Review Universal Monsters: The Phantom of the Opera (1925)
![]() |
Universal Pictures |
Sinema drama horor review Universal Monsters, film The Phantom of the Opera rilis tahun 1925.
Review film Universal Monsters kali ini yaitu The Phantom of the Opera, film era bisu yang rilis tahun 1925, sudah berusia seratus tahun.
The Phantom of the Opera merupakan adaptasi novel dengan judul sama dari Perancis karya Gaston Leroux.
Banyak yang berpendapat, bahwa The Phantom of the Opera versi 1925 ini adalah adaptasi yang paling akurat dan terbaik, setelah sejumlah film adaptasi lain muncul beberapa dekade berikutnya.
Film The Phantom of the Opera original versi 1925 ini diperankan Lon Chaney, ayah dari aktor The Wolf Man (1941), Lon Chaney Jr.
The Phantom of the Opera dari Universal Monsters klasik ini menjadi salah satu ikon horor legendaris sepanjang masa.
The Phantom of the Opera mengisahkan seputar The Paris Opera House, saat terjadi perubahan kepemilikan gedung.
Selama ini, banyak yang melaporkan bahwa ada sosok misterius disebut "The Phantom" (Lon Chaney) menghantui gedung tersebut.
"The Phantom" mengincar dan merayu salah satu penyanyi gedung opera tersebut, yaitu Christine (Mary Chaney).
![]() |
Universal Pictures |
Sosok "The Phantom" mengancam akan membuat tragedi menakutkan terhadap manajemen pengelola gedung opera, jika Christine tidak dimainkan sebagai peran utama.
Christine sendiri memiliki kekasih, Raoul (Norman Kelly) yang ingin menikahinya sekaligus membujuk agar berhenti sebagai penyanyi opera.
"The Phantom" tidak tinggal diam, ia selalu berupaya mendesak Christine melalui suara bisikan dari ruang rahasia dan menjanjikan ketenaran.
Suatu hari, "The Phantom" berhasil menculik Christine hingga Raoul dan semua orang disekitarnya panik.
Misteri bertambah rumit, sejak dari awal sudah ada sosok asing selalu hadir mengintai peristiwa tersebut.
Menyaksikan Universal Monsters Era Bisu Hollywood yaitu film The Phantom of the Opera, menjadi sensasi tersendiri dan akhirnya membuat saya kagum.
Tidak salah film versi 1925 ini menjadi adaptasi film terbaik sepanjang masa, berkat efektivitas narasi jalan cerita dan desain produksi mengagumkan.
Sosok misterius "The Phantom" memang tidak memiliki latar belakang yang jelas dan terperinci, tapi menyiapkan banyak kejutan.
Figur ini yang mengendalikan teror dan obsesi cinta sekaligus, sehingga kita sebagai penonton merasakan betul kengerian dan tragedi secara bersamaan.
![]() |
Universal Pictures |
Jalan cerita film ini pada dasrnya sederhana, namun dibuatkan lebih menarik dan sedikit rumit, terkadang bisa menjebak melalui pengalihan atau "red herring".
Struktur kisah yang tersusun rapih, berpuat pada cinta segitiga dianatara Christine dengan Raoul, namun sosok "The Phantom" sangat menginginkan Christine.
Belum lagi sang pemilik baru gedung opera kerap mendapatkan teror dari kedua belah pihak.
Dua teror yang dimaksud datang dari sosok "The Phantom" yang bersikeras agar Christine terus menjadi peran utama dan pihak pesaing Christine, sang ibu dari penyanyi opera gedung yaitu Carlotta.
Christine sendiri dalam dilema besar, sejak ia cenderung memilih karir sebagai penyanyi opera dan didukung oleh "The Phantom".
Ia didesak sang kekasih, Raoul yang mengajaknya menikah dan meninggalkan karir demi hidup bersama.
Sosok "The Phantom: sendiri merupakan inti dari tragedi kisah film ini, setelah menculik Christine dan akhirny terungkap sekilas serta motif dan tujuan dirinya itu.
Adegan aksi teror perdana "The Phantom" terasa epik dan tentu mengejutkan, untuk film yang dirilis 100 tahun yang lalu ini.
Deain produksi terlihat elegan, megah dan fantastis, selain busana tentu saja gedung opera dan sejumlah ruang rahasia.
![]() |
Universal Pictures |
Adegan "The Phantom" berada di dekat patung di atas pelataran puncak gedung, saat ia mengenakan topeng tengkorak, serta memainkan organ piano itu ikonik.
Puncak aksi epik berdurasi panjang, menegangkan sekaligus melelahkan, terjadi menjelang akhir cerita.
Performa Lon Chaney sebagai "The Phantom" adalah yang terbaik akan kedalaman psikologi dan gestur karakter tragis, diantara empati dan mengerikan.
Selain itu, performa aktris Mary Philbin sebagai Christine juga tak mau kalah, mampu mengimbangi sosok "The Phantom", mulai dari egoisme dan buaian, berujung pada jerit ketakutan.
Film layar lebar perdana The Phantom of the Opera ini melahirkan ikon serta teror misterius berbasis drama tragedi pada masa awal perfilman dunia.
The Phantom of the Opera versi 1925 memang direkomendasikan sebagai tontonan wajib dalam melengkapi koleksi Universal Monsters klasik dan unik.
Itulah sinema drama horor review Universal Monsters, film The Phantom of the Opera rilis tahun 1925.
Score: 4 / 4 stars
The Phantom of the Opera | 1925 | Drama, Horor, Musikal | Pemain: Lon Chaney, Norman Kerry, Mary Philbin, Arthur Edmund Carewe, Gibson Gowland, Snitz Edwards, Bernard Seigel | Sutradara: Rupert Julian | Produser: Carl Laemmle | Penulis: Berdasarkan Novel The Phantom of the Opera karya Gaston Leroux | Musik: Gustav Hinrichs | Sinematografi: Charles Von Enger | Penyunting: Edward Curtiss, Maurice Pivar, Gilmore Walker, Lois Weber | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 107 menit
Comments
Post a Comment