Review : 3 Sekuel 'Rambo'

review tiga sekuel film rambo
TriStar Pictures, Lionsgate

I could have killed them all. I could have killed you. In town you’re the law, out here it’s me. Don’t’ push it. Don’t’ push it or I’ll give you the war you won’t believe.”

Sinema aksi laga review tiga sekuel film Rambo yang dibintangi Sylvester Stallone, yakni Rambo: First Blood Part II, Rambo III, serta Rambo.

Film Rambo: Last Blood, merupakan seri kelima dari waralaba Rambo, yang sebentar lagi tayang di bioskop. 

Figur John Rambo adalah bagian dari budaya populer ikonik yang sangat mempengaruhi film sejenis dalam generasi berikutnya. 

Baca juga: Rambo : Last Blood (2019), Saatnya Lebih Manusiawi 

John Rambo adalah seorang veteran Perang Vietnam, mantan prajurit pasukan khusus dengan keahlian tingkat tinggi yang mematikan.

Ia bahkan mampu memenangi pertempuran menghadapi satu peleton sekaligus!

Terkesan berlebihan, hingga figur John Rambo seringkali menjadi referensi dalam sejumlah film modern, salah satunya melalui adegan serta dialog satir.

Film kedua yakni Rambo: First Blood Part II (1985) adalah yang paling sukses dalam meraih pendapatan meski tidak mendapatkan sambutan kritik. 

Berkat kesuksesan waralaba Rambo, maka dibuatkan serial televisi dalam format animasi.

Baca juga: First Blood (1982) : Pertumpahan Darah Akibat Kesalahpahaman 

Film Rambo: Last Blood mungkin menjadi seri terakhir berdasarkan judulnya sendiri, sebelum Rambo benar-benar pensiun.

Namun demikian, apakah filmnya bakal sukses? Berikut ini ulasan singkat tiga sekuel film Rambo: 

sekuel film rambo first blood part two
TriStar Pictures
Rambo : First Blood Part II (1985)

To survive a war, you gotta become war

Tiga tahun setelah menjalani hukuman akibat insiden di film pertamanya, Rambo (Sylvester Stallone) mendapatkan sebuah tawaran.

Sam Trautman (Richard Crenna) meminta John Rambo dalam misi pengamatan sandera tentara Amerika di Vietnam.

Jika Rambo menyetujui, akan mendapatkan pengampunan hukuman.

John Rambo pun setuju dan menemui Marshall Murdock (Charles Napier), agen pemerintah yang memberikan perincian misi.

Rambo yang hanya boleh memotret kamp tahanan dan mengamati keadaan sekitar, tidak lebih.

Sejumlah insiden terjadi, saat John Rambo tak sengaja kehilangan seluruh peralatan dalam sebuah pendaratan.

Lalu ia bertemu dengan seorang kontak bernama Co-Bao (Julia Nickson), hingga terjadilah konfrontasi dengan tentara Vietkong.

Maka Rambo terlanjur terjun untuk membebaskan para tahanan itu, sekaligus melawan pimpinan Vietkong.

Selain Vietkong, ada pula keterlibatan militer Uni Soviet yang diwakili Podovsky (Steven Berkoff).

Petualangan John Rambo dalam 
Rambo: First Blood Part II masih berada dalam isu Perang Vietnam terkait POW (Prisoner of War) alias tahanan perang. 

review film rambo first blood part two
TriStar Pictures
Ide cerita Rambo: First Blood Part II ditulis Kevin Jarre, dengan naskah yang kembali ditulis Sylvester Stallone bersama dengan James Cameron.

Meski demikian, film ini terkesan begitu klise dengan memberikan posisi kehebatan Amerika Serikat dalam Proxy War di Vetnam.

Narasi  Rambo: First Blood Part II merupakan propaganda Perang Dingin memerangi komunisme yang diwkili Tiongkok dan Uni Soviet.

Rambo: First Blood Part II mungkin saja menjadi sebuah pelarian melalui hiburan berlandaskan heroisme dan patriotisme terhadap figur John Rambo sebagai mesin perang tangguh.

Sedangkan John 
Rambo sendiri tidak memiliki pilihan, selain menjadi alat yang siap dijadikan tumbal oleh politik kotor Amerika Serikat yang terungkap menjelang akhir cerita.

Pengulangan drama melalui dialog emosional pun kembali terjadi antara John Rambo dengan Kolonel Sam Trautman sebelum adegan penutup.

Sylvester Stallone yang kembali menghidupkan figur Rambo tetap memiliki karisma tersendiri, meski tampak telah kehilangan jiwa dan emosi.


ulasan sinopsis rambo first blood part two
TriStar Pictures
Begitu pula dengan Richard Crenna sebagai Kolonel Trautman mengulangi hal yang sama.

Adapun performa Julia Nickson sebagai pejuang Vietnam bernama Co-Bao juga standar. 

