The Wicker Man (1973) : Horor Cerdas Paganisme

the wicker man horor cerdas paganisme
British Lion Films

Sinema seram review The Wicker Man, sebuah film horor cerdas bertemakan paganisme Daratan Inggris.

Mungkin sineas Ari Aster mendefinisi ulang genre horor cerdas melalui Hereditary (2018) dan Midsommar (2019) padahal sudah ada film The Wicker Man.

Horor klasik film The Wicker Man yang merupakan salah satu thriller cerdas tentang paganisme.

Film ini juga dipertimbangkan sebagai salah satu film horor klasik terbaik yang pernah ada.

The Wicker Man mengisahkan tentang misteri hilangnya seorang gadis yang menyebabkan terjadinya penyelidikan di sebuah pulau misterius yang terisolir.

Terinspirasi dari novel berjudul Ritual karya David Pinnel, film horor cerdas ini mengangkat tema tentang paganisme dari kultur orang-orang Celtic.

Berbagai pujian dan penghargaan didapatkan film produksi Inggris tersebut, namun pembuatan ulang versi 2006 yang dibintangi Nicolas Cage, merupakan hal konyol.


Sedangkan di tahun 2011, sebuah versi yang masih dalam satu universe, yakni The Wicker Tree dirilis. 

Sutradara Robin Hardy dan aktor Christopher Lee, kembali bergabung dalam film tersebut.

Film The Wicker Man mengisahkan tentang seorang detektif polisi Neil Howie (Edward Woodward), mengunjungi sebuah pulau Hebrides.

Ia tiba di area terisolir bernama Summerisle, guna menyelidiki hilangnya seorang gadis yang diculik bernama Rowan Morrison.

Neil seorang yang relijius terkejut dengan latar belakang dan aktivitas pagan Celtic akan penduduk Summerisle.

Bahkan ibu kandung Rowan, berusaha menghalangi investigasi sekaligus meyakini bahwa Rowan tidak pernah ada. 

Neil pun melanjutkan penyelidikannya hingga ke sebuah sekolahan Rowan dan mendapat petunjuk bahwa Rowan telah mati dan dimakamkan.

review film the wicker man
British Lion Films
 
Neil kemudian mendatangi seorang pemimpin Summerisle bernama Lord Summerisle (Christopher Lee) untuk meminta ijin penggalian makam Rowan.

Setelah hasil penggalian makam dan mendapatkan petunjuk penting, Neil meyakini bahwa Rowan masih hidup.

Rowan akan dijadikan pengorbanan untuk ritual pagan penduduk Summersile, akibat musim panen yang gagal.

Film The Wicker Man sejatinya bukanlah murni film horor, seperti yang dilabeli oleh banyak media.

Bahkan yang saya rasakan, tidak ada sensasi thriller nyata mulai dari awal hingga menjelang akhir cerita.

Malah berbagai adegan diperlihatkan dengan santai layaknya drama suspens yang diselingi beberapa humor dialog.

Beberapa adegan diantaranya saat Neil tiba di kantor polisi, serta pertama kali mendatangi sebuah bar dan penginapan.

Selain itu juga adegan saat ia berbicara dengan seorang gadis cilik, lalu bertemu dengan sang ibu bernama May Morrison.

Penyangkalan May berupaya untuk meyakinkan Neil, bahwa dirinya tidak memiliki seorang putri bernama Rowan.

Investigasi Neil sampai di sebuah kelas sekolahan, hingga saat ia memeriksa rumah penduduk satu-persatu guna mencari keberadaan Rowan.

Rangkaian adegan tersebut pun disajikan layaknya drama biasa.

Scoring yang minim atau bahkan nyaris tak terdengar, serta sejumlah adegan terasa kurang menggigit atau mengejutkan.

Hal itu dibuat serealistis mungkin, akan interaksi dan intrik antara Neil dengan sejumlah figur lain.

Mereka adalah Lord Summersile, May Morrison, Alder dan Willow, Miss Rose, hingga penjaga arsip yang diperankan Ingrid Pitt.

Hasilnya di sepanjang cerita film, Neil merasa dikerjai oleh semua penduduk Summerisle dan terkesan menjadi seseorang yang lemah dan terlihat bodoh. 

Bahkan hingga Neil marah-marah atau membentak pun direspon oleh lawan bicaranya dengan tenang.
 

ulasan film the wicker man
British Lion Films
  
Namun demikian, mungkin gambaran figur seorang polisi biasa yang relijius dan bukan seorang polisi jagoan yang nekat bisa terjadi dalam kehidupan nyata.

Neil yang kerap menjadi bahan lelucon di lingkungan pagan tersebut, adalah cerminan kehidupan yang cenderung nyata.

Aksi Neil mampu menghantam kisah fiktif heroik semata yang terkadang mengaburkan logika.

