Review 3 Film ‘Ghostbusters’

review tiga film ghostbusters
Columbia Pictures

Sinema petualangan komedi supranatural, review tiga film Ghostbusters, dua diantaranya orisinal, sedangkan satu lagi penuh kontroversial.

Waralaba Ghostbusters adalah fenomena tersendiri yang telah menjadi bagian dari budaya populer global selama 35 tahun.

Film klasik tersebut memiliki pengaruh besar terhadap seluruh aspek di dalamnya.

K
uartet figur ilmuwan parapsikologi yakni Peter, Ray, Egon dan Winston  memang ikonik, didukung sang sektretaris Janine, dan juga ada hantu kocak Slimer.

Sedangkan objek yang tak kalah ikoniknya, tentu saja Ectomobile hasil modifikasi Cadillac Miller-Meteor 1959 yang melegenda itu.

Ghostbusters merupakan kombinasi unik antara genre fiksi ilmiah, fantasi, supranatural horor, misteri, komedi serta petualangan. 

Film ini diinisiasi Dan Aykyord dan Harold Ramis, sukses luar biasa sebagai salah satu yang terlaris tahun 1984, mendapatkan dua nominasi Oscar, serta terdaftar dalam National Film Registry

Baca Juga: Ghostbusters: Afterlife, Sekuel Generasi Baru Warisan Masa Lalu

Sekuelnya di tahun 1989 meski tidak sehebat film terdahulu, tetap saja laris manis. 

Sukses fenomenal Ghostbusters merambah hingga dibuatkan serial animasi dan video games

Maka tahun 2016 dirils sebuah reboot, alih-alih para penggemar menantikan rencana sekuel yang tak kunjung terealisasi.

Adalah Bill Murray yang enggan melanjutkan perannya sebagai Peter Venkman, serta meninggalnya Harold Ramis di tahun 2014. 

Meski disambut baik secara kritik dalam gerakan wokeism, versi 2016 terbukti dengan kegagalan box office karena ide tersebut tidak ada yang minta, selain tentu saja dinilai buruk oleh penggemar dan audiens dari berbagai aspek.

Kabar gembira datang dari putra Ivan Reitman, yakni Jason Reitman yang segera mewujudkan seri ke-3 di tahun 2020.

Akibat Pandemi COVID-19, akhirnya film tersebut dirilis tahun 2021 dengan judul Ghostbusters: Afterlife.

Sekuel resmi tersebut melupakan kegagalan dan tidak menyertakan figur dari versi 2016. Berikut adalah ulasan atau review tiga film Ghostbusters:

review film ghostbusters orisinal
Columbia Pictures
Ghostbusters (1984)
 
Peter Venkman (Bill Murray), Ray Stantz (Dan Aykroyd) dan Egon Spengler (Harold Ramis) adalah ilmuwan parapsikologi.

Mereka dipersenjatai alat berupa proton pack untuk memburu sekaligus menangkap hantu.

Ghostbusters dibantu seorang asisten bernama Janine (Annie Potts) dan anggota baru yakni Winston Zeddemore (Ernie Hudson).

Pelanggan pertama Ghostbusters yakni Dana Barrett (Sigourney Weaver), sejak unit apartemen yang ditinggalinya mengalami kejanggalan, berujung kepada penyelidikan sosok Zuul.

Insiden terjadi saat seorang Agen Perlindungan Lingkungan dan polisi melepas paksa semua hantu yang dikurung, alih-alih meyakini adanya limbah beracun. 

Sementara Dana dirasuki Zuul sebagai “Gatekeeper” dan tetangganya, Louis (Rick Moranis) dirasuki sosok Vinz Clortho sebagai “Keymaster”.

Mereka sengaja dirasuki guna mempersiapkan kedatangan sang iblis Gozer.

Hal apa lagi yang dapat disangkal, bahwa Ghostbusters memiliki hampir keseluruhan aspek terbaik sekaligus sangat menghibur dari berbagai sisi.

Penceritaan menarik, karakterisasi dan dialog mumpuni, humor dan komedi segar, objek dengan teknologi ikonik, hingga kreativitas mahluk supranatural dan monster, semuanya fantastis.

Duet naskah yang diperbaharui oleh Aykyord-Ramis, mengamini sebuah narasi menarik ke dalam bentuk premis cerita kontemporer di Kota New York. 

Karena elemen komedi film ini dominan, maka pengembangan kisah supranatural fiktif dibuat sesederhana mungkin.

