Soekarno (2013) : Kontroversial Namun Sangat Vital

film soekarno kontroversial
MVP Pictures

Sinema drama biopic review Soekarno, film sejarah kontroversial, namun sangat vital bagi kemerdekaan Indonesia.

Tahun 2013 menjadi saksi sejarah, meski kontroversial namun sangat vital, saat perilisan film Soekarno sebagai sebuah biopic.

Soekarno disutradarai Hanung Bramantyo, serta ditulis oleh Ben Sihombing.

Meski demikian, dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74, demi memperingati Sang Proklamator, maka saya ulas film Soekarno.

Penilaian film 
Soekarno terbelah, baik dari pihak yang memuji, serta pihak yang mencibir karena dipandang sebagai penyimpangan fakta sejarah.

Karakteristik Soekarno dalam film tersebut juga dikritik karena tidak sebagaimana mestinya.

Bagaimanapun juga, film biopic umumnya tak lepas dari kontroversi. 

Perbedaan sudut pandang dari sebuah narasi antara sineas, tak jarang menimbulkan gesekan dengan pihak lain terutama keluarga dari figur dalam film.

Terlepas dari hal itu, film Soekarno tampaknya ingin menegaskan terutama kepada generasi muda, tentang pentingnya momentum kemerdekaan bangsa Indonesia.

Soekarno mengisahkan sekilas tentang masa kecil hingga remaja Bung Karno, hingga saat ia dewasa (Ario Bayu) terjun ke dalam panggung politik.

Ia melakukan kampanye memenangkan hati rakyat dari berbagai kalangan, suku, golongan, serta agama, dalam masa Kolonial Belanda di tahun 1930’an.

Soekarno memiliki istri yakni Inggit Garnasih (Maudy Koesnadi) dan beberapa anak, sempat berada di penjara Kota Bandung akibat kampanye perlawanan terhadap penjajah.

film soekarno sangat vital
MVP Pictures

Saat dibuang ke Ende, Soekarno sempat mundur sejenak dari aktivitas politik akibat penyakit malaria yang dideritanya. 

Kemudian saat ia berada di Bengkulu bersama keluarga, bertemu dengan Fatmawati (Tika Bravani), salah seorang murid yang kritis sekaligus memikat hatinya.

Lamaran Soekarno kepada Fatmawati, membuat rumah tangganya dengan Inggit sempat terguncang.

Bersamaan dengan itu pula pasukan Jepang tiba di Indonesia dan mengusir Belanda, sehingga pembantaian terhadap rakyat pun terus berlanjut.

Ketika berada di Jakarta, Soekarno bertemu kembali dengan Mohammad Hatta (Lukman Sardi)
dan rival politik nya, Sutan Sjahrir (Tanta Ginting).

Sementara Sjahrir ingin melawan Jepang, Sukarno malah meyakinkan mereka bahwa melalui jalur diplomasi dengan Jepang, Indonesia bisa meraih kemerdekaan. 

Posisi Hatta netral namun akhirnya berduet dengan Soekarno, sedangkan Sjahrir bekerja secara eksternal di luar negeri.

Duet Soekarno-Hatta terus melakukan kampanye kemerdekaan dan kedaulatan, sambil negosiasi dengan Jepang melalui berbagai cara.

Mereka mendapatkan dukungan tentara PETA bentukan Jepang yang jadi cikal bakal TNI, namun kerap ditentang pihak lain yang menuduh pengkhianatan.

Harapan semakin mendekati nyata tatkala Jepang menyerah kepada Sekutu dan akan meninggalkan Indonesia.

Maka Soekarno-Hatta yang didesak Sultan Sjahrir harus segera melakukan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selama sekitar 2,5 jam, audiens diberikan kisah perjalanan Soekarno yang fokus pada karir politik dan persoalan rumah tangga.

review film soekarno
MVP Pictures

Pada awal jalan cerita, tampak Hanung menggunakan alur non-linear secara bergantian saat penangkapan atau pidato Soekarno, serta masa kecil dan remaja beliau.

Cerita dibuka pada tahun 1929 saat Soekarno tertangkap di Yogyakarta, lalu beralih ke tahun 1912 saat ia masih kecil dan sakit.

Kisah pun bergulir hingga Soekarno remaja, hingga beranjak dewasa ketika mulai terjun ke dunia politik.

Kemudian alur cerita mulai mengalir normal, dimulai tahun 1934 di Ende kemudian Soekarno  sekeluarga pindah ke Bengkulu dan perjalanan pun dimulai.

Upaya diplomasi Soekarno-Hatta dengan Jepang harus dibayar mahal saat Soekarno menyaksikan para wanita muda dipaksa untuk melayani tentara Jepang.

