Clash of the Titans (1981): Perseteruan Dewa-Dewi Yunani karena Perseus
![]() |
United Artists |
“Release the Kraken!”
Sinema petualangan review film Clash of the Titans, tentang perseteruan Dewa-Dewi Yunani karena ada Perseus.
Mitologi Yunani terkenal dengan kisah para Dewa-Dewi dan hubungannya umat manusia.
Kita mengetahui hal tersebut yang seringkali diadaptasi ke dlaam media hiburan, berdasarkan literatur kuno, sehingga menjadi budaya populer yang ikonik.
Kisah Perseus, manusia heroik keturunan Zeus menginspirasikan seorang penulis bernama Beverly Cross.
Ia mengadaptasinya ke dalam naskah film Clash of the Titans, dengan kisah tentang perseteruan Dewa-Dewi Yunani karena Perseus.
Meski awalnya ditolak BBFC (British Board of Film Classification) karena naskahnya dianggap kelewat ekstrim, maka sejumlah perubahan pun dilakukan agar diterima oleh audiens.
Film ini pula menjadi karya terakhir Ray Harryhausen sebagai ahli efek spesial legendaris yang juga berperan sebagai produser.
Sementara Desmond Davis menjadi sutradara, sejak ia terbiasa mengarahkan sejumlah karya dan para aktor/aktris drama ala Shakespeare yang ditujukkan terhadap peran Dewa-Dewi.
![]() |
United Artists |
Menjadi salah satu film terlaris di tahun 1981 serta dsambut baik kritik, film ini pernah dibuat ulang dengan judul sama di tahun 2010.
Clash of the Titans mengisahkan Raja Acrisius dari Argos mendapatkan aib, saat mengetahui bahwa putrinya yakni Danaë melahirkan bayi laki-laki bernama Perseus.
Danaë dihamili oleh Dewa Zeus yang menyamar menjadi manusia, maka Acrisius membuang mereka ke dalam peti kayu dan dibiarkan mengapung di lautan.
Zeus (Laurence Olivier) yang mengetahui hal tersebut, murka dan memerintahkan Poseidon untuk melepaskan monster Kraken untuk menghancurkan Argos.
Sang Dewa tersebut memberikan perlindungan kepada Danaë dan Perseus, menuju sebuah pulau terpencil dan terisolasi.
Adalah Dewi Thetis (Maggie Smith) yang cemburu dan memulai perseteruan dengan menentang Zeus.
Thetis menganggap bahwa Zeus pilih kasih memilih Perseus dan tidak perhatian kepada putranya yakni Calibos (Neil McCarthy).
![]() |
United Artists |
Zeus memandang bahwa Calibos memiliki sikap buruk dan pemberontak termasuk membunuh sejumlah kuda miliknya, kecuali Pegasus. Oleh karena itu, Calibos dikutuk Zeus menjadi buruk rupa.
Akibatnya Thetis membatalkan rencana pernikahan Calibos dengan Putri Andromeda (Judi Bowker) dari Joppa.
Thetis mengutuk Andromeda, melalui teka-teki yang tidak mampu dipecahkan oleh pria manapun dalam rangka meminangnya.
Sang Dewi pun diam-diam memindahkan Perseus dewasa (Harry Hamlin) yang tengah terlelap dalam tidurnya, ke sebuah ampiteater di kota Joppa.
Perseus lalu bertemu dengan Ammon (Burgess Meredith) yang kemudian menjadi temannya.
Mengetahui hal itu, Zeus memberikan sebuah helm ajaib dari Athena, sebilah pedang dari Aphrodite, serta perisai dari Hera kepada Perseus.
Perseus pun mengetahui apa yang terjadi di Istana Joppa, saat sejumlah pria yang tidak mampu memecahkan teka-teki, harus tewas akibat kutukan Thetis.
Memanfaatkan helm ajaib dan memburu Pegasus, Perseus segera mengetahui bahwa Calibos berada dibalik semua itu.
Lalu berhasilkah ia meminang Andromeda? Lalu mengapa Thetis lagi-lagi akan melepaskan Kraken dalam waktu 30 hari kepada penduduk Joppa?
Narasi Clash of the Titans tampak memiliki kisah serupa dengan Hercules, Jason and the Argonauts, Helen of Troy, Ulysses, bahkan hingga Wonder Woman.
Cerita film ini pula merefleksikan bagaimana Dewa-Dewi pun memiliki sifat yang sama persis dengan manusia, hanya bedanya memiliki kuasa dan kekuatan khusus.
![]() |
United Artists |
Perseteruan yang terjadi diantara Dewa-Dewi tersebut akibat ulah Zeus sendiri, sebagai pimpinan tertinggi.