Bagaimana pun juga, premis nya tanpa meninggalkan nalar dasar, yakni kekuatan jahat datang mengancam umat manusia di bumi.

Ikatan kuat dengan mudahnya terjalin, sejak duet Aykyord-Ramis, ditambah dengan Murray dan Hudson, adalah pasukan manusiawi Ghostbusters sesungguhnya.

Adapun dukungan brilian dari Weaver, Moranis dan Potts, mereka semua memang berpengalaman dalam beberapa film atau juga performa komedi berkualitas.

ulasan sinopsis ghostbusters orisinal
Columbia Pictures
Jadi, terlihat begitu mudah mereka terintegrasi ke dalam cerita tersebut secara natural, melalui keunikan karakternya masing-masing.

Dialog ringan namun dikenang seperti percakapan Peter-Ray-Egon dalam berbagai adegan terjadi.

Juga saat Peter dan Louis merayu Dana dalam adegan terpisah sungguh meriah.

Sedangkan dialog tajam Janine selalu mengena, hingga argumen Peter dan Walker di kantor Walikota, selalu mengundang tawa renyah.

Sejumlah aksi dan gaya yang mereka lakukan seadanya namun impresif pun tersaji saat mereka mempraktekan langsung senjata proton di sebuah hotel.

Konfrontasi Ghostbusters dengan hantu Slimer, adegan di lift, kekocakkan Louis dalam berbagai adegan terutama saat dikejar dan diterkam Vinz, hingga menghadapi Gozer, sungguh impresif.

Hantu Slimer kocak dan jahil, monster raksasa Stay Puft Marshmallow Man memporak-porandakan New York, anjing iblis penjaga Gozer, juga menjadi tambahan yang tak kalah "gila" nya.

Logo keren Ghostbusters hingga proton pack, serta Ectomobile dengan suara sirine lucu, merupakan hal-hal yang ikonik dan selalu dikenang. 

Belum lagi setting berupa markas Ghostbusters bekas gedung pemadam kebakaran dan unit yang dihuni Dana dan Louis yang bergaya art-deco lengkap dengan patung gargoyle, memperkuat atmosfir yang pas.

Tema lagu yang dibawakan Ray Parker Jr. pun menjadi salah satu elemen berupa anthem yang tak terpisahkan.

Meski film Ghostbusters sekilas terlihat cheesy, namun banyak sekali hal signifikan secara proporsional, hingga mengakibatkan sebuah hiburan yang patut diapresiasi.

Score: 4 / 4 stars | Pemain: Bill Murray, Dan Aykroyd, Sigourney Weaver, Harold Ramis, Rick Moranis, Ernie Hudson, Annie Potts, William Atherton | Sutradara: Ivan Reitman | Produser: Ivan Reitman | Penulis: Dan Aykroyd, Harold Ramis | Musik: Elmer Bernstein | Sinematografi: Lázlo Kovács | Distributor: Columbia Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 105 Menit



review sekuel ghostbusters
Columbia Pictures
Ghostbusters II (1989)
 
Setelah lima tahun vakum, Peter (Bill Murray), Ray (Dan Aykroyd), Egon (Harold Ramis) dan Winston (Ernie Hudson) kembali beraksi.

Kali ini mereka berhadapan dengan sebuah penemuan berupa aliran lendir yang bereaksi terhadap emosi manusia.

Sumber lendir tersebut berasal dari sebuah selokan besar di bawah tanah.

Setelah ditelusuri, akhirnya diketahui bermuara di sebuah museum tempat Dana (Sigourney Weaver) yang kini memliki seorang bayi bernama Oscar, bekerja dan memiliki atasan bernama Janosz (Peter MacNicol).

Mereka semua tidak menyadari sosok Vigo the Carpathian dalam lukisan di museum itu sedang menjalankan misi untuk mendapatkan seorang anak.

Vigo memanfaatkan aksi Janosz, agar dirinya bisa berwujud manusia untuk kembali menguasai bumi.

Jika sebuah film telah sukses di awal, apalagi telah menjadi ikon yang populer, maka kiranya lebih mudah untuk melanjutkan kisahnya itu.

Sekuel yang baik biasanya mewujdkan pengembangan cerita dan karakter yang lebih menarik dan semakin penasaran.

Ghostbusters II sepertinya kehilangan roh dan jiwa yang kuat, tidak seperti di filmnya terdