Hellraiser (1987) : Kesakitan dan Kesenangan dalam Neraka

film hellraiser kesakitan kesenangan neraka
Entertainment Film Distributors, New World Pictures

I have seen the future of horror … his name is Clive Barker
- Stephen King

Sinema horor review Hellraiser, film adaptasi novel karya Clive Barker tentang kesakitan dan kesenangan dalam neraka.

Mungkinkah neraka menghadirkan penyiksaan yang mengkombinasikan antara kesakitan dan kesenangan?

Hanya Pinhead dalam narasi Hellraiser yang bisa memberikan dua hal tersebut secara bersamaan kepada anda.

Jika bicara film horor ikonik, kebanyakan berasal dari Amerika mulai dari Freddy Krueger, Jason Voorhees, Michael Myers hingga Chucky misalnya. 

Lain halnya jika bicara novelis horor, maka tak lepas dari popularitas H.P. Lovecraft, Edgar Allan Poe hingga Stephen King.

Tapi jika gabungan antara novelis horor modern dari Inggris dengan adaptasi film yang ikonik dan populer, maka jawabannya adalah Clive Barker!

Quote diatas adalah pengakuan dari Stephen King sendiri terhadap salah satu novel karya Clive Barker yang berjudul The Hellbound Heart.

Novel tersebut terbit di tahun 1986, sekaligus dijadikan prolog untuk film adaptasi dengan judul Hellraiser.

Selain figur Candyman, sosok Pinhead adalah salah satu ikon horor yang populer, sedangkan filmnya sendiri telah dirilis ke dalam banyak sekuel.

Khusus untuk film pertama hingga keempat ditayangkan di bioskop, dan selebihnya untuk konsumsi video dan digital. 

Baca juga: Candyman (1992) : Horor Ikonik Legenda Urban Komunitas Kulit Hitam

Kisah film Hellariser dibuka dengan seorang pria membeli sebuah kotak puzzle antik dari pedagang antik di Maroko. 

Saat sedang penasaran dengan membongkar kotak tersebut, seketika kotak tersebut terbuka sendiri.

Seketika dari dalam kotak tersebut muncul sejumlah pengait yang membunuh orang tersebut.

Kemudian kisah beralih pada keluarga Cotton. yakni Larry Cotton (Andrew Robinson) dan sang istri, Julia Cotton (Claire Higgins) pindah ke sebuah rumah baru. 

Sedangkan putri Larry bernama Kirsty Cotton (Ashley Laurence) memilih untuk hidup sendiri.

Pada saat sedang membereskan barang, secara tak sengaja tangan Larry terkena sebuah paku dan mengalami luka ketika ia memindahkan sebuah barang di dalam loteng.

review film hellraiser
Entertainment Film Distributors, New World Pictures

Darahnya yang mengenai lantai loteng tersebut, perlahan-lahan mulai berubah bentuk menjadi jasad hidup mengerikan. 

Lalu berbagai kejadian horor pun dimulai. 

Maka timbul pertanyaan, siapa sosok tersebut? Lalu apakah ada hubungannya dengan Pinhead dan pasukan Cenobite-nya?

Terasa sekali aura horor misterius dalam Hellraiser disampaikan melalui original score mengiringi kredit pembuka film.


Rasa penasaran akan bagaimana aksi munculnya Pinhead tampaknya harus sabar menunggu, setelah adegan pembuka yang mengejutkan.

Kemudian hal itu berlanjut pada kisah keluarga Cotton, hingga munculnya sosok misterius di loteng rumah Cotton.

Penyajian alur dibuat sedemikian menarik, hingga akhirnya dapat disimpulkan siapa sosok yang berada di loteng tersebut.

Dan yang terpenting, apa hubungan dirinya dengan Pinhead.

Harus diakui dalam narasi Hellraiser, bahwa Clive Barker selain jadi novelis, ternyata piawai dalam mengarahkan film adaptasii dari karyanya sendiri.

Barker mampu mengedepankan elemen kengerian, kekejaman dan kegelisahan melalui visual yang mengganggu namun estetis.

Tema sadomasokisme menjadi isu yang paling utama film ini, berbicara tentang sang korban mengalami kesakitan
dan kesenangan layaknya di neraka.

Sejumlah ide penyiksaan kreatif oleh Pinhead  sang pimpinan Cenobite kepada para korban, sesuai dengan identitas dan aktivitas korban selama masih hidup.

