Bill & Ted : Lelucon Duo Karakter Dinamis

bill and ted lelucon duo karakter dinamis
Orion Pictures, De Laurentis Entertainment Group

Party on, Dudes!

Ringan dan Renyah, itulah kesan pertama saat mencoba mengikuti dua film komedi petualangan fiksi ilmiah Bill & Ted, melalui lelucon duo karakter dinamis yang terkeren sekaligus terkonyol.

Duo karakter komedi telah ada sejak lama, mulai era klasik yakni Laurel and Hardy atau Abbott and Costello, dilanjutkan pada era yang lebih modern seperti Cheech and Chong dan The Blues Brothers.

Era 90’an hingga kini mulai bermunculan seperti Wayne’s World, Dumb and Dumber, Jay and Silent Bob hingga Harold & Kumar.

Namun tidak ada yang paling menyenangkan selain era 80’an saat industri hiburan di Amerika mengalami masa kejayaan, dengan didukungan teknologi, sejumlah sponsor, MTV dan home video turut memiliki andil besar dalam menciptakan budaya populer global.

Dua film Bill & Ted merupakan duo karakter dinamis yang lahir dalam generasi tersebut, hingga akhirnya merambah ke dalam bentuk serial animasi, serial live-action televisi, komik serta video games. 
 
Baca juga: Bill & Ted Face The Music (2020): Duo Dinamis Sang Ayah dengan Sang Putri

Di Indonesia, waralaba tersebut sempat dikenal melalui serial televisi animasi yang hingga kini mungkin saja Bill & Ted agak terlewatkan, sebagai salah satu fondasi duo karakter komedi dinamis yang memiliki pengaruh dalam budaya populer modern, khususnya remaja.

Nama Keanu Reeves mulai dikenal saat itu, meski ia lebih dikenal luas mendampingi Patrick Swayze dalam Point Break (1991), bermain dalam Bram Stoker’s Dracula (1992), serta tentu saja puncak popularitasnya di film Speed (1994) dan The Matrix (1999).

Bagi Hollywood, semuanya mugkin saat beberapa waktu lalu mereka mengumumkan sebuah sekuel Bill & Ted yang akan rilis tahun depan berjudul Bill & Ted Face the Music, melanjutkan kisah mereka sejak film Bill & Ted’s Bogus Journal, 29 tahun silam.

Yang menarik tentu saja premisnya saat Bill dan Ted di paruh baya, masing-masing memiliki putri remaja, namun harus menciptakan musik demi keselamatan masa depan dari ancaman kejahatan.

Maka, sekuel itupun menegaskan bahwa waralaba tersebut bangkit kembali sekaligus mengenalkannya kepada generasi baru, akan lelucon duo karakter dinamis populer tersebut. Berikut ulasan kedua film Bill & Ted 



review film bill and teds excellent adventure
Orion Pictures, De Laurentis Entertainment Group
Bill & Ted’s Excellent Adventure (1989)
 
Be excellent to each other!

Dua remaja metalhead, yakni William “Bill” S. Esquire (Alex Winter) dan Theodore “Ted” Logan (Keanu Reeves) tinggal di San Dimas, California, yang bercita-cita mendirikan sebuah band bernama Wyd Stallins dan menciptakan musik.

Namun di sekolah, mereka adalah murid dungu yang kurang peduli dengan pelajaran, apalagi mereka terancam tidak lulus Pelajaran Sejarah yang harus dipresentasikan keesokan harinya.

Faktanya jauh di masa depan, musik yang mereka ciptakan ternyata menyelamatkan kehidupan utopia sosialitas manusia, sehingga terhindar dari keburukan dan kejahatan.

Adalah Rufus (George Carlin) yang diutus dari masa depan, guna menyelamatkan mereka meluluskan Pelajaran Sejarah, dengan menyediakan transportasi berupa boks telepon umum untuk menjelajah masa lalu, mengamati serta bertemu dengan para tokoh sejarah.

Dalam sebuah insiden, tak sengaja Napoleon Bonaparte terbawa mesin waktu mengikuti mereka yang menyelamatkan Billy the Kid, serta menculik Socrates, Sigmund Freud, Ludwig van Beethoven, Joan of Arc, Genghis Khan hingga Abraham Lincoln! Apa yang selanjutnya terjadi, merupakan petualangan kocak yang penuh kejutan! 


Baca juga: Double Review : Young Guns (1988), Young Guns II (1990) 

Terlihat sepele, tapi bukan murahan. Sepertinya garing, tapi sebenarnya kocak. Kelihatannya cenderung norak, padahal sesungguhnya keren.

Itulah kesan yang mampu menghibur saya melalui sebuah film yang cenderung terlupakan, namun sesungguhnya memiliki nilai komedi dan filosofi signifikan, melalui cara yang aneh dan tidak wajar.


ulasan film bill and teds excellent adventure
Orion Pictures, De Laurentis Entertainment Group
Elemen humor dan komedinya memang medioker, tapi mampu ditutup oleh petualangan penjelajahan ruang dan waktu, melalui cerita mengejutkan serta sejumlah one-liner dialog dan adegan yang dikenang.

