Alice, Sweet Alice (1976) : Bukan Film Slasher Biasa

alice sweet alice bukan film slasher biasa
Allied Artist

Kesan pertama kali nonton film ini, jauh dari yang saya bayangkan sebelumnya. Alice, Sweet Alice bukanlah bukanlah film slasher biasa, yang bertemakan klise tentang seorang pembunuh berantai yang psycho dan gemar membunuh orang-orang disekitarnya.

Jika anda familiar dengan karya Alfred Hitchcock dan Brian De Palma yang berciri khas suspense thriller, serta Dario Argento atau Mario Bava dengan giallo-nya, maka film ini merupakan kombinasi dari semuanya.

Sependapat dengan kritikus, bahwa film ini selewat mengingatkan saya akan film Don’t Look Now (1973), terutama jas hujan bertudung yang dipakai oleh pembunuh, hanya beda warna saja.

Mulanya film ini hadir di festival tahun 1976 dengan judul Communion. Dua tahun kemudian, hadir di sejumlah bioskop di Amerika dengan judul Alice, Sweet Alice. Tiga tahun sesudahnya, demi menaikkan popularitas Brooke Shields di film kontroversial arahan Louis Malle, Pretty Baby (1978), maka dirilis ulang di bioskop dengan judul Holy Terror.

Baca juga: Endless Love (1981) : Romansa yang Menabrak Batas  

Jadi bisa dikatakan, bahwa film ini adalah sebuah cerita misteri atau susens, tentang pembunuhan dengan atmosfir horor thriller bergaya slasher, dengan level gory cukup rendah. 

Alice, Sweet Alice mengisahkan seorang gadis belia bernama Alice (Paula Sheppard) iri terhadap adiknya bernama Karen, karena merasa ibunya (Linda Miller) lebih menaruh perhatian pada Karen. Alice memiliki kakak perempuan bernama Annie (Jane Lowry).

Peristiwa naas terjadi di sebuah Gereja, ketika Karen (Brooke Shields) ditemukan tewas terbunuh oleh sosok yang yang memakai jas hujan berwarna kuning dan mengenakan topeng di Gereja, sesaat sebelum Karen menerima Komuni Pertama.

Sang ibu dan Annie histeris melihat Karen sudah tidak bernyawa, sementara Alice tampak terdiam dan syok.

Setelah pemakaman Karen, sang ayah yang berpisah dengan mereka, mendatangi kantor polisi dan meminta bantuan untuk melacak jejak pembunuhnya. Annie untuk sementara tinggal di rumah ibunya untuk membantu dalam masa duka. Ia selalu bersitegang dengan Alice.

Hingga suatu waktu, Annie hampir terbunuh oleh sosok yang sama, namun sempat terluka dan dilarikan ke rumah sakit. Annie dengan histeris menuduh Alice yang mencoba membunuhnya, karena sosok pembunuh memakai jas hujan berwarna kuning dan topeng yang biasa dipakai oleh Alice.

Ketika mengikuti jalan cerita dari awal, karakter Alice terlihat mencurigakan, berdasarkan psikologis dirinya yang mudah iri atau cemburu, pembenci, serta tampaknya pendendam, seperti ada amarah yang terpendam. 

review film alice sweet alice
Allied Artist

Hal tersebut memang diperkuat dengan alibi, bahwa ia selalu mengenakan jas hujan warna kuning bertudung, serta kadang ia mengenakan topeng untuk mengerjai atau menakut-nakuti seseorang.

Lucunya, arah plot cerita di film ini sulit untuk ditebak, sekaligus memastikan siapa pembunuhnya, karena peluangnya antara Alice atau orang lain, sama besarnya. Itulah letak keunggulan film ini yang mampu memutar pikiran audiens, untuk tetap setia mengikuti dan mencoba menangkap narasi besarnya.

Meski demikian, pace yang dimainkan setelah adegan pembunuhan Karen, berlangsung cukup lambat, lebih cenderung menekankan drama suspens. Jadi jangan harap bakal banyak terjadinya pembunuhan ala slasher klise umumnya.

Aura dan nada yang terasa mencekam juga menambah rasa penasaran sekaligus was-was akan munculnya aksi pembunuhan berikutnya, disertai oleh beberapa adegan kejutan seperti di awal cerita saat Alice mengerjai Karen di sebuah gudang tua, serta usaha pembunuhan Annie.

Namun adegan terseram berada di puncak cerita menjelang akhir, yang disajikan dengan cukup berdarah-darah, sekaligus begitu mengejutkan alias tidak disangka. Meski demikian, berbagai adegan pembunuhan pun dibuat cukup logis, tanpa harus dibuat sekreatif mungkin.

Performa Paula Sheppard sebagai Alice termasuk layak dalam memerankan seseorang yang misterius dan sulit diduga. Selain itu, hanya ada dua karakter yang mencuri perhatian saya, yakni akting Mildred Clinton sebagai Mrs. Tredoni, seorang pembantu rumah tangga di kediaman para Pastur, serta Jane Lowry sebagai Annie dalam adegan emosi dan histeria yang meledak-ledak dalam rumah sakit.

Satu-satunya hal yang disturbing bagi saya, yakni karakter
Mr. Alphonso dengan perawakan sangat gemuk dan berbagai kebiasaan joroknya, ditambah melalui adegan konfliknya dengan Alice.

Alice, Sweet Alice adalah sebuah tontonan horor slasher yang tidak biasa, malah mengesankan dan cerdas dalam merangkai untaian cerita sederhana, melalui berbagai adegan menarik. Sangat direkomendasikan bagi yang gemar dengan film horor suspens, setara dengan level Argento.

Score : 3.5 / 4 stars

Alice, Sweat Alice | 1976 | Horor, Slasher, Drama, Thriller | Pemain: Linda Miller, Paula Sheppard, Lillian Roth, Brooke Shields, Niles McMaster, Jane Lowry | Sutradara: Alfred Sole | Produser: Richard K. Rosenberg, Alfred Sole | Penulis: Rosemary Ritvo, Alfred Sole | Musik: Stephen J. Lawrence | Distributor: Allied Artist | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 98 Menit

Comments