Ulasan 4 Film ‘King Kong’ dalam Generasi Berbeda

generasi empat film kingkong
Universal Pictures

Sinema petualangan fantasi, ulasan empat film King Kong dalam generasi berbeda.

Kesuksesan film Godzilla vs. Kong dalam masa pandemi COVID-19 ini, sungguh tak terduga.

Film tersebut menegaskan melalui kisah menyenangkan dan menghibur, di tengah serbuan politik identitas sampah yang meracuni waralaba populer.

Meski monster Godzilla yang berasal dari Jepang itu populer secara global, namun karakternya terinspirasi dari monster King Kong yang sudah ada sejak tahun 30’an.

Film King Kong sendiri berada dalam periode sebelum era sensor atau Pra-Kode dan berlangsung hingga kini, melewati banyak generasi.

Trivia: Monster King Kong berasal dari sebuah pulau yang dinamakan Skull Island, dan kemungkinan besar terletak di wilayah Indonesia, dan di tahun 30’an masih disebut Hindia Belanda.

Figur ikonik King Kong hasil kreasi Marian C. Cooper tersebut, jelas menjadi bagian dari budaya populer yang berpengaruh.

Film perdananya masuk dalam daftar National Film Registry dan diadaptasi ke dalam sejumlah media.

Dari sekian banyak filmnya, berikut adalah empat film lepas King Kong dalam format live-action yang direkomendasikan untuk ditonton.

Masing-masing filmnya memiliki ciri khas berdasarkan penceritaan, serta berlainan generasi tentunya:

review ulasan sinopsis film kingkong 1933
RKO Pictures

King Kong (1933) 

Sineas bernama Carl Denham (Robert Armstrong) mengumpulkan kru untuk syuting film tentang alam liar eksotis. 

Dengan menggunakan kapal yang dipimpin Kapten Englehorn, Carl hanya memerlukan satu aktris wanita yang akan berperan vital dalam film tersebut.

Sebelum kapal berlabuh, Carl bertemu dengan Ann Darrow (Fay Wray) yang sedang kesulitan dan ia memberikan janji karir dengan mengajak Ann bertualang untuk keperluan syuting.

Dalam perjalanan di dalam kapal, Carl mengaku kepada Englehorn dan asistennya Jack Driscoll (Bruce Cabot), bahwa pulau tersebut dinamakan Skull Island dengan posisi dekat Pulau Sumatera.

Setibanya di Skull Island, mereka mengamati bahwa terdapat penduduk asli pulau yang sedang mengadakan korban persembahan kepada monster Kong, yang berada di balik tembok raksasa.

Sang Kepala Suku mengincar Ann untuk dijadikan korban, sehingga Carl yang dikawal Jack dan kru-nya pura-pura meninggalkan pulau itu.

Mereka semua berdiam di kapal hingga menunggu wktu yang tepat untuk kembali.

Di malam harinya beberapa orang dari suku tersebut diam-diam menculik Ann, sehingga Carl dan Jack berserta para kru film dan anak buah kapal harus menyelamatkannya. 

Upaya mereka digagalkan oleh monster Kong yang terlanjur menculik Ann menuju hutan liar purbakala.

Maka Jack yang mencintai Ann, serta Carl yang melanjutkan syuting film pun harus bertahan hidup dari ancaman Kong dan sejumlah mahluk purbakala ganas, guna menyelamatkan Ann.

review ulasan sinopsis film kingkong 1933
RKO Pictures

Film King Kong versi inilah yang pertama kali memperkenalkan sang monster ikonik tersebut kepada dunia.

Mala dalam perjalanan waktu hingga saat ini, monster King Kong telah muncul di banyak media dan menjadi referensi budaya populer global.

Menyaksikan film klasik yang terkesan kuno dengan visual hitam-putih serta kualitas audio seadanya, sangat berbeda di masa kini. 

Bagaimanapun juga, film ini menjadi pelajaran awal bagaimana cara mewujudkan sosok monster raksasa terintegrasi dengan manusia, baik di alam liar maupun perkotaan.

Karakterisasi manusia dalam film King Kong, yakni Ann, Jack serta Carl sulit untuk dinilai sebagai yang istimewa kecuali dalam gerak aksi yang mereka lakukan. 

Malah Carl bisa dinilai sebagai yang antagonis sejak ia memiliki misi terselubung dan obsesinya yang berbahaya.

Alih-alih komersialisme yang ingin menghibur audiens dan mencetak uang, sisi kebodohan Carl sulit ditepis sejak ia bersikeras membawa Kong menuju kota New York demi kepentingan bisnis.