Melalui penceritaan Clash of the Titans ditekankan bahwa Dewa-Dewi memiliki hubungan khusus dan bahkan intim dengan manusia.
Maka dari hubungan tersebut, lahir sejumlah figur seperti Perseus, Calibos atau bahkan pula Medusa.
Aspek penceritaannya mampu membuat saya kagum, bagaimana perjalanan serta petualangan sang protagonis heroik, dalam hal ini Perseus.
Ia dilahirkan sebagai keturunan Dewa yang paling berkuasa (Zeus), memiliki keistimewaan tersendiri yang diwariskan dari sang ayahnya sendiri.
Clash of the Titans dibuat seadanya, baik dalam hal biaya maupun keterbatasan teknologi melalui teknik efek spesial yang ‘kuno’ ala Harryhausen.
Meski demikian, film ini unggul dalam performa brilian para aktor/aktrisnya.
Performa sang legendaris Laurence Olivier sebagai Zeus, sangat terasa berkarisma dan bijak, namun ironisnya memiliki kerapuhan dan kekerasan hati.
Olivier beradu akting dengan Maggie Smith sebagai Thetis yang tak kalah bersinarnya, didiukung Ursula Andress sebagai Aphrodite.
Adapun performa Claire Bloom sebagai Hera, hingga pesona Judi Bowker sebagai Andromeda.
![]() |
United Artists |
Figur Ammon yang diperankan Burgess Meredith sudah tak perlu diragukan lagi, untuk menyeimbangkan pemeran utama Harry Hamlin sebagai Perseus yang saya nilai biasa saja.
Malah figur Calibos yang diperankan Neil McCarthy lebih mendominasi dan cenderung bisa merebut atensi daripada Perseus sendiri.
Mereka berdua sama-sama keturunan Dewa-Dewi namun berbeda takdir, meski Calibos sendiri memiliki sifat buruk secara alami.
Perwujudan sosok Medusa yang begitu meyakinkan saya, terhadap kemunculannya yang begitu mengerikan dan menyeramkan.
Mulai pertama kali diperlihatkan berupa bayangan, ekor yang berderik, hingga keseluruhan tubuhnya sepintas. Raut wajahnya menyeramkan namun tersirat eksotisme tersendiri.
Hal yang mengkhawatirkan adalah sosok serigala besar berkepala dua yang disajikan dengan sangat buruk, sedangkan wujud monster Kraken, bagaikan menyaksikan film Godzilla atau mecha rversi klasik.
Saya suka dengan adegan yang memperlihatkan miniatur ampiteater serta koleksi Zeus berupa figurin para manusia, termasuk Perseus dan Calibos.
Setting yang mendukung seperti pertempuran final antara Perseus dengan Kraken juga cukup impresif.
Aransemen musik dan scoring terdengar cukup dramatis.
![]() |
United Artists |
Hanya saja beberapa efek spesial tampak buruk, termasuk dalam adegan pembuka dengan burung elang terbang melintasi pegunungan.
Bagaimanapun juga Clash of the Titans versi 1981 ini saya nilai lebih baik daripada versi 2010 yang terlalu mengandalkan efek CGI.
Clash of the Titans versi 2010 menambah buruk kondisi dengan performa seadanya, sehingga sekuel nya pun tidak pernah saya tonton.
Clash of the Titans versi 1981 direkomendasikan sebagai tontonan klasik akan kekuatan performa akting akan perseteruan Dewa-Dewi Yunani.
Clash of the Titans menjadi warisan efek praktis Harryahausen, serta atmosfir yang terkesan cheesy namun lebih mudah dinikmati dibandingkan versi 2010.
Itulah sinema petualangan review film Clash of the Titans, tentang perseteruan Dewa-Dewi Yunani karena ada Perseus.
Score: 3 / 4 stars
Clash of the Titans | 1981 | Fantasi, Petualangan | Pemain: Harry Hamlin, Laurence Olivier, Judi Bowker, Burgess Meredith, Maggie Smith, Ursula Andress, Neil McCarthy, Claire Bloom, Susan Fleetwood, Jack Gwillim, Tim Piggot-Smith | Sutradara: Desmond Davis | Produser: Ray Harryhausen, Charles H. Schneer | Penulis: Adaptasi lepas dari Kisah Perseus dalam Mitologi Yunani. Cerita dan naskah: Beverley Cross | Musik: Laurence Rosenthal | Sinematografi: Ted Moore | Distributor: United Artists (Amerika Utara), Cinema International Corporation (Internasional) | Negara: Inggris Raya, Amerika Serikat | Durasi: 118 Menit
Comments
Post a Comment