Sedangkan para pria harus menjalankan Romusha (kerja paksa), alih-alih Jepang membantu Indonesia dengan mendirikan PETA.

Terlihat jelas akan konflik batin dalam diri Soekarno.

Dalam satu sisi ia miris melihat penderitaan rakyat, tapi di sisi lain ia bersama Hatta mengambil sejumlah langkah taktis terhadap Jepang menuju kemerdekaan.

Konflik internal pun begitu kentara saat sejumlah pihak menentang Soekarno karena dianggap mengambil langkah keliru.

Bahkan Soekarno dianggap sebagai antek asing atau kolaborator Jepang, termasuk Sultan Sjahrir meski dirinya tetap bekerjasama sekaligus mengagumi Soekarno.

ulasan film soekarno
MVP Pictures
 
Film Soekarno berupaya memberikan gambaran sederhana tentang peta politik di masa itu.

Sisi manusiawi Soekarno pun dalam sebuah dilema terhadap persoalan wanita dan rumah tangga, jelas terekam melalui berbagai adegan.

Keluarga yang harmonis dengan Inggit serta anak-anaknya, ketertarikan dirinya dengan Fatmawati, mengakibatkan keretakan rumah tangga.

Hal itu mempengaruhi psikologis anak-anak Soekarno.

Saat Soekarno terpisah dengan Fatmawati sejak kedatangan Jepang untuk pertama kali, ia seringkali melamun saat beraktivitas atau berbincang dengan Hatta.

Namun saya nilai dalam beberapa adegan tersebut adalah berlebihan.

Tanpa mengurangi respek, film Soekarnoi memandang figur Inggit Garnasih yang lebih baik daripada Fatmawati.

Inggit memiliki kematangan, sikap, dan kebajikan yang kontras dengan Fatmawati, sehingga posisi Inggit lebih mendapatkan simpati ketimbang Fatmawati.

Performa brilian Maudy Koesnaedi sebagai Inggit Garnasih, sudah tentu memiliki kapasitas tersendiri.

Figur Soekarno sendiri dimainkan cukup baik oleh Ario Bayu, meski kurang karisma, serta karakter vokal yang dirasa kurang cocok, terlebih dalam adegan pembacaan Teks Proklamasi.

sinopsis film soekarno
MVP Pictures
 
Performa terbaik datang dari Lukman Sardi sebagai Mohammad Hatta, karakternya begitu tenang, bersikap netral dan objektif.

Ia memiliki pemikiran terbuka tanpa terburu-buru menghakimi sesuatu, namun tetap tegas dan yakin, ditambah dengan kecerdasan intelektual.

Visual film ini Soekarno dengan gaya klasik atau vintage, melalui penurunan saturasi warna.

Sambil sesekali adegan disajikan mengarah pada pewarnaan grayscale ataupun monokrom  termasuk selingan rekaman video dokumenter, kecuali warna merah untuk bendera Merah-Putih.

Tampak visual tersebut mungkin saat ini menjadi tren dalam garapan film nuansa klasik, tapi secara keseluruhan tetap bisa dinikmati.

Kelemahan mendasar Soekarno tampak dalam adegan di taman Istana Gubernur Jenderal yang merupakan rumah dinas petinggi militer Jepang.

Visual nya sangat terlihat manipulasi digital matte terhadap istana tersebut.

Momen Jepang menyerah dari Sekutu, sementara Soekarno-Hatta dalam keadaan genting harus segera memproklamirkan kemerdekaan.

Itulah dua hal yang paling menarik di film ini, saat berada di seperempat akhir cerita.  

Terlepas dari kontroversial kehidupan Soekarno antara fakta dengan narasi film, tetap bisa diapresiasikan sebagai salah satu tontonan yang pantas dinikmati.

Jika memang penasaran akan kontroversi penyimpangan fakta sejarah, bisa langsung dipelajari melalui berbagai referensi yang valid. 

Mungkinkah bakal ada film biopic Soekarno versi lainnya? Kita lihat saja.

Demikian sinema drama biopic review Soekarno, film sejarah kontroversial, namun sangat vital bagi kemerdekaan Indonesia.

Score : 3 / 4 stars

Soekarno | 2013 | Drama, Biografi, Politik | Pemain: Ario Bayu, Lukman Sardi, Tanta Ginting, Maudy Koesnaedi, Matias Muchus, Sujiwo Tejo, Tika Bravani, Ferry Salim, Emir Mahira, Agus Kuncoro | Sutradara: Hanung Bramantyo | Produser: Raam Punjabi | Penulis: Berdasarkan biografi dan kisah hidup Soekarno oleh Ben Sihombing | Musik: Tya Subiakto Satrio | Sinematografi: Faozan Rizal | Distributor: MVP Pictures | Negara: Indonesia | Durasi: 137 Menit

Comments