Alur cerita film ini cukup menarik melalui serangkaian adegan laga seru, meski terasa hambar dan terkesan murahan.

Rambo dengan mudah mengalahkan ratusan prajurit lawan.

Adegan yang dikenang tentu saja saat dirinya diinterogasi lalu dipaksa berkomunikasi lewat radio, dalam ancaman Podovsky. 

Selain itu, adegan saat Rambo menghantam pemimpin pasukan Vietkong dan Podovsky, menjadi hal yang meriah sekaligus mengundang tawa.

Semua adegan laga spektakuler memang menghibur sebagai film standar, tak lupa kehadiran helikopter MIL MI-24 legendaris kebanggan Soviet menjadi sensasi tersendiri. 

Rambo: First Blood Part II adalah sekuel yang seharusnya tidak perlu ada, alih-alih ingin mengangkat konspirasi pemerintahan Amerika Serikat dalam Perang Dingin melalui satu orang berkekuatan ‘super’.

Score: 2 / 4 stars | Pemain: Sylvester Stallone, Richard Crenna, Charles Napier, Steven Berkoff, Julia Nickson, Martin Kove | Sutradara: George P. Cosmatos | Produser: Buzz Feitshans | Penulis: Berdasarkan karakter karya David Morell, ditulis oleh Kevin Jarre. Naskah: Sylvester Stallone, James Cameron | Musik: Jerry Goldsmith | Sinematografi: Jack Cardiff | Distributor: TriStar Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 96 Menit 



sekuel film rambo part three
TriStar Pictures
Rambo III (1988)

God would have mercy. John Rambo won’t!

Kolonel Trautman (Richard Crenna) mengunjungi John Rambo (Sylvester Stallone) di Thailand.

Ia menagajak Rambo bergabung dalam misi yang disponsori CIA untuk membantu gerilyawan Afghanistan.

Saat itu, terjadi perlawanan berkepanjangan yang dilakukan kelompok Mujahidin terhadap pendudukan Uni Soviet.

Tak disangka, John Rambo menolak ajakan Trautman, namun saat Trautman menjalankan misi tersebut, ia dan kelompoknya dicegat dan ditawan pihak Soviet.

Adalah Kolonel Zaysen dan Sersan Kourov yang menangani hal tersebut, sementara melalui eksekutif duta besar Amerika, Rambo diberitahukan bahwa Trautman diawan Zaysen.

Sekali lagi, John Rambo menolak misi penyelamatan, khawatir bakal terjadi perang terbuka antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Menyadari nyawa Trautman dalam bahaya. akhirnya Rambo dengan sukarela seorang diri menyelamatkannya, bermula dari 
seorang kontak bernama Mousa di Pakistan.

review film rambo part three
TriStar Pictures
Jika diperhatikan pada awal cerita Rambo III, terdapat persamaan pola saat Trautman menghampiri Rambo untuk sebuah misi baru. 

Sebenarnya Rambo sudah menyatakan dirinya pensiun dengan hidup tenang di Thailand.

Persamaan kedua film ini mengindikasikan bahwa John Rambo hanya dihadapkan pada pilihan perang atau hidup tenang tapi gelisah

Lagi-lagi Sylvester Stallone yang menulis naskahnya bersama 
Sheldon Lettich, mengangkat isu Proxy War.

Kali ini setting-nya berada di wilayah Afganistan yang diduduki oleh Uni Soviet, sedangkan para pemberontak Mujahidin dibantu oleh Amerika.

Maka, dengan menggunakan formula sama yang kembali terulang, aksi solo heroik Rambo pun ingin menunjukkan kedigdayaan Amerika terhadap Soviet dalam era Perang Dingin.

Petualangan Rambo kali ini sedikit lebih berwarna, dengan memperlihatkan sekilas kehidupan Kelompok Mujahidin hidup dalam pengasingan dan nomaden.

Menariknya, bagian dari alur cerita menyajikan sisi manusiawi John Rambo bisa membaur dengan kelompok tersebut, termasuk dalam adegan permainan bola dengan berkuda.


ulasan sinopsis rambo part three
TriStar Pictures
John Rambo yang awalnya hanya peduli terhadap Trautman, akhirnya membela kelompok tersebut karena kesewenangan Soviet.

Hal paling klise tentu saja heroisme instan Rambo yang dianggap Mujahidin sebagai sosok penyelamat.

Salah satu adegan unik tak terlupakan, yakni Rambo berupaya menyembuhkan dirinya melalui serbuk dalam peluru yang dibakar.

Helikopter MIL MI-24 kembali hadir dalam adegan pertempuran megah, disertai sejumlah tank baja. 

Adapun setting instalasi militer beserta latar pegunungan tandus di Asia Tengah, menyajikan sejumlah mise-en-scéne menarik.