Lupakan segala nalar dasar dan jangan anggap serius film ini, karena tujuannya memang untuk hiburan menyenangkan. Nikmati saja alur yang absurd, karena bagaimanapun juga saya tidak mampu menebak solusi akhir Bill dan Ted terhadap Pelajaran Sejarah mereka.

Gaya komedi meriah namun tidak perlu heboh, dialog sederhana namun efektif, gaya bahasa tubuh dan sikap seperti karakter kartun, ternyata sanggup diarahkan secara pas.

Karakter Bill dan Ted sendiri adalah sepasang sahabat karib yang selalu kompak dalam berkata sesuatu bersamaan, seperti “Whoah”, “Excellent!”, “No way, dude”, “Sixty-nine, dude” atau “Waterloo!” juga impresi bermain gitar listrik bersamaan yang diiringi latar berupa alunan metal gitar listrik.

Mereka adalah remaja yang tumbuh dalam era MTV dan musik heavy metal, hingga dalam satu adegan, Rufus memainkan Eruption-nya Van Halen, tak lama setelah Bill dan Ted berencana ke masa lalu ingin menemui Eddie Van Halen.

Begitu pula saat mereka hendak dibawa menuju Iron Maiden yakni alat penyiksa di abad pertengahan oleh King Henry, mereka malah girang karena mereka kira akan bertemu dengan band heavy metal legendaris asal Inggris tersebut!

Begitu mudahnya mereka berkomunikasi dengan Socrates, saat mengatakan “All we are is dust in the wind, dude” sambil mengambil pasir dari genggaman tangan dan meniupnya, maka Socrates pun langsung mengerti dan akrab dengan mereka. Padahal kalimat tersebut merupakan potongan dari lirik lagu Kansas berjudul Dust in the Wind!

Yang tak kalah gilanya yakni tingkah laku para tokoh sejarah ketika mereka dalam satu momen di dalam mall. Bagaimana saat Billy the Kid, Socrates dan Sigmund Freud menggoda dan merayu dua gadis.


sinopsis film bill and teds excellent adventure
Orion Pictures, De Laurentis Entertainment Group
Joan of Arc kehilangan kendali saat menyaksikan performa aerobik, Beethoven memainkan dua keyboards sekaligus di toko musik, Genghis Khan mengamuk di toko olahraga, sedangkan Lincoln bertengkar dengan salah seorang pegawai di studio foto.

Belum lagi, saat Napoleon yang sejak semula dititipkan pada adiknya Ted bernama Deacon, lalu diajak bermain termasuk menyantap es krim dan bermain bowling, hingga pada suatu insiden, ia seorang diri di kolam renang ketagihan bermain seluncur air!

Semua kegilaan para tokoh sejarah tersebut dibuat menjadi sangat konyol dan dibuat tidak berbahaya serta cenderung bersahabat.

Adapun karakter Missy, ibu tiri Bill yang merupakan siswi senior mereka, sehingga saat Ted memicu Bill dengan beberapa perkataan yang menyerempet, Bill selalu meresponnya dengan berkata : “Shut up, Ted!

Sungguh merupakan kekacauan besar terhadap penciptaan karakter dan alur cerita dalam film ini, yang membuat saya terbahak-bahak. Belum lagi objek teleportasi berupa boks telepon umum dan buku telepon Yellow Pages yang berisi destinasi peristiwa sejarah, juga saat Bill dan Ted beserta ketujuh tokoh sejarah berdesak-desakkan berada dalam satu boks!

Efek spesial berupa komputer animasi yang menggambarkan perjalanan menembus ruang dan waktu itu, diperlihatkan seadanya meski tidak mengecewakan. Adegan puncak menjelang akhir cerita, disajikan dengan impresif meski tetap saja ada satu quote kejutan.

Bill & Ted’s Excellent Adventure adalah film komedi ringan yang sarat akan absurditas belaka, serta memiliki pesan positif dibalik lelucon duo karakter dinamis tersebut, meski mereka jauh dari kata “pintar”.

Bill & Ted’s Excellent Adventure | 1989 | Score: 3.5 / 4 stars | Pemain: Keanu Reeves, Alex Winter, George Carlin | Sutradara: Stephen Herek | Produser: Scott Kroopf, Michael S. Murphey, Joel Soisson | Penulis: Chris Matheson, Ed Solomon | Musik: David Newman | Sinematografi: Timothy Suhrstedt | Distributor: Orion Pictures (Amerika Serikat), De Laurentis Entertainment Group (Internasional) | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 89 Menit 



review film bill and teds bogus journey
Orion Pictures
Bill & Ted’s Bogus Journey (1991)
  
Don’t Fear the Reaper!

