‘Body Horror’ Jenius dari Kanada ala David Cronenberg

sineas kanada spesialis body horror david cronenberg
thefilmstage.com

Sinema profile, opini tentang biografi sineas spesialis ‘Body Horror’ jenius dari Kanada, yakni David Cronenberg. 

Di paruh kedua dalam karirnya, sineas David Cronenberg mulai beralih genre, dengan lebih banyak mengarahkan sejumlah film drama dan thriller

Cronenberg awalnya populer melalui genre khusus “Body Horror”, serta hampir semua filmnya berstatus cult.

Ia selain berprofesi sebagai sutradara, juga sebagai penulis cerita, produser, dan terkadang menjadi aktor dengan peran kecil ataupun cameo

Atas berbagai karyanya yang unik dan visioner, ia seringkali dinominasikan dan beberapa diantaranya memenangkan penghargaan dari ajang festival tertentu.

Ada dua hal penting yang menarik perhatian saya terhadap sejumlah karya paruh pertama Cronenberg.

Pertama, yakni mempopulerkan genre “Body Horror” melalui jalur utama, lalu yang kedua yakni penyajian cerita yang kompleks dan tak terduga, serta berakar dari horor Kanada.

Apa itu ‘Body Horror’?

Jika pernah dengar beberapa istilah seperti mutasi tubuh, infeksi, atau mutilasi dalam film horor yang sarat akan unsur kekerasan nan sadis berdarah, itulah ciri khas “Body Horror”

Menurut situs Dictionary dan Urban Dictionary, sejatinya
“Body Horror” boleh dikatakan sebuah sub genre yang secara visual menampilkan kehancuran atau degenerasi tubuh manusia. 

Lebih lanjut, “Body Horror” biasanya melibatkan mahluk asing, darah, tulang, jamur, keaiban, transformasi tanpa sadar, parasit, mulut, jeritan, seks, penyiksaan dan heterogenesis.

Jadi
“Body Horror” itu bervarian relevansinya antara manusia dengan lingkungannya, baik bersifat sosial, organik, kimiawi atau bahkan dengan kehidupan dari luar angkasa.

body horror kanada david cronenberg shivers
Cinepix Film Properties

Pengenalan akan beberapa film “Body Horror” dimulai sejak era 50’an, melalui lintas genre fiksi ilmiah, namun puncak kejayaannya terjadi di era 80’an.

Sebut saja Altered States (1980), The Thing (1982), dua film Stuart Gordon yakni Re-Animator (1985) dan From Beyond (1986), hingga debutnya Clive Barker yakni Hellraiser (1987). 

Beberapa film itu boleh jadi setara dengan film-filmnya David Cronenberg.

Baca juga: Apocalypse Trilogy: The Thing (1982)

Terkadang kita sendiri sulit membedakan dengan jelas, antara sub genre “Body Horror” dengan splatter.

Hal itu terjadi karena bisa saja beberapa film yang telah saya sebutkan masuk dalam dua sub genre tersebut, mengingat berbagai media membuat pelabelan yang berbeda.

Masih dari situs Dictionary, film splatter sendiri menyajikan banyak adegan kekerasan dan pembunuhan mengerikan, dengan tren yang berubah menjadi torture porn di masa kini. 

Sementara situs Wikipedia mengutip pernyataan X.A. Reyes (2016:16), bahwa perbedaan “Body Horror” dengan sub genre lainnya terletak pada berbagai pesan dan tujuan.

Jadi boleh dikatakan bahwa film “Body Horror” seharusnya fokus pada perubahan mengerikan terhadap fisik seseorang. 

Film Horor Produksi Kanada

Setelah menyaksikan semua film “Body Horror” di paruh pertama karirnya, jelas terlihat bahwa Cronenberg tidak membuat film bergaya klise yang cheesy dan bahkan ikonik semata, tapi jauh lebih dari itu.

Sineas asal Kanada berusia 76 tahun tersebut, tahu betul bagaimana mengatur karakterisasinya sesuai dengan kondisi yang dihadapi, serta lingkungan yang didukung oleh berbagai aspek menonjol.

Melalui Cronenberg-lah, perfilman horor Kanada mulai terekspos luas, padahal sudah ada Bob Clark meski ia kemudian beralih kepada genre drama komedi yang lebih populer.

Sebelum melangkah jauh, ada baiknya untuk memahami mengapa film horor Kanada memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan tipikal horor produksi Amerika. 

Kanada memiliki iklim lebih dingin, salah satunya musim salju yang kerap kali mengesankan sebuah lokasi terisolasi dalam fiksi horor, yang berpotensi akan teror jahat dari pembunuh maniak atau psikopat.

body horror kanada david cronenberg rabid
Cinepix Film Properties, New World Pictures

Dari sifat alamiahnya saja sudah sangat cocok untuk membuat narasi horor yang mencekam dan menakutkan. 