Karena kekontrasan itulah, maka timbul upaya gigih dari ketidakberdayaan Neil seorang diri dalam memperjuangkan nilai moral.

Ia berupaya mengungkap kebenaran di lingkungan yang menurutnya sangat berbahaya.

Sejumlah kejutan ambigu terjadi, berawal ketika Neil menyaksikan aktivitas seks massal di sebuah taman dekat pemakaman.

Kemudian berlanjut dengan memperhatikan bahwa Lord Summersile menyerahkan seorang remaja pria yang masih perjaka kepada Willow untuk bereksperimen seks.

Juga saat ia dalam perjalanan hendak mengunjungi kediamaan Lord Summersile, tampak sekelompok wanita dan gadis muda bertelanjang menari.

Mereka tampak melakukan ritual di sebuah tugu batu seperti Stonehenge.

Baca juga: Don't Look Now (1973): Ancaman Bahaya dalam Duka Kehilangan

Tak hanya itu, saat Neil melakukan intervensi sekaligus hendak menginterogasi di dalam kelas, dengan terang-terangan Miss Rose sedang mengajarkan hal mengejutkan.

Ia mengajarkan sebuah simbol pagan yang vulgar di depan para murid perempuan yang masih belia.

Adegan tersebut menyajikan proses "pencucian otak" akan kepercayaan pagan yang ditentang oleh Neil seorang Kristiani yang taat.

Berbagai sikap dan kelakuan para muridnya itu memang diperlihatkan dengan sikap ambigu dan terkesan kejam. 

Hal itu tersaji dalam adegan saat Neil memperhatikan meja kosong yang seharusnya diisi oleh Rowan.

The Wicker Man memang unik dalam gaya penyajian yang mungkin sangat jarang dimiliki film sejenis.

Ada beberapa lagu khas Celtic yang dinyanyikan oleh sejumlah figur dalam adegan tertentu, sehingga film ini tampak seperti musikal.

Contohnya saat Neil pertama kali mengunjungi bar dan penginapan, lalu ia memesan kamar dan direspon oleh pemiliknya.

Sang pemilik memberitahukan Neil, bahwa putrinya bernama Willow akan melayani, maka sontak para pengunjung bar tersebut bernyanyi yang diiringi oleh alat musik.

sinopsis film the wicker man
British Lion Films
 
Yang menarik juga saat Neil mengunjungi sekolahan, tampak di pelataran sekolah, ada aktivitas mengejutkan.

Tampak ada seorang guru pria dan sejumlah murid lelaki, mengelilingi sebuah pohon yang dihias, sambil bernyanyi dan menari.

Penampilan berani aktris Britt Ekland sebagai Willow yang topless dan full frontal yang disorot dari belakang sambil menyanyi dan menari guna merayu Neil.

Willow tampak bergoyang erotis dengan merayu Neil dibalik pintu kamar di penginapan tersebut, termasuk salah satu adegan memorable film ini.

Indahnya setting landskap pedesaan Summersile yang terpencil dan terisolir, diperlihatkan di awal cerita dalam sebuah adegan dari atas pesawat.

Ketenangan suasana di pedesaan khas Inggris wilayah Utara itu sungguh mendukung atmosfir suspens cerita.

Adapun tiba saat saat adegan puncak dataran tinggi yang hijau di tepi pantai, menghiasa aksi horor pamungkas yang mengejutkan.

Semua aktor/aktris dalam The Wicker Man membawakan figurnya dengan baik dan impresif.

Sang legenda horor Christopher Lee sebagai Lord Summerisle, terkesan begitu karismatik sekaligus misterius.

Horor sesungguhnya memang berada saat menjelang akhir cerita, dengan konsep yang memiliki pelintiran dan memang telah dirancang dengan cermat.


Mirip dengan adegan film Spellbinder (1988), film ini menyajikan tingkat kengerian dan kebrutalan yang sangat realistis dan begitu tragis.

The Wicker Man adalah sebuah contoh film drama suspens atau horor cerdas dengan mengaitkan ritual dan kepercayaan tradisi kuno paganisme.

Film ini merupakan narasi tentang kriminalitas kejam dalam menciptakan sebuah ilusi manipulatif.

Jangan pernah membandingkan dengan versi 2006-nya!

Demikian sinema seram review The Wicker Man, sebuah film horor cerdas bertemakan paganisme Daratan Inggris.

Score : 3 / 4 stars

The Wicker Man | 1973 | Drama, Misteri, Horor | Pemain: Edward Woodward, Christopher Lee, Britt Ekland, Ingrid Pitt, Diane Cilento | Sutradara: Robin Hardy | Produser: Peter Snell | Penulis: Berdasarkan inspirasi dari novel Ritual karya David Pinnel. Naskah: Anthony Shaffer | Musik: Paul Giovanni | Sinematografi: Harry Waxman | Distributor: British Lion Films | Negara: Inggris | Durasi: 87 Menit

Comments