Jauh di masa depan, dengan niat menyingkirkan musik ciptaan Wyld Stallyns, Chuck De Nomolos (Joss Ackland) mengirimkan dua robot versi jahat Bill dan Ted ke masa lalu, serta berhasil membunuh Bill (Alex Winter) dan Ted (Keanu Reeves) yang sesungguhnya.

Arwah mereka pun gentayangan dan bertemu dengan Death (William Sadler) yang menantang sebuah permainan. Setelah mereka mengalahkan Death yang mengakibatkan dirinya harus patuh pada mereka, lalu guna melawan balik, mereka bernecana menciptakan robot baik versi mereka sebagai tandingannya.

Melalui bantuan Station, dua mahluk Mars saat bertemu di Surga. Bill dan Ted yang kembali hidup beserta kedua robot baik versi mereka, dibantu oleh Death dan Station, menuju kompetisi rock band.

Kini, aksi mereka yakni menghentikan niat jahat robot jahat versi mereka yang mengikuti audisi, sekaligus menyelamatkan masing-masing kekasih Bill dan Ted yang disandera.

Meski tidak sebaik film pertamanya, Bill & Ted’s Bogus Journey masih tetap menyajikan semua kekonyolan sekaligus kerenyahan dalam hal karakerisasi, alur dan setting dalam cerita, serta berbagai adegan akan aksi dan dialognya.

Selain fiksi ilmiah, cerita film ini menekankan elemen fantasi yang begitu nyeleneh dan gamblang, seperti penggambaran surga dan neraka versi lelucon tentunya.


ulasan film bill and teds bogus journey
Orion Pictures
Karakter Setan yang ditampilkan pun cukup meyakinkan dan dibuat serius, melalui sosok yang ganas. Beberapa karakter dalam neraka, tampaknya merupakan refleksi dari Bill dan Ted sendiri terhadap karakter yang mereka takuti di kehidupan nyata mereka.

Seperti Kolonel Oats yang merupakan ancaman ayah Ted untuk masuk militer jika Ted gagal di sekolah (mereferensikan dalam cerita film terdahulu) dan karakter neneknya Bill yang menakutkan.

Sedangkan surga digambarkan seperti saat memasuki gedung pertunjukkan yang di depannya terdapat banyak staf yang melayani orang-orang yang berpakaian formal berwarna putih dominan dan memberikan sesuatu seperti tiket dan selebaran.

Parahnya, Bill dan Ted yang masih berpakaian ala remaja, serta Death yang masih terlihat menyeramkan dengan jubah hitam dan senjatanya harus melakukan sesuatu, hingga terjadilah salah satu adegan terkocak di film ini!

Terdapat referensi lagu dalam dialog saat mereka hendak menuju Tahta Tuhan, dicegat oleh Malaikat pencatat yang menanyakan “Makna Kehidupan”, mereka sempat terdiam beberapa detik hingga akhirnya Bill dan Ted mengutip lirik lagu-nya Poison, Every Rose Has its Thorn!

Karakter Death pun tak kalah hebohnya, dijadikan lelucon konyol di film ini dibalik topeng putih pucat menyeramkannya, sehingga begitu tak berdaya saat dalam permainan dikalahkan oleh Bill dan Ted.


sinopsis film bill and teds bogus journey
Orion Pictures
Karakter Bill dan Ted sendiri masih sama persis, kecuali gaya rambut Ted yang lebih baik dibandingkan film sebelumnya. Selain itu, karakter Rufus masih ada meski kemunculannya tidak sebanyak sebelumnya.

Ada pula cameo dari gitaris Faith No More, yakni James Martin di awal cerita, sebagai salah satu karakter dirinya sendiri yang didatangkan Rufus bersama dengan Johann Sebastian Bach, dari masa lalu.

Adegan pemuncak sebelum berakhirnya cerita film cukup menarik, saat Bill dan Ted yang berpenampilan menirukan ZZ Top beserta anggota band Wyld Stallyns lainnya kembali dari masa depan dan mahir memainkan lagu rock, yang sesungguhnya intro gitar dimainkan Steve Vai yang menyambungkan lagu-nya KISS, God Gave Rock and Roll to You.

Mereka masing-masing telah memiliki anak yang masih bayi, sebuah petunjuk dari potensi sekuel yang akhirnya akan segera terwujud. Bill & Ted’s Bogus Journey meski tidak sebagus film terdahulunya, namun tetap saja masih mengguncang komedi ringan nan renyah. Keep rock on, dudes!

Bill & Ted’s Bogus Journey | 1991 | Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Keanu Reeves, Alex Winter, William Sadler, Joss Ackland, George Carlin | Sutradara: Pete Hewitt | Produser: Scott Kroopf | Penulis: Chris Matheson, Ed Solomon | Musik: David Newman | Sinematografi: Oliver Wood | Distributor: Orion Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 93 Menit

Comments