Selain itu ciri khas lainnya yakni pencarian identitas bawaan terhadap karakterisasi dan transformasinya pun sulit ditebak.

Contoh terbaik adalah film Black Christmas (1974) yang disutradarai Bob Clark, sebuah pelopor dari lahirnya horor slasher yang saat itu belumlah populer. 

Film itu mampu menyangkal dugaan audiens akan karakterisasi protagonis, siapa yang bakal mati duluan dan siapa yang menjadi figur heroik atau yang bertahan paling akhir, jadi bukan dipilih berdasarkan moralitas dan teladan.

Adapun elemen alam menjadi ancaman, bukan berupa mahluk atau monster belaka, namun dari dalam diri seseorang itu sendiri. 

Mengerikan bukan? Sesuai dengan atmosfir yang terasa lebih nyata saat kita menikmati horor ala Kanada.

Selain itu, Kanada kerap dilirik oleh para studio kelas kecil hingga menengah, mengingat biaya produksi lebih murah karena pajak yang rendah.

Sekilas Sejumlah Film “Body Horror”-nya Cronenberg

Film Shivers (1975) atau di Amerika berjudul They Came from Within merupakan debut film penuhnya. 

Shivers terasa begitu menggebrak dunia horor, saat seorang sineas Kanada tersebut mampu merangkai sebuah narasi yang mengisahkan mahluk berupa parasit melalui induk semang berupa tubuh manusia.

Tentu saja cara penularannya melalui aktivitas seksual, setelah sebelumnya sang korban mengalami kelainan perilaku yang tidak normal dan ambigu. 

Hal yang menyeramkan, yakni penularan tersebut berlangsung di sebuah gedung apartemen di tengah kota. 

body horror kanada david cronenberg the brood
Canadian Film Development Corporation

Melalui biaya rendah, maka efek spesial pun dilakukan seadanya, meski tanpa mengurangi aura horor dengan efek darah yang cukup membuat ngeri. 

Lupakan akting, karena Cornenberg tampak mengutamakan atmosfir horor suspens yang mengeksploitasi bagaimana efek transformasi akibat infeksi parasit dengan cara sederhana namun efektif.

Baca juga: Hellraiser (1987): Kesakitan dan Kesenangan dalam Neraka

Satir sosial jelas terasa saat perilaku seksual yang menyimpang ditambah dengan kekerasan oleh sekelompok manusia yang telah terinfeksi, berupaya menularkannya kepada orang lain.

Serupa tapi tak sama, ada kemiripan premis dari film Cronenberg selanjutnya, yakni Rabid (1977) mengisahkan seorang wanita yang memiliki organisme hidup mematikan, akibat tindakan medis berdasarkan penggantian jaringan lapisan kulit.

Dalam suasana musim gugur dan berlokasi di sebuah pinggiran kota yang terpencil, terletak sebuah bangunan klinik asal-muasal eksperimen medis tersebut. 

Atmosfir horor yang terisolasi begitu terasa dalam lingkungan alam Kanada, ditambah dengan scoring yang meyakinkan, mirip dengan film Cronenberg lainnya yakni The Dead Zone (1983).   

Bagaimanapun juga, penyebaran infeksi dari organisme hidup tersebut, berfungsi mirip mahluk vampir penghisap darah. 

Uniknya, sang korban berubah menjadi zombie mematikan. Epidemi itulah yang kemudian menyerang kota Montreal, jadi sudah menyebar luas di perkotaan!

Dua tahun kemudian, Cronenberg kembali dengan ide segar yang rasanya sulit diterima secara rasional, meski tetap menghubungkannya dengan dunia ilmiah, yakni medis dan psikologi. 

Elemen suspens kali ini lebih dikedepankan, sehingga terungkap menjelang akhir cerita.

body horror kanada david cronenberg scanners
AVCO Embassy Pictures

Film The Brood (1979) mengisahkan seorang pria yang berjuang untuk tinggal dan mengasuh putri semata wayangnya dari istrinya yang mengidap kelainan psikologi berupa kemarahan dan penganiayaan.

Pria tersebut gusar terhadap seorang psikiater inovatif saat melalui praktek terapi plasma terhadap sang istri dengan cara isolasi dan mencegah bertemu dengan orang lain. 

Sementara di tempat lain, terdapat pembunuhan brutal.

Dalam mengikuti alur ceritanya, audiens dibawa menuju sebuah misteri pembunuhan yang selalu mengundang pertanyaan, hingga akhirnya terdapat sebuah adegan horor yang begitu mengerikan dan sedikit menjijikan. 

Sebuah akhir yang menakutkan!

Selanjutnya Cronenberg beralih menuju kekuatan telekinetik dan psikonesis di film Scanners (1981) dalam memadukan genre fiksi ilmiah dan sedikit aksi laga. 

Film yang cukup populer di kalangan penggemar cult tersebut, tampak sederhana bagaimana pertarungan kelompok protagonis dengan antagonis berlangsung meski tetap menyajikan akhir yang mengejutkan.

Sekilas mirip dengan karya Stephen King yakni Carrie dalam novel dan adaptasi filmnya, serta The Fury (1978).

Perbedaannya yakni Scanners fokus akan pemindaian pikiran dalam otak yang mampu menggerakan seluruh sistem syaraf tubuh manusia, bukan menggerakkan benda mati.

Baca juga: The Fury (1978): Senjata Mematikan Telekinesis

Maka salah satu akibat paling fatal, bisa meledakkan kepala seseorang. 

Hal tersebut jelas terlihat dalam sebuah cuplikan promosi alias trailer yang mengejutkan, membuat syok audiens yang tidak terbiasa melihat horor splatter berdarah-darah. 

Salah satu adegan ikonik tersebut sejatinya merupakan karya efek praktis fantastis yang kini tergantikan dengan CGI.

body horror kanada david cronenberg videodrome
Canadian Film Development Corporation

Mungkin karya Cronenberg yang boleh dibilang salah satu terbaik sekaligus paling kompleks adalah Videodrome (1983). 

Memanfaatkan perangkat pemutar kaset video yang populer saat itu, ambisi Cronenberg dalam menyentuh surealisme melalui satir sosial dan politik serta peran media dalam mempengaruhi konsumerisme, teramat dahsyat diantara semua karyanya.

Videodrome mengisahkan seorang pimpinan stasiun kecil televisi yang mengagungkan konten seksualitas dan ambiguisme.

Ia menemukan sebuah saluran tidak resmi berupa pertunjukkan realitas yang sarat akan kekerasan brutal, penyiksaan dan adegan seks eksplisit.
 
Petualangan akan obsesinya itu, memotivasi dirinya untuk segera terlibat dalam mempublikasikan acara tersebut. 

Namun bahaya besar mengancam saat ia mengalami sejumlah halusinasi mengerikan, terjebak diantara realistas dan ilusi.

Secara gamblang Cronenberg mempertegas bahwa peran media khususnya acara televisi begitu mempengaruhi alam bawah sadar audiens, dirasa lebih realistis dibandingkan realitas kehidupan itu sendiri.

Perilaku liar masyarakat serta berbagai penyimpangan memang kerap terjadi dalam konteks interaksi sosial akan gejala lingkungannya. 

Memang penularan tersebut bagaikan penyakit seperti yang telah dilakukan melalui sejumlah film Cronenberg sebelumnya, namun Videodrome adalah yang paling mengejutkan dan intens.

Tentu saja berbagai transformasi akan mutasi yang dialami seseorang di film tersebut lagi-lagi sungguh menjijikan sekaligus mengagumkan. “Long live the new flesh!”

Studio besar kini melirik Cronenberg, sehingga melalui film tepopulernya yakni The Fly (1986) adalah debutnya di Amerika. 

Bersama dengan film The Thing (1982) dan mungkin film Invasion of the Body Snatchers (1978), film The Fly versi Cronenberg adalah salah satu horor fiksi ilmiah yang lebih baik dan superior dibandingkan versi sebelumnya.

body horror kanada david cronenberg the fly
20th Century Fox

Film The Fly versi Cronenberg jelas lebih menekankan transformasi baik secara kejiwaan maupun fisik yang dialami seorang ilmuwan bernama Seth Brundle.

Insiden terjadi saat DNA Brundle berasimilasi dengan seekor lalat, saat ia bereksperimen diri dengan mesin teleportasi ciptaannya.

Dalam sebuah proses, bagaimana watak dan peringai Brundle mulai berubah layaknya seekor serangga.

Setahap demi setahap, semakin menjijikan dan sangat kentara akan proses mutasi yang terperinci di setiap anggota tubuhnya.

Efek spesial film The Fly adalah yang terbaik, bagaimana dengan susah payah Cronenberg mengulangi sejumlah adegan spesifik akan transformasi final Brundle menjadi seekor lalat besar seukuran dirinya.
   
Dua tahun kemudian, Cronenberg mengadaptasi sebuah novel berjudul Twins.

Kisahnya diadaptasi dari kehidupan nyata duo kembar dokter ahli penyakit wanita atau ginekolog, yakni Stewart dan Cyril Marcus, yang kemudian dirilislah film Dead Ringers (1988).

