The League of Extraordinary Gentlemen (2003): Superhero Klasik Terlupakan, Namun Menawan
20th Century Fox |
Sinema aksi laga, review The League of Extraordinary Gentlemen, film superhero klasik yang terlupakan, namun menawan.
FIlm The League of Extraordinary Gentlemen dirilis tahun 2003 silam, menyajikan petualangan superhero periode klasik.
Era Victoria abad 19 dikombinasikan dengan kecanggihan teknologi masa depan atau yang disebut dieselpunk, menjadikan The League of Extraordinary Gentlemen sungguh unik.
Film tersebut merupakan adaptasi lepas dari komik karya Alan Moore dan Kevin O'Neill, mengisahkan aksi laga para figur fiktif dari literatur klasik.
The League of Extraordinary Gentlemen memang dinilai negatif oleh kritik, namun raihan box office membuktikan bahwa filmnya disukai audiens.
Sayangnya, masalah produksi film tersebut terjadi diantara kru, menjadi salah satu penyebab pensiunnya Sean Connery dari industri tersebut.
20th Century Fox |
20th Century Fox sempat merencanakan sebuah reboot, namun akhirnya batal karena proses akuisisi dengan Disney pada 2019 lalu.
The League of Extraordinary Gentlemen mengisahkan di tahun 1899, sekelompok teroris dipimpin Fantom beraksi di London dan Berlin.
Aksi yang dilakukan Fantom mengakibatkan ketegangan kedua negara, dan dikhawatirkan akan memicu Perang Dunia
Demi melindungi kepentingan Kerajaan Inggris, M (Richard Roxburgh) menugaskan Alan Quatermain (Sean Connery) untuk menghentikan Fantom.
Misi Alan yakni menangkap Fantom yang berencana akan meneror Konferensi Eropa di Venesia.
M membentuk sebuah liga yang dipimpin Alan, terdiri dari Kapten Nemo (Naseeruddin Shah), Rodney Skinner alias Invisible Man (Tony Curran), serta Mina Harker (Peta Wilson).
Mereka lalu mendatangi Dorian Gray (Stuart Townsend) yang semula enggan diajak bergabung, dan akhirnya setuju setelah diserang oleh kelompok Fantom.
Lalu muncul seorang agen rahasia Amerika, Tom Sawyer (Shane West) yang akhirnya diterima Alan.
Rekrutan terakhir dalam perjalanan mereka dari London ke Venesia, yakni mampir ke Paris guna mengangkap Dr. Jekyll alias Mr. Hyde.
20th Century Fox |
Namun apa yang terjadi di Venesia selanjutnya memberikan kejutan besar bagi mereka.
Premis tentang multi semesta atau multiverse sejumlah figur dari literatur klasik abad 19, sungguh menarik.
Audiens kembali diajak menuju era klasik Victoria, sebelum lahirnya sejumlah negara modern yang kita kenal saat ini.
Periode kolonialisme dan revolusi industri, serta kombinasi akan kecanggihan teknologi mesin futuristik kala itu adalah hal yang unik.
Melalui figur Kapten Nemo, diperkenalkan kendaraan mobil mewah dengan mesin yang lebih canggih mendahului jamannya.
The Nautilus adalah kapal selam raksasa dengan desain ramping seperti pisau, membelah lautan menjelajahi kepulauan Inggris menuju Italia dalam waktu singkat.
Figur Kapten Nemo mendapat tempat khusus, selain figur utama yang dipimpin Alan Quatermain yang sedang megalami krisis hidup.
20th Century Fox |
Narasi film The League of Extraordinary Gentlemen mengevaluasi jati diri masing-masing figurnya setelah apa yang mereka alami masing-masing.
Quatermain mengasingkan diri di Afrika setelah putranya tewas di Inggris, dianggap sudah tidak peduli dan loyal terhadap Kerajaan Inggris.
Nemo ingin menembus masa lalu kejahatannya yang kerap dicap sebagai bajak laut.
Sementara figur Dorian Gray tak kalah impresifnya, melalui banyak hal misterius yang sulit dipahami orang lain.
Semakin penasaran, karena ternyata ia pernah menjalin hubungan dengan Mina Harker, janda dari Jonathan Harker yang pernah mengalami konflik dengan Dracula.
Konflik internal yang dialami Dr. Jekyll dan Mr. Hyde pun tak kalah serunya, bagaimana kejiwaan dan transformasi fisik diantara keduanya merupakan alter-ego dinamis.
Sementara sang Invisible Man Rodney Skinner berpotensi besar dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Adapun Tom Sawyer digambarkan sebagai sosok yang perlu menambah pengalaman, seperti yang diajarkan Quatermain mengingatkan akan putranya sendiri.
20th Century Fox |
Elemen pelintirian besar mengejutkan alur cerita The League of Extraordinary Gentlemen, sehingga bukan sekadar berhadapan dengan sang antagonis semata.
Sejumlah aksi laga yang tersaji, enak untuk dinikmati, hanya saja penyelesaian efek visual yang mengkhawatirkan.
Ternyata hal tersebut terjadi karena tekanan pihak studio, terkait jadwal dengan film produksi 20th Century Fox lainnya, Master and Commander.
Maka hasilnya pun tidak sebanding dengan kualitas secara keseluruhan, meski pada akhirnya film ini sangat menghibur.
Hingga kini, belum ada kabar terhadap pengembangan The League of Extraordinary Gentlemen sebagai superhero klasik yang terlupakan, namun tetap menawan.
Score: 3 / 4
The League of Extraordinary Gentlemen | 2003 | Aksi Laga, Petualangan, Period | Permain: Sean Connery, Shane West, Stuart Townsend, Peta Wilson, Jason Flemyng, Tony Curran, Naseeruddin Shah, Richard Roxburgh | Sutradara: Stephen Norrington | Produser: Trevor Albert, Rick Benatar, Sean Connery, Mark Gordon, Don Murphy, Michael Nelson | Cerita: Berdasarkan komik The League of Extraordinary Gentlemen karya Alan Moore dan Kevin O'Neill. Naskah: James Dale Robinson | Musik: Trevor James | Sinematografi: Dan Laustsen | Distributor: 20th Century Fox | Negara: Inggris Raya, Amerika Serikat, Jerman | Durasi: 110 Menit
Comments
Post a Comment