Sehingga sang korban menjelma menjadi mahluk Cenobite.

Maka tak heran, para Cenobite termasuk Pinhead memakai jubah dengan bahan kulit, lengkap dengan berbagai alat penyiksaan.

Hal tersebut dijadikan simbol penyiksaan, selain objek rantai sebagai belenggu siksaan.

Hellraiser mungkin mampu menggambarkan suatu visi tentang neraka. 

Faktor penyimpangan psikogis, hasrat menggebu, serta pengkhianatan juga diperlihatkan secara eskplisit dan melodramatis. 

Adegan dalam kilas balik cerita yang mengejutkan, mengandung unsur erotisme vulgar sebagai perwujudan dari maskulinitas sebagai sesuatu yang dominan.

Sebagai horor eksploitatif, Hellraiser juga menyajikan berbagai adegan tentang hasrat untuk kembali dari masa lalu kemudian diteruskan kembali dengan cara yang lebih mengerikan.

Banyak adegan berdarah di film ini, dengan level yang cukup tinggi, layaknya film splatter atau bisa dikatakan sebagai body horror.

Efek spesial dan tata rias dalam film Hellraiser boleh dikatakan bagus dan solid, sehingga kadang dibuat ngilu.

ulasan sinopsis film hellraiser
Entertainment Film Distributors, New World Pictures

Efek terbaik ada pada wujud monster yang menyerupai manusia di loteng rumah Cotton, terutama dalam proses transformasi.

Bermula dari percikan darah, perlahan setahap demi setahap berubah wujud menjadi seperti manusia tanpa kulit. 

Selain itu, tata rias mahluk Cenobite juga mengerikan meski akhirnya menjadi ikonik.

Berbicara mengenai mahluk Cenobite memang menarik. Seperti Pinhead misalnya, dengan kepala pelontos yang ditancapkan paku besar. 

Figur Chatterer dengan kepala dan muka terbakar, tanpa mata, hanya diperlihatkan mulut sobek menganga dengan deretan gigi yang beradu sehingga menimbulan suara.

Butterball juga berkepala pelontos, namun gemuk berlipat-lipat dengan bentuk tidak teratur. 

Lain halnya dengan The Female, satu-satunya Cenobite wanita, dengan kepala pelontos, bagian leher depan robek dan luka menganga.

Tampak pita suaranya dipasangkan alat seperti kipas dengan bahan logam yang menancap di kedua pipi.

Figur Pinhead yang diperankan Doug Bradley tentu ikonik, ia memiliki wibawa dengan suara yang berat dan menyeramkan.

Setiap perkataannya pun mengandung makna bagaikan filosofi iblis. 
 
Baca juga: 'Body Horror' Jenius dari Kanada ala David Cronenberg

Sedangkan sisi kelemahan Hellraiser yakni efek spesial yakni pada monster Engineer yang terlihat kaku, sangat mungkin menggunakan boneka animatronika.

Adapun mahluk Eremite berupa monster bersayap, dengan teknik stop motion animation yang terlihat masih kasar.

Hellraiser memiliki alur yang membuat penasaran audiens, sebuah horor sadis ala suspens thriller.

Premis nya memang menarik, karena mampu menyajikan konsep neraka tentang kesakitan dan kesenangan berupa penyiksaan.

Hellraiser unggul dalam penceritaan yang unik dan kompleks, kengerian yang dirasakan cukup nyata.

Kental nya aura horor yang misterius, serta eksploitasi sisi gelap karakter, menunjukkan nada keseriusan film Hellraiser dengan cara menghibur.

Film ini merupakan tontonan horor klasik ala Inggris, suatu inovasi yang atraktif di masa modern.

Itulah sinema horor review Hellraiser, film adaptasi novel karya Clive Barker tentang kesakitan dan kesenangan dalam neraka.

Score : 4 / 4 stars

Hellraiser | 1987 | Horor, Thriller, Splatter | Pemain: Andrew Robinson, Claire Higgins, Ashley Laurence, Sean Chapman, Doug Bradley | Sutradara: Clive Barker | Produser: Christopher Figg | Penulis: Berdasarkan novel The Hellbound Heart oleh Clive Barker. Naskah: Clive Barker | Musik: Christopher Young | Sinematografi: Robin Vidgeon | Distributor: Entertainment Film Distributors (Inggris), New World Pictures (Amerika Serikat) | Negara: Inggirs | Durasi: 93 Menit

Comments