Sejatinya Dead Ringers adalah drama thriller psikologis tentang duo dokter ginekolog kembar, melalui pengalaman inter-seksual dan hubungan ambigu dengan seorang aktris yang sulit untuk memiliki kesuburan dalam melahirkan.

Namun salah satu dari mereka terobsesi dengan aktris tersebut sehingga kerap mengalami delusi dan paranoid sejak kecanduan obat terlarang. 

Dead Ringers menekankan koneksi psikologis dan ikatan kimiawi si kembar dalam petualangan mereka.

Tetap saja di pertengahan serta menjelang akhir cerita, terdapat adegan yang mengganggu jika audiens tidak terbiasa dengan “Body Horror”.

Namun demikian, gaya filmnya tidak disampaikan dalam intensitas aura horor, tapi lebih cenderung kepada hal ilmiah dalam dunia medis.

body horror kanada david cronenberg dead ringers
20th Century Fox

Lebih dari sepuluh tahun berlalu, Cronenberg hanya sekali kembali melibatkan elemen “Body Horror” tatkala ia menggarap film eXistenZ (1999).

Memiliki latar belakang dunia distopia di masa depan, film ini mengambil tema tentang permainan virtual reality yang tengah digandrungi publik.

Unik sekaligus agak mengerikan, perangkat permainan yang digunakan yakni berupa “bio-ports” terkandung elemen biologis yang mampu terkoneksi dengan tulang belakang para penggunanya.

eXistenZ sendiri berupa nama permainan terbaru yang diciptakan oleh seorang desainer, namun ia mengalami ancaman akan sabotase dan terorisme sejak pertama kali permainan tersebut diluncurkan. 

Bersama seorang pengawalnya, ia menyelidiki hal tersebut sekaligus mencari tahu penyebabnya.

Seklias, premis akan narasi film eXistenZ mirip dengan karya Cronenberg terdahulu yakni Videodrome.

Hanya saja eXistenZ cenderung mengarah pada suspense thriller dan fiksi ilmiah, ditambah sekilas ada elemen horor.

Adapun jika boleh dibilang ada unsur “Body Horror” yakni menghubungkan fisik manusia khususnya tulang belakang yang telah dilubangi, dengan “bio-ports” yang memang berasal dari organisme hidup dengan kecanggihan teknologi. 

Selebihnya merupakan produk biologis yang tidak mengerikan.    

Film eXistenZ mungkin merupakan film Cronenberg terakhir yang menyentuh politik, kapitalisme, teknologi dan medis, yang dikombinasikan dengan fisik dan psikologi manusia, melalui elemen thriller, meski sejatinya bukanlah film horor.

body horror kanada david cronenberg existenz
Miramax films, Momentum pictures, Alliance Atlantis
 

Idenifikasi Karya “Body Horror” ala Cronenberg
 
Sebagai seorang penulis sekaligus sutradara, David Cronenberg mampu dengan konsisten menelurkan sejumlah karya di paruh pertama karirnya.

Film dengan sub genre “Body Horror” ala Cronenberg, umumnya berkualitas, sekaligus cerdas, dan mengesankan.

Beberapa filmnya terasa kompleks, kaya akan satir kehidupan sosial yang tercermin dalam sisi gelap manusia itu sendiri. 

Secara psikologi, kecenderungan akan sikap dan tindakan menuju kekerasan dan penyimpangan moral, selalu dipadukan dengan transformasi fisik menuju pada kerusakan dan mutasi atau kelainan.

Baca juga: Head to Head (Spoiler): Evil Dead 1981 vs 2013

Hal tersebut diterjemahkan melalui visual mengerikan dan terkadang menjijikan. 

Isolasi dan karantina menjadi tema utama terhadap karakter protagonis yang sulit ditebak arah petualangannya.

Elemen politik dalam permainan yang dilakukan melalui media dan korporasi pun tak luput akan peran terhadap kapitalisme dan konsumerisme, sehingga mempengaruhi tindakan individu dalam kelompok sosial publik.

Namun di hampir semua karyanya yang bersifat ilmiah, elemen medis menjadi kunci menuju kengerian akan “Body Horror” jenius, bukan mengisahkan hal yang supranatural atau invasi mahluk asing atau luar angkasa belaka.

Eksploitasi tentang organ hidup secara gamblang terdapat dalam skenario di setiap film horor-nya. Maka tidak heran jika berbicara tentang “Body Horror” tak mungkin lepas dari sosok David Cronenberg!

Demikian sinema profile, opini tentang biografi sineas spesialis ‘Body Horror’ jenius dari Kanada, yakni David Cronenberg. 

Sumber literatur:

Comments