Quest for Fire (1981) : Petualangan Manusia Purba Mencari Api

quest for fire manusia purba
20th Century Fox

Narasi akan penggambaran jaman pra-sejarah yang realistis dalam sebuah film fiktif, mungkin saja terdapat pada Quest for Fire, sebuah film epik yang mengisahkan petualangan manusia purba mencari api, sebagai pusat aktivitas kehidupan.

Petualangan yang rasanya sulit kita bayangkan, namun dipermudah melalui gambaran fantastis berdasarkan fakta sejarah yang tersedia, menyingkap sedikit misteri kehidupan saat itu dalam sebuah film yang mungkin salah satu terbaik dari jenisnya.

Tentu saja film Quest for Fire menegaskan teori evolusi manusia serta mahluk hidup lainnya di muka Bumi. Adapun objek berupa api dapat disimpulkan sebagai sumber atau pemberi kehidupan manusia.

Narasi film ini sepertinya menyimbolkan api sebagai sesuatu yang agung, yang hidup atau bahkan yang berkuasa untuk menerangi seluruh aspek kehidupan.

Quest for Fire disutradarai oleh sineas Perancis, Jean-Jacques Annaud yang dikenal lewat film The Name of the Rose (1986), Seven Years in Tibet (1997) dan Enemy at the Gates (2001). Film ini diadaptasi dari novel Belgia karya J.H. Rosny, dengan judul yang sama, terbit di tahun 1911.

Arahannya di film yang merupakan gabungan antara Perancis dan Kanada ini sungguh luar biasa, baik pemaparan alur cerita, akting, adegan, sinematografi yang indah, kostum, serta efek spesial mengagumkan tentunya.


quest for fire petualangan
20th Century Fox

Kisah Quest for Fire berawal tentang aktivitas di lingkungan suku Ulam dengan  peradaban mirip Cro-Magnon yang terletak di daratan Eropa, pada jaman Paleolithic Europe, 80.000 tahun yang lalu.

Mereka memiliki api kecil yang diletakkan di dalam sebuah tempat terlindung, berbentuk seperti sarang burung dengan bahan dari tulang-belulang, serta mudah dibawa oleh kelompok tersebut.

Suatu ketika, mereka diserang oleh kelompok manusia kera dinamakan Wagabu. Mereka yang selamat, akhirnya terusir dari gua habitat mereka. Dalam perjalanan di sebuah rawa, mereka panik, karena api tersebut padam.

Setelah ada sedikit konfrontasi dan berunding, akhirnya diutuslah tiga orang untuk mengembara menemukan api, yakni Naoh (Everett McGill), Amoukar (Ron Perlman) dan Gaw (Nameer El-Kadi).

Dalam perjalanannya, mereka bertemu suku kanibal Kzamm mirip Neanderthal, sedang membuat api unggun dan menyandera dua orang dari suku yang mirip Homo-Sapiens.

Awalnya mereka bertiga hendak mencuri api, namun akhirnya berkelahi dengan suku Kzamm, memenangkan perkelahian, dan merebut api, sedangkan kedua orang yang disandera pun lantas kabur.


quest for fire mencari api
20th Century Fox

Selanjutnya, Naoh mendapat luka di bagian alat vitalnya. Mereka bertiga akhirnya memutuskan pulang kembali. Namun Ika (Rae Dawn Chong), salah satu tawanan yang melarikan diri, mengikuti mereka lalu menyembuhkan luka Naoh.

Ika mengetahui bahwa ternyata mereka bertentangga, maka mengajak mereka bertiga untuk singgah. Tapi mereka menolak, akhirnya ia pulang sendirian, sedangkan Naoh yang merasa kehilangan akhirnya menyusul Ika yang diikuti oleh Amoukar dan Gaw.

Dalam perjalanan itu, mereka menemukan sejumlah petualangan serta pengalaman baru yang belum pernah dirasakan.

Dengan premis ceritanya yang menarik dan begitu sederhana, semua adegan dalam Quest for Fire pun disajikan secara gamblang dan mudah dimengerti.

Gaya penuturan Eropa ala Annaud, mungkin berkesan agak membosankan, karena film ini cenderung mengeksploitasi sejumlah dasar aktivitas serta latar kultur manusia purba dalam lingkungan sosialnya, berdasarkan perbedaan diantara kelompok atau suku.

Meski dialog menggunakan bahasa purba yang dikombinasikan dengan bahasa tubuh, maka tidak perlu khawatir sejak kelihaian sang sutradara dalam mengarahkan berbagai adegan terhadap performa para aktor/aktris yang piawai menghidupkan karakternya.


review film quest for fire
20th Century Fox

Bagaikan menyaksikan acara seperti National Geography tanpa seorang narator, dengan mengamati aktivitas hewan liar, dirasa sudah mengerti alur ceritanya sendiri.