Karakter Kong sendiri memang terbatas dalam mengeksplorasi ekspresi dan mimik wajahnya, sehingga sulit untuk terkoneksi secara emosi. 

Wajar demikian, mengingat keterbatasan teknologi pendukung saat itu.

Penyajian efek spesialnya menjadi salah satu pelopor dalam menghidupkan kembali para binatang dan monster raksasa, berinteraksi dengan manusia dan dinosaurus.

Penggunaan stop-motion animation untuk menghidupkan berbagai gerakan puppetry monster dan rear projection yang diintegrasikan dengan para pemeran manusia, menjadi luar biasa di jaman itu.
 
review ulasan sinopsis film kingkong 1933
RKO Pictures

Menariknya, terkadang begitu kentara bagaimana dalam beberapa adegan tertentu, monster Kong tampak menggenggam karakter Ann.

Kong juga menggenggam para korban berupa puppetry yang meronta-ronta dengan pergerakan kaku, ataupun para korban yang berjatuhan ke dasar jurang serta dari ketinggian gedung bertingkat.

Mate painting baik untuk landskap Skull Island dari sudut pandang para protagonis di atas anjungan kapal, hutan liar purbakala, hingga perkotaan New York, dimanipulasi melalui format hitam-putih.

Bagaimana Kong menghajar kereta metro yang melintas diatas sebuah jalur sudut kota, menjadi salah satu adegan favorit saya, karena miniatur yang terperinci. 

Adegan puncaknya, tentu saja adegan final di atap gedung Empire State Building merupakah sesuatu yang epik dan ikonik.

King Kong versi 1933 ini sudah tidak perlu diragukan lagi sebagai yang orisinal dan pertama kali mengenalkan monster ikonik secara artistik dan megah.

Score: 3 / 4 stars | Pemain: Fay Wray, Robert Armstrong, Bruce Cabot | Sutradara: Marian C. Cooper, Ernest B. Schoedsack | Produser: Marian C. Cooper, Ernest B. Schoedsack | Penulis: Edward Wallace dan Merian C. Cooper. Naskah: James Creelman, Ruth Rose | Musik: Max Steiner | Sinematografi: Eddie Linden, Vernon Walker, J.O. Taylor | Distributor: RKO Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 100 menit

review ulasan sinopsis film kingkong 1976
Paramount Pictures
 
King Kong (1976)

Pelabuhan Surabaya 1970, ketika rombongan ekspedisi yang dipimpin sang pemilik industri minyak Petrox yakni Fred S. Wilson (Charles Grodin) mulai berangkat.

Mereka menggunakan kapal tangki menuju ke sebuah pulau yang dikelilingi kabut, guna penelitian sumber minyak.

Dalam sebuah pertemuan di dalam kapal, seketika mereka dikejutkan oleh seorang penumpang gelap bernama Jack Prescott (Jeff Bridges) seorang ahli paleontologi.

Jack meyakinkan mereka bahwa pulau tersebut dinamakan Skull Island dan menjadi legenda misterius berdasarkan pengalaman para pelaut di jaman kolonial.

Saat Jack hendak ditahan karena melanggar keamanan serta dianggap sebagai penipu, seketika pula ia menyerukan mereka.

Ia melihat perahu karet yang ditumpangi seorang wanita pingsan, yang kemudian diketahui bernama Dwan (Jessica Lange).

Setelah sadar, Dwan pun masih sulit mengingat insiden yang menimpa dirinya hingga ia selamat.

Sedangkan Jack setelah diperiksa identitasnya, diminta untuk menjadi fotografer dokumentasi penelitian mereka menuju pulau tersebut.

Sesampainya di pulau tersebut, mereka berkonfrontasi dengan penduduk setempat yang hendak mengorbankan seorang wanita untuk monster Kong yang berada di balik tembok raksasa. 

Di malam harinya, Dwan diculik dan dijadikan korban kepada Kong. Jack dan Fred beserta kru kapal, menerobos tembok dan berupaya menolong Dwan yang dibawa oleh Kong menuju wilayahnya.
 
review ulasan sinopsis film kingkong 1976
Paramount Pictures

Sementara Fred menangkap sebuah peluang akan potensi sumber minyak di pulau tersebut.

Ia berniat membawa Kong ke kota New York untuk dijadikan pertunjukan dalam kampanye perusahaan minyak miliknya, dan memberikan peluang karir sebagai bintang kepada Dwan.

Ikatan kuat antara monster Kong dengan karakter utama wanita yang terjalin di film King Kong versi 2005, sesungguhnya bermula dari film ini.

