Tenet (2020): Pembalikan Keadaan yang Bolak-Balik

review film tenet
Warner Bros Pictures

Sinema fiksi ilmiah review Tenet, film yang bertutur tentang pembalikan keadaan yang bolak-balik.

Christopher Nolan adalah salah satu sineas modern yang jenius, namun tidak semua audiens menyukai dan bahkan menikmati sejumlah karyanya. 

Film Tenet adalah karyanya yang terbaru dengan mengangkat tema tentang "pembalikan keadaan" melalui penyajian yang memaksa otak audiens berpikir bolak-balik mengenainya.
 
Sempat mengalami kemunduran jadwal sebanyak tiga kali, akhirnya Tenet harus tayang di bioskop bulan Agustus lalu di masa pandemi COVID-19 yang masih merajalela secara global.

Menjadi salah satu film yang diantisipasi oleh penggemar Christopher Nolan, tampaknya tidak bisa dinikmati oleh semua orang yang hendak menonton di bioskop, termasuk di Indonesia. 

Kacaunya jadwal penayangan film di bioskop yang masih terancam tutup sewaktu-waktu, membuat Warner Bros menayangkan opsi terhadap sejumlah film rilisan 2020 melalui HBO Max, termasuk Tenet.

Meski saat ini film Tenet berada di peringkat ke-4 sebagai film terlaris sepanjang 2020, namun pendapatan finansial Warner Bros masih jauh dari harapan, mengingat biaya yang dikeluarkan juga tinggi.

Sejauh ini, film yang dibintangi oleh John David Washington dan Robert Pattinson tersebut dinilai cukup baik oleh kritikus.

Adapun penilaiannya bersifat argumentatif dari sebagian audiens, mengingat mungkin belum semua orang telah menyaksikannya. 
 
ulasan film tenet
Warner Bros Pictures

Tenet mengisahkan seorang agen rahasia yang dipanggil “The Protagonist” (John David Washington) direkrut oleh organisasi intelijen yakni “Tenet”. 

Seorang ilmuwan menjelaskan kepadanya bahwa mereka sedang meneliti fenomena entropi “pembalikan keadaan” terhadap objek peluru sehingga bergerak mundur melintasi waktu.

Hal tersebut menjadi sebuah penemuan yang berasal dari masa depan, sebagai senjata mematikan sekaligus mengancam umat manusia menuju kehancuran massal. 

The Protagonist diarahkan untuk menyelidiki asal-muasal peluru tersebut, dan tertuju kepada pedagang senjata bernama Priya Singh (Dimple Kapadia).

Dibantu oleh agen perantara yakni Neil (Robert Pattinson), mereka mendapatkan informasi dari Priya bahwa peluru tersebut dibeli seorang taipan asal Rusia, yakni Andrei Sator (Kenneth Branagh).

Demi sebuah sasaran, maka The Protagonist medekati istri Sator bernama Kat (Elizabeth Debicki) melalui sebuah lukisan imitasi. 

Melalui informasi Kat, diketahui bahwa Sator memiliki sebuah fasilitas penyimpanan lukisan antik di sebuah bandara sebagai modus operandi untuk menghindari pajak.

The Protagonis dan Neil menyusup ke dalam fasilitas tersebut setelah mengelabui penjaga, lalu mereka menemukan sebuah alat pembalikkan keadaan atau yang disebut “turnstile”. 

Mereka terkejut saat berkonfrontasi dengan dua orang yang mengenakan masker menyerang mereka.
 
sinopsis film tenet
Warner Bros Pictures

Dalam sebuah kesempatan akhirnya The Protagonist bertemu dengan Sator, dengan melobi menawarkan bantuan untuk mencuri bahan Plutonium-241

Sator yang menyetujuinya ternyata berhasil mengelabuinya saat kawanan The Protagonist dan Neil beraksi dalam mencuri bahan tersebut, dengan cara pembalikkan waktu.

Sementara Sator berhasil mendapatkan Plutonium, nyawa Kat terancam setelah dijadikan sandera dan tertembak, sedangkan The Protagonist sempat ditawan sebelum akhirnya dibebaskan. 

Kebingungan dan kesan yang bolak-balik! Itulah isu utama dalam menelaah tontonan terbaru persembahan Nolan yang identik dengan gaya intelegensia-nya. 

Sejak menyodorkan konsep “pembalikan keadaan” dalam adegan saat seorang ilmuwan menjelaskannya kepada The Protagonist, maka perasaan saya sudah mulai cemas.

Kecermatan dalam mengikuti dialog yang dirasa cukup cepat yang dilontarkan antar-figur, menjadi hal paling krusial sekaligus mungkin kelemahan utama film ini.

Saya termasuk orang yang cenderung lemah dalam mencerna serta memahaminya, melalui narasi Tenet dalam keadaan yang bolak-balik, menguras energi dan pikiran.

Oleh karena itu, beberapa poin yang membuat audiens lengah dalam mengikuti dialog dan sulit memahami apa yang terjadi dalam beberapa adegan berikutnya.

Akibatnya, film Tenet tidak bisa dinikmati secara penuh.  

Meski tidak semerawut alur dari Nolan sebelumnya yakni Memento (2000), film Tenet masih bisa dinikmati secara gamblang dan sederhana terkait perburuan The Protagonist terhadap Sator. 
 
Warner Bros Pictures
 

Selain itu, narasi yang melibatkan aktivitas intelijen rahasia, menjadi nilai lebih dalam menghadirkan suspens serta intrik yang membuat penasaran, terhadap figur pendukung baik Neil maupun Priya, termasuk Sator dan Kat. 

Pengungkapan akan pelintiran menuju konklusi cerita, sungguh membuat mind blowing karena tidak pernah bisa disangka sebelumnya.

Meski pada akhirnya tidak ada hal istimewa yang seharusnya bisa dimunculkan di bagian akhir, kecuali tertuju pada konsep semacam “sirkulasi waktu” ala The Terminator misalnya.

Selebihnya Tenet lebih meyakinkan dalam hal komposisi musik dan scoring emosional yang membawa nostalgia era 80’an dari Ludwig Göransson, melalui synthesizer-nya.
 
Boleh dikatakan bahwa film ini mungkin saja lebih bisa dinikmati oleh sejumlah audiens yang lebih cerdas dalam kesigapan menangkap makna dialog di sepanjang film.

Maka audiens tidak perlu mencerna bolak-balik, apalagi mengulangi sejumlah adegan sebelumnya, sehingga akhirnya memahami benar akan arti "pembalikan keadaan".

Bagi saya pribadi, Tenet masih inferior dibandingkan karya Nolan fenomenal lainnya, yakni Inception (2010). 

Performa standar para pemainnya juga tidak mengesankan saya, kecuali aktor serba-bisa Kenneth Branagh sebagai Sator yang orang Rusia, cukup mengesankan.

Tertantang ingin menyaksikan adu alur antara dua pihak yang bertentangan? Jawabannya ada di film Tenet.

Score: 2.5 / 4 stars  

Tenet | 2020 | Aksi Laga, Fiksi Ilmiah, Thriller | Pemain: John David Washington, Robert Pattinson, Elizabeth Debicki, Dimple Kapadia, Michael Caine, Kenneth Branagh | Sutradara: Christopher Nolan | Produser: Emma Thomas, Christopher Nolan | Penulis: Christopher Nolan | Musik: Ludwig Göransson | Sinematografi: Hoyte van Hoytema | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Inggris, Amerika Serikat | Durasi: 150 Menit

Comments