool yang dibawakan oleh The Cardigans hanya berlangsung sebentar.

Namun yang sesungguhnya adalah lagu Kissing You yang dibawakan oleh Des’ree yang diputar beberapa kali, terutama di salah satu adegan paling memorable yakni saat Romeo dan Juliet saling bepandangan satu sama lain melalui sebuah akuarium besar.

Film Romeo + Juliet adalah sebuah adaptasi unik dengan gaya modern serta visual menarik, tentu saja mengunggulkan kekuatan akting, dialog serta aksi melodrama yang cukup kuat, meski sayangya diselesaikan dengan tidak impresif.

Romeo + Juliet | 1996 | Score: 2.5 / 4 stars |  Pemain: Leonardo DiCaprio, Claire Danes, Brian Dennehy, John Leguizamo, Pete Postlethwaite, Paul Sorvino, Diane Venora | Sutradara: Baz Luhrmann | Produser: Baz Luhrmann, Gabriella Martinelli | Penulis: Berdasarkan cerita Romeo and Juliet karya William Shakespeare. Naskah: Craig Pearce, Baz Luhrmann | Musik: Nellee Hooper, Marius de Vries, Craig Amstrong | Sinematografi: Donald M. McAlpine | Distributor: 20th Century Fox | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 120 Menit

Comments