Versi 1976 ini adalah sebuah adaptasi tanpa merubah garis alur mendasar dari versi 1933. Film ini lebih menekankan kepada hubungan emosional antara Kong dengan Dwan.

Hanya saja tidak terdapat dinosaurus atau binatang purbakala, kecuali ular boa raksasa yang dihadirkan mirip dengan mainan. 

Namun performa Kong kali ini jauh lebih baik dan ekspresif serta emosional, mengingat sang artis spesial efek, yakni Rick Baker yang mengenakan kostum Kong.

Pergerakan dan mimik wajah, terutama di bagian rahang yang memperlihatkan gigi runcingnya, sungguh mengesankan.

Spesial efeknya impresif berkat sentuhan teknis karya Carlo Lombardi, jadi penggunaan stop-motion animation hanya berlaku untuk monster ular boa raksasa saja.

Terasa berbeda jauh perbandingannya dengan versi 1933 dalam hal setting, baik latar belakang panorama, set desain.

Juga berbagai aksi yang memadukan Kong dengan manusia, meski penggunaan rear projection masih saja kentara, termasuk adegan di dalam studio.

review ulasan sinopsis film kingkong 1976
Paramount Pictures
 
Adegan final yang memanfaatkan atap gedung World Trade Center kala itu, merupakan ide brilian meski tidak ikonik saat Kong berada di Empire State Building.

Scoring melodramatis yang menyentuh dan membuai dari John Barry, menguatkan atmosfir romantisme, serta rasa petualangan seru meski sedikit beraroma James Bond era 70’an.

Hanya performa Charles Grodin sebagai protagonis sekaligus antagonis Fred sang raja minyak di film ini. yang paling menonjol dan mengesankan.

Jeff Bridges sebagai Jack Prescott tampak medioker yang mengingatkan akan figur Matt Hooper dalam film Jaws (1975)

Sedangkan figur Dwan yang diperankan Jessica Lange adalah versi modern terhadap figur Ann.

King Kong versi 1976 ini disajikan lebih ringan, bersahabat serta tidak brutal ataupun mengerikan seperti yang terdapat dalam versi 1933. 

Ciri khas film ini menandakan sebuah redefinisi atau intepretasi lain dari film King Kong secara pas dan menghibur.

Score: 3 / 4 stars | Pemain: Jeff Bridges, Charles Grodin, Jessica Lange | Sutradara: John Guillermin | Produser: Dino De Laurentiis | Penulis: Berdasarkan karakter karya Edward Wallace, Merian C. Cooper, James Creelman. Naskah: Lorenzo Semple Jr. | Musik: John Barry | Sinematografi: Richard H. Kline | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 134 menit

 
review ulasan sinopsis film kingkong 2005
Universal Pictures

King Kong (2005)

Tahun 1933 di kota New York, Ann Darrow (Naomi Watts) direkrut sineas Carl Denham (Jack Black) untuk syuting film.

Naskahnya ditulis oleh favorit Ann, yakni Jack Driscoll (Adrien Brody) di atas sebuah kapal menuju Singapura.

Terungkap bahwa tujuan Carl adalah Skull Island dan kapten Inglehorn (Thomas Kretsschmann) mendapat informasi bahwa Carl menjadi buronan karena masalah keuangan.

Konflik yang terjadi antara Inglehorn dengan Carl menuntun kapal tersebut menuju wilayah Rangoon, namun malah tersesat menghampiri Skull Island

Setelah Ann diculik oleh penduduk setempat untuk korban persembahan kepada monster Kong, maka Jack, Carl serta Inglehorn berupaya membebaskannya.

Mereka harus berhadapan dengan sosok Kong, serta berbagai binatang purba yang mengerikan.

Sementara Carl bersikeras untuk menangkap Kong sebagai peluang emas untuk sebuah pertunjukan di Kota New York.
 
review ulasan sinopsis film kingkong 2005

Film King Kong versi ini kembali membuat ulang hampir persis terhadap versi 1933, dengan menggunakan setting waktu yang sama pula.

Hanya saja sudah banyak terbantu dengan kecanggihan teknologi digital sehingga lebih mudah disajikan dengan baik.

Performa para aktor/aktrisnya pun tidak mengecewakan, terutama Naomi Watts dan Jack Black.

Sedangkan performa Andy Serkis dengan peran yang sama terhadap figur yang mirip dalam trilogi Planet of the Apes versi reboot, jelas memanfaatkan animasi 3D canggih buatan Weta.