Dengan memainkan tempo lambat, tidak semerta-merta berbagai adegan menjadi tidak menarik, malah film ini justru ingin memperlihatkan kita kepada dunia purba dengan begitu terperinci dan realistik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mimik, eskpresi, intonasi nada bicara atau berteriak, bahasa tubuh serta perilaku karakternya, maka semua itu telah merepresentasikan maksud dan tujuan dari cerita itu sendiri

Dan hasilnya cukup epik serta sensasional! Banyak adegan menarik yang diperlihatkan dengan lugas sekaligus elegan. Beberapa kejutan dan keseruan, serta humor dan kegelian pun ditunjukkan secara eksplisit. Di awal cerita diperlihatkan, bagaimana pentingnya api untuk menghangatkan dan mencegah dari serangan binatang buas di malam hari.

Peradaban manusia yang berkembang dengan akal dan rasa, diungkapkan melalui bahasa tubuh dan isyarat, terlebih komunikasi yang terjalin antar suku berlainan.

Timbulnya perbedaan pendapat, pertikaian hingga konflik dalam satu komunitas suku Ulam pun merupakan salah satu contoh, bagaimana tanpa perlu mendengarkan dialognya, saya memahami apa yang sedang terjadi.


sinopsis film quest for fire
20th Century Fox
 
Demikian pula ikatan yang terjalin antara Naoh dan Ika yang berbeda suku dan bahasa, namun tetap bisa terjalin komunikasi paling mendasar.

Sejumlah adegan seru juga diperlihatkan saat suku Wagabu dengan brutal menyerang suku Ulam yang panik dan ketakutan. Suku Ulam bukanlah tipe para pejuang, mereka hanyalah manusia biasa yang bertahan hidup dari keganasan suku-suku lainnya.

Atau bagaimana adegan kebrutalan perkelahian antara ketiga trio Naoh-Amoukar-Gaw dalam menghadapi suku kanibal Kzamm yang ganas serta kejam, dalam usaha memperebutkan api.
 
Selain itu, tak lupa adegan penyergapan serta usaha pembunuhan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang bertikai dengan Naoh di sebuah hutan cukup menegangkan.

Selingan humor segar dalam beberapa adegan tertentu, menjadi sebuah penyegaran terhadap rasa “bermain” manusia purba saat sedang santai menunggu hujan berhenti, melalui serangkaian kejahilan Gaw mengerjai Amoukar.

Puncak keseruan sekaligus kegeliannya yakni ketika ketiga sekawan itu dikejar oleh seekor Sabre-toothed Cat, hingga mereka sebuah pohon besar, serta berdiam semalaman diatas pohon, sementara hewan tersebut dengan setia menunggunya.

Saya terpesona dengan efek spesial hewan liar tersebut, bagaimana cara mereka membuatkan taring panjang pada seekor singa betina dengan mulus. Juga dengan keberadaan hewan Mammoth yang begitu terkesan nyata.


ulasan film quest for fire
20th Century Fox
 
Efek spesial terbaik di film ini yakni riasan serta jubah yang dipergunakan, hingga akhirnya diganjar Oscar duntuk kategori Best Makeup.

Pendeskripsian sejumlah suku yang berlainan, baik dari struktur muka, bentuk rambut, warna kulit, serta dekorasi tubuh yang digunakan, hingga kedekilan mereka yang nyata dengan jubahnya, diimplementasikan begitu realistik mendekati faktual.

Bentuk fisik para pemeran suku Ulam, diperankan oleh seumlah aktor yang memiliki struktur kepala dan wajah yang paling mendekati. Terlebih bagi aktor Ron Perlman, yang tidak memerlukan efek riasan pun begitu mirip

Visual brilian yang  menghadirkan berbagai keindahan alam purbakala direprentasikan dengan jelas dibandingkan penyajian alam modern, terasa dari bentuk pepohonannya, hamparan rawa, serta padang rumput pada struktur landskap purba misterius yang penuh kejutan.

Quest for Fire sebagai salah satu drama epik pra-sejarah terbaik tentang petualangan manusia purba mencari api, menjadi pengalaman unik dan terasa lebih logis dalam penuturan kehidupan di jamannya.
 
Begitu sederhana, namun membahana!
 
Score : 4 / 4 stars

Quest For Fire | 1981 | Drama, Petualangan, Historikal | Pemain: Everett McGill, Rae Dawn Chong, Ron Perlman, Nameer El-Kadi | Sutradara: Jean-Jacques Annaud | Produser: Jacques Dorfmann, John Kemeny, Véra Belmont, Denis Héroux, Michael Gruskoff | Penulis: Berdasarkan Novel The Quest for Fire oleh J.H. Rosny. Naskah: Gérard Brach | Musik: Philippe Sarde | Sinematografi: Claude Agostini | Distributor: 20th Century Fox | Negara: Kanada, Perancis | Durasi: 100 Menit

Comments