Hal itu disajkan melalui sorotan kamera terhadap landskap dari kejauhan, termasuk dalam adegan pertempuran.

Meski terkesan klise dan absurd, Rambo III sedikit lebih baik dalam mengangkat nilai visual dan sekuen pertempuran secara epik.

Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Sylvester Stallone, Richard Crenna, Kurtwood Smith, Marc de Jonge, Sasson Gabai | Sutradara: Peter MacDonald | Produser: Hal Lieberman, Colin Wilson, Mario F. Kassar, Andrew G. Vajna, Joel B. Michaels | Penulis: Buzz Feitshans | Penulis: Berdasarkan karakter karya David Morell. Naskah: Sylvester Stallone, Sheldon Lettich | Musik: Jerry Goldsmith | Sinematografi: John Stanier | Distributor: TriStar Pictures | Negara: Amerika Serikat  | Durasi: 101 Menit 



sekuel film john rambo part four
Lionsgate
Rambo (2008)

Go live your life ‘cause you’ve got a good one.”

Munculnya gejolak politik di Myanmar melalui Saffron Revolution, seorang perwira kejam SPDC, yakni Mayor Pa Tee Tint .

Ia menghancurkan sejumlah desa, melalui pembantaian, penculikan, serta para wanita dijadikan tawanan untuk budak seks.

John Rambo (Sylvester Stallone) yang menjalani hidup tenang di Thailand, didatangi seorang dokter dan pemimpin kelompok misionaris bernama Michael (Paul Schulze).

Mereka ingin menyewa jasa Rambo sebagai pengawal sekaligus menyeberangkan mereka menuju Myanmar, dalam misi kemanusiaan terhadap bangsa Karen.

Rambo menolaknya, lalu mereka pun nekat pergi, namun akhirnya ditawan oleh tentara pimpinan Tint. 

Michael pun melarikan diri diam-diam dan meminta John Rambo untuk mengantarkan kelompok serdadu bayaran demi membebaskan kelompoknya.

Setelah Rambo kembali mengantarkan mereka, ia menawarkan bantuan namun ditolak oleh pemimpin kelompok tentara bayaran yakni Lewis (Graham McTavish).


review film john rambo part four
Lionsgate
Kelompok Lewis ternyata mengalami kesulitan menghadapi pasukan Tint, hingga akhirnya Rambo kembali turun tangan.

Setelah 20 tahun berlalu, waralaba Rambo kembali digarap Sylvester Stallone.

Ia menulis naskah sekaligus menjadi sutradara film Rambo keempat yang mengangkat isu politik di Myanmar.

Peperangan Rambo di wilayah Asia Tenggara, sepertinya mengembalikan nostalgia akan film First Blood Part II di Vietnam.

Hanya kebetulan saja Rambo hidup tenangdi Thailand, maka pengembangan cerita lebih mudah dilakukan. 

Seperti dalam dua sekuel sebelumnya, John Rambo sudah berusia paruh baya, tentu enggan kembali berperang melawan tirani.

ulasan sinopsis john rambo part four
Lionsgate
Harus diakui, arahan Sylvester Stallone mampu meningkatkan intensitas nyata yang kejam daripada dua film sebelumnya.

Sejumlah karakter tentara bayaran dalam Rambo cukup menarik perhatian, melalui drama emosi.

Sedangkan figur misionaris Sarah Miller sempat melakukan argumen dengan John Rambo meski akhirnya tertuju pada sebuah pencerahan.

Sementara suami Sarah yakni Michael adalah seorang yang menyebalkan sekaligus naïf.

Hal terburuk dalam Rambo adalah kekerasan ekstrim yang eksploitatif, melalui banyak darah dan hal sadis.

Rupanya Sylvester Stallone ingin mengikuti gaya kekerasan dari sejumlah film modern yang dirasa lebih nyata.

Sejumlah adegan Rambo membantai kelompok SPDC tanpa ampun, diperlihatkan cukup epik dan sangat brutal tentunya.

Tidak banyak yang bisa dibahas lagi tentang film Rambo ini, selain figur Rambo yang tidak mengalami pengembangan berarti, ditambah dengan aksi yang semakin brutal.

Score: 1.5 / 4 stars | Pemain: Sylvester Stallone, Julie Benz, Paul Schulze, Matthew Marsden, Graham McTavish, Tim Kang, Rey Gallegos, Jake LaBotz | Sutradara: Sylvester Stallone | Produser: Avi Lerner, Kevin King-Templeton, John Thompson | Penulis: Berdasarkan karakter karya David Morell. Naskah: Art Monterastelli, Sylvester Stallone | Musik: Brian Tyler | Sinematografi: Glen MacPherson | Distributor: Lionsgate | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 91 Menit

Itulah sinema aksi laga review tiga sekuel film Rambo yang dibintangi Sylvester Stallone, yakni Rambo: First Blood Part IIRambo III, serta Rambo.

Comments