Keindahan panorama eksotis di Selandia Baru, juga menjadi momentum yang tepat bagi Peter Jackson pasca kesuksesan trilogi Lord of the Rings (LOTR) garapannya.

Satu-satunya adegan yang dikenang sekaligus membuat bulu kuduk merinding, yakni saat para kru yang terdampar di dasar tebing sempit nan-curam itu.

Mereka lalu diserang oleh sekawanan laba-laba ganas raksasa.

Sangat disayangkan durasi selama tiga jam film ini cukup melelahkan, terlebih setelah momentum hype Jackson dalam trilogi LOTR dengan masing-masing durasi yang sama.

Score: 3 / 4 stars | Pemain: Andy Serkis, Naomi Watts, Jack Black, Adrien Brody, Thomas Kretsschmann, Colin Hanks, Jamie Bell | Sutradara: Peter Jackson | Produser: Jan Blenkin, Carolynne Cunningham, Fran Walsh, Peter Jackson | Penulis: Berdasarkan karakter karya Edward Wallace, Merian C. Cooper, James Creelman. Naskah: Fran Walsh, Philippa Boyens, Peter Jackson | Musik: James Newton Howard | Sinematografi: Andrew Lesnie | Distributor: Universal Pictures | Negara: Selandia Baru, Amerika Serikat | Durasi: 187 menit


 
review ulasan sinopsis film kingkong 2017
Warner Bros Pictures

Kong: Skull Island (2017)

Tahun 1944 dua pilot Amerika dan Jepang terjun darurat setelah bertempur di udara dan melanjutkan pertarungan mereka di darat, namun terkejut dengan kehadiran monster Kong.

Tahun 1973 perwakilan organisasi Monarch yakni Bill Randa (John Goodman) memimpin penelitian terhadap Skull Island yang memiliki habitat purbakala.

Anggotanya yakni prajurit SAS James Conrad (Tom Hiddleston), militer Amerika Letkol Preston Packard (Samuel L. Jackson), serta fotografer Mason Weaver (Brie Larson). 

Mereka dibantu dengan sekelompok ilmuwan, pakar, serta tentara pengawal.

Ancaman datang dari monster Kong yang melindungi para penduduk asli pulau tersebut, selain menghindari sejumlah pemangsa ganas yang juga menjadi musuh Kong.

Untuk kesekian kalinya film King Kong dibuat ulang, kali ini menggunakan ide yang relevan dengan Perang Vietnam.

Film ini khususnya terinspirasi dari Apocalypse Now (1979) dan ternyata menarik, melalui sudut pandang berbeda.

Baca juga: Top 10 Film Perang Vietnam

Meski premisnya tidak istimewa, namun King Kong versi ini kembali menyajikan kekerasan serta kebrutalan yang lebih mengerikan dibandingkan versi 1933.

Atmosfir Kong: Skull Island hadir lebih kelam, senada dengan situasi Perang Vietnam.

review ulasan sinopsis film kingkong 2017
Warner Bros Pictures

Narasi film ini kembali mengingatkan bagaimana elemen militer maupun ilmuwan menyusup masuk ke dalam sebuah teritori ganas dengan alam misterius.

Adanya kekuatan besar bakal tak terbayangkan, sehingga muncul motif tersembunyi layaknya film Aliens (1986) atau Annihilation (2018).

Sejak era 2010’an memang semakin menandakan kecanggihan CGI dalam polesan akhir terhadap film yang membutuhkan spesial efek.

Begitu pula Kong: Skull Island yang sulit dibedakan apakah audiens menonton film live-action atau animasi.

Walau demikian, film ini cukup menghibur, mengingat Warner Bros menjadikannya sebagai bagian dari paket MonsterVerse bersama dengan sosok monster Godzilla.  

Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Tom Hiddleston, Samuel L. Jackson, John Goodman, Brie Larson, John C. Reilly | Sutradara: Jordan Vogt-Roberts | Produser: Thomas Tull, Mary Parent, Jon Jashni, Alex Garcia | Penulis: Berdasarkan karakter karya Edward Wallace, Merian C. Cooper, James Creelman. Cerita: John Gatins. Naskah: Dan Gilroy, Max Borenstein, Derek Connolly | Musik: Henry Jackman | Sinematografi: Larry Fong | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 117 menit

Itulah sinema petualangan fantasi, ulasan empat film King Kong dalam generasi berbeda.

Comments

  1. perbanyak membahas franchise2 besar min 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima Kasih atas masukannya ... kebetulan lagi dalam proses development, jika tidak ada halangan nanti akan disesuaikan jadwal penayangannya

      Delete

Post a Comment