The Terminator (1984): Ketika Mesin Menguasai Umat Manusia

the terminator mesin kuasai umat manusia
Orion Pictures

Come with me if you want to live!

Sinema aksi laga fiksi ilmiah review The Terminator, ketika mesin menguasai umat manusia.

Tak terbayangkan seandainya perang nuklir atau hari kiamat terjadi, karena ulah mesin menguasai umat manusia. 

Itulah premis dasar salah satu film fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa, yakni The Terminator.

Bermula dari sebuah mimpi buruk setelah perilisan film Piranha II: The Spawning (1981), sineas James Cameron mengembangkan cerita The Terminator.

Ia menggabungkan kisah fiksi ilmiah dengan elemen thriller dan aksi laga, sehingga bersama dengan produser Gale Ann Hurd, naskah The Terminator terwujud.

Film yang diproduksi oleh Orion Pictures saat itu, hanya diperankan oleh sejumlah aktor/aktris yang belum memiliki nama besar.

Arnold Schwarzenegger yang kala itu hanya dikenal lewat dua film Conan, semula berperan menjadi Kyle Reese, namun malah menjadi sang antagonis Terminator T-800.

Posisi tersebut sebelumnya sempat diisi Lance Henrikson yang akhirnya malah menjadi salah satu polisi detektif.

Sedangkan aktris Linda Hamilton baru saja merampungkan syuting film horor adaptasi Stephen King, Children of the Corn (1984).

Kesuksesan The Terminator pula yang meluncurkan karir James Cameron dan Arnold Schwarzenegger menuju papan atas Hollywood.

Maka tujuh tahun kemudian, mereka kembali bersama Linda Hamilton, terlibat dalam sekuel The Terminator yakni Terminator 2: Judgment Day.

Meski awalnya dianggap sebagai film kelas B, The Terminator terdaftar dalam National Film Registry, memiliki pengaruh besar serta inspirasi untuk film sejenis dalam generasi berikutnya.
 
The Terminator mengisahkan tahun 2029, John Connor memimpin umat manusia untuk berperang melawan sejumlah mesin Skynet yang mengancam populasi manusia.

Skynet mengirim Cyborg Model 101 yang menyerupai manusia (Arnold Schwarzenegger) menuju tahun 1984 untuk menemukan dan membunuh Sarah Connor (Linda Hamilton).

Sarah Connor di masa depan adalah ibu dari John Connor.

review film the terminator
Orion Pictures

Mengetahui hal tersebut, John Connor mengutus prajurit terbaiknya, Kyle Reese (Michael Biehn) untuk mencegah cyborg tersebut sekaligus melindungi Sarah, agar ia tetap eksis.

Di tahun 1984, saat Sarah Connor menjalani hidup normal sebagai seorang pramusaji, seketika harus menghadapi teror dari cyborg yang hendak membunuhnya.

Bersama dengan Kyle Reese, ia harus bisa bertahan hidup dan mencari cara untuk melawan balik cyborg tersebut.

The Terminator mengawali sekaligus memperkenalkan sosok antagonis Terminator, berupa cyborg dengan tampilan menyerupai manusia.

Baca juga: 3 Film 'Terminator; yang Kini Menjadi Alternatif

Nama Arnold Schwarzenegger naik status menjadi mega bintang melalui peran sebagai cyborg ikonik tersebut.

Sebelumnya, Arnold Schwarzenegger merupakan aktor laga medioker setelah perilisan film Conan the Barbarian (1982).

The Terminator juga melambungkan sineas James Cameron yang akhirnya terpilih untuk menggarap sekuel film Alien (1979) yakni Aliens (1986), dari tangan Ridley Scott.

Premis The Terminator sendiri unik dan menarik, serta cukup kompleks yang melibatkan berbagai elemen fiksi ilmiah, post-apocalyptic, serta teknologi.

Film ini mengisahkan isu tentang sistem jaringan pertahanan di masa depan, serta peperangan gerilya yang membuat umat manusia harus bertahan melawan kekejaman mesin canggih.
 
Ide cerita film ini memang brilian dalam implementasi imajinasi masa depan yang dekat, mengingat prediksi adanya jaringan terpadu terhadap sistem pertahanan global.

Konsep cerita film ini mirip dengan Back to the Future (1985), menyajikan skenario saga antagonis dan protagonis yang menuju masa lalu, berupaya merubah masa depan.

Terlebih lagi yang membuat audiens terpana, bagaimana bisa Sarah Connor dijadikan target eliminasi hingga nantinya tidak ada John Connor, lalu siapakah ayahnya? 

Maka terjadi paradoks terhadap sirkulasi waktu yang terangkai dalam dunia multi-pararel ayng sulit dipahami.

ulasan film the terminator
Orion Pictures

Karakterisasi figur dalam The Terminator juga menjadi bibit bagi James Cameron terhadap gerakan atau kelompok militer sebagai pihak protagonis.

Narasinya selalu ia terapkan dalam Aliens (1986), The Abyss (1988), serta Avatar (2009).

Film menjelaskan bahwa John Connor sebagai pemimpin gerilya diduga memiliki perangkat militer untuk mempersenjatai anak buahnya, termasuk Kyle Reese.

Akting dan dialog dalam The Terminator, serta arahan atas sejumlah aksi dan gaya  merupakan ciri khas sebuah film laga fiksi ilmiah kelas B.

Hal itu mengingat akan biaya produksi untuk studio sekelas Orion Pictures saat itu, serta nama Jamesd Cameron belum menjadi sineas top Hollywood.
 
Baca juga: Ulasan Film Trilogi 'Back to the Future'

Salah satu trik jitu The Terminator yakni setting cerita kontemporer saat itu tahun 1984 dengan menghadirkan atmosfir laga thriller, serta sejumlah one-liner dialog 

Hal itulah yang mengakibatkan film ini sangat efektif sehingga menjadi ikonik.

Performa badan besar berotot dan tampang dingin sadis ala Arnold Schwarzenegger, dengan gerakan dan mimik seperti robot, mampu membuat impresi tersendiri.

Kalimat “I’ll be back” yang khas dengan logat Eropa Schwarzenegger, menjadi salah satu quote terpopuler sepanjang masa.

Sarah Connor yang diperankan Linda Hamilton digambarkan sebagai seorang wanita muda reguler dalam zona nyaman, seketika harus menghadapi takdir yang memaksanya menjadi wanita tangguh.

Berkat figur kunci Kyle Reese, ia perlahan mulai berubah karena keadaan.

Kyle Reese yang diperankan Michael Biehn, begitu semangat secara militan dalam melindungi sekaligus mengajari Sarah Connor dalam menghadapi Terminator.

sinopsis film the terminator
Orion Pictures
 
Sebuah kalimat yang tak kalah populer di film ini yakni saat ia pertama kali menyelamatkan Sarah, dengan berkata: “Come with me if you wanna live”.    

Banyak sekali adegan dikenang dalam film ini, baik dari awal hingga akhir cerita, baik dari laga yang dilancarkan sang Terminator, maupun Kyle Reese serta Sarah Connor.

Visual dan efek yang sangat impresif serta mengagumkan tersebut, begitu memikat sejak adegan prolog di masa depan.

Suasana masa depan suram dalam kekacauan dan peperangan, menampilkan pesawat ikonik berupa Hunter Killer yang kemudian banyak ditiru film sejenis lainnya.

Baca juga: Terminator 2: Judgment Day (1991), Dari Antagonis Menjadi Protagonis

Begitu pula tampilan efek "horor" saat bagian rangkaian logam akan tangan dan mata Endoskeleton sosok Terminator,  terekspos sorotan kamera

Tak lupa wujud Endoskeleton sendiri diperlihatkan secara full frontal, meski gerakan nya masih kaku karena dilakukan dengan metode stop motion animation

Semua efek fantastis tersebut dikerjakan melalui tangan dingin sang legenda Stan Winston.

Selain itu, scoring film ini pun yang merupakan tema musik yang mudah diingat, terutama dalam kredit pembuka maupun penutup.

The Terminator bukanlah film laga fiksi ilmiah biasa, namun mampu menyampaikan pesan besar di masa depan, saat mesin menguasai umat manusia.

Karakter ikonik, quotes populer serta konsep cerita yang kuat, menjadikan film The Terminator sebagai pembeda akan sebuah kisah orisinal abadi.

Demikian sinema aksi laga fiksi ilmiah review The Terminator, ketika mesin menguasai umat manusia.

Score: 4 / 4 stars

The Terminator | 1984 | Fiksi Ilmiah, Aksi Laga, Thriller | Pemain: Arnold Schwarzenegger, Michael Biehn, Linda Hamilton, Paul Winfield, Lance Henriksen | Sutradara: James Cameron | Produser: Gale Ann Hurd | Penulis: James Cameron, Gale Anne Hurd | Musik: Brad Fiedel | Sinematografi: Adam Greenberg | Distributor: Orion Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 107 Menit

Comments