Snowden (2016) : Ketika Ruang Privasi Terusik

film snowden ketika ruang privasi terusik
Open Road Films

Di tahun 2013, Amerika Serikat kembali terguncang dan untuk yang kesekian kalinya, pemerintahannya sendiri yang menjadi sasaran publik berkenaan dengan penyadapan baik eksternal (luar negeri) maupun internal (dalam negeri), melalui pembocoran dokumen rahasia oleh mantan staf NSA (National Security Agency), bernama Edward Snowden.

Penyadapan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya sendiri, mengakibatkan ruang privasi terusik secara individu, sehingga mungkin timbul paranoia publik.

Peristiwa Skandal Watergate menjadi salah satu contoh akan bukti penyadapan terhadap Partai yang bersaing sebelum Pemilu Presiden, merupakan sejarah kelam yang nyata.

Film Snowden sendiri diadaptasi dari buku The Snowden Files: The Inside Story of The World's Most Wanted Man yang ditulis Luke Harding, berupa semi-biografi Edward Snowden tentang perjalanan karir dan peristiwa pembocoran dokumen NSA.

Film tersebut disutradarai Oliver Stone yang merangkap sebagai penulis naskah bersama Kiren Fitzgerald. Berbagai garapan Stone kerap kali bertendensi anti perang dan satir terhadap kesewenangan akan kekuasaan serta politik, seperti Platoon (1986), Wall Street (1987), JFK (1991), hingga W. (2008). 


Dengan alur non-linear yang bergerak acak, cerita mulai dari tahun 2013, ketika Edward Snowden (
Joseph Gordon-Levitt) diwawancarai oleh media ternama.

Lalu kisah bergerak mundur ke tahun 2004 pada saat ia menjadi tentara hingga direkrut oleh CIA dan bertugas di Swiss. Snowden kemudian keluar dari CIA dan diterima oleh NSA untuk ditugaskan di Jepang.
 
Keraguannya membuat ia kembali ke Amerika dan aktif lagi di CIA untuk ditempatkan di Hawaii. Dalam perjalanannya semasa di NSA dan CIA, Snowden merasa ada yang salah dengan tindakan pemerintah dalam memperlakukan tindakan pengintaian yang sudah mengusik ruang privasi, alih-alih demi keamanan negara.

Arahan film melalui adegan dan dialog, disajikan bergaya semi-dokumenter, serta unsur dramatisasi yang tidak berlebihan dalam beberapa adegan tertentu. Satu hal yang tampaknya cukup ditonjolkan secara manusiawi yakni hubungan emosional antara Snowden dengan kekasihnya, Lindsay Mills, yang mengalami gejolak dan pasang-surut. 

Bagaimana seorang Snowden yang memiliki bakat jenius dalam bidang komputer sekaligus memiliki tanggung jawab besar sebagai patriot negara, harus berhadapan dengan kehidupan pribadi yang membutuhkan privasi dan ekspresi individu.
 
review ulasan sinopsis film snowden
Open Road Films

Performa Joseph Gordon-Levitt berhasil dalam meniru gaya dan mimik tokoh utama, terutama nada bicara yang khas. Selain itu, yang menarik perhatian adalah akting karismatik dari aktor watak, Rhys Ifans sebagai atasan Snowden di CIA, seorang karismatik misterius, bijak namun berkesan intimidatif.

Salah satu adegan cukup menegangkan, yakni pada saat ia mengancam Snowden lewat videocall di dalam ruangan.
 
Film Snowden bagaikan sebuah dokumenter yang dibungkus oleh drama, baik dari perjalanan karir Snowden, percintaan dengan kekasihnya hingga berbagai tekanan, konflik dan pergumulan batin antara pekerjaan, kehidupan pribadinya serta dilema antara perbuatan benar atau salah.

Mulai dari pertemuan Snowden dengan Lindsay Mills dengan sedikit drama romantis, intrik mulai tumbuh dalam lingkungan pekerjaannya, perlahan namun pasti. 

Adegan memorable yang paling intens yakni, saat Snowden sedang mengunduh beberapa berkas rahasia yang akan diekspos kepada media di tengah hiruk-pikuk kantor dan rasa cemas terhadap kecurigaan seorang pengawas yang sedang menuju ke ruangannya, dan pada saat itu juga sebuah kartu memori jatuh ke lantai, tepat sesudah dia mengunduh file.

Saya rasa tidak ada yang spesial untuk efek kamera atau sinematografi, hanya untuk adegan penutup saja, yang langsung mentransformasikan pada saat adegan Snowden yang diperankan Joseph Gordon-Levitt di kamar hotel kepada Edward Snowden yang sesungguhnya, yang diambil dari rekaman film dokumenternya Snowden sendiri, cukup menyentuh.

Bagi penikmat film politic thriller, film Snowden tidak menawarkan sebuah kejutan akan eksplorasi atau penemuan suatu konspirasi nyata, bagaimanapun juga film ini berdasarkan kejadian sesungguhnya.

Hal yang dapat dipelajari melalui film ini, yakni penggunaan bijak akan seluruh alat digital dalam bentuk apapun, karena era globalisasi dna kemajuan teknologi secara tak langsung sudah 'mempersempit' ruang privasi individu, apakah akan terusik atau tidaknya.

Film Snowden dapat merefleksikan dua sisi paranoia ketika ruang privasi terusik, dari sisi publik atau individu, atau dari sisi pemeritnahannya sendiri.

Score : 3 / 4 stars

Snowden | 2016 | Biografi, Drama, Thriller, Politik | Pemain: Joseph Gordon-Levitt, Shailene Woodley, Melissa Leo, Zachary Quinto, Tom Wilkinson, Scott Eastwood, Logan Marshall-Green, Timothy Olyphant, Ben Schetzer, LaKeith Lee Stainfiled, Rhys Ifans, Nicholas Cage | Sutradara: Oliver Stone | Produser: Moritz Borman, Eric Kopeloff, Philip Schulz-Deyle, Fernando Sulichin | Naskah: Kieran Fitzgerald, Oliver Stone | Musik: Craig Amstrong | Sinematografi: Anthony Dod Mantle | Distributor: Open Road Films | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 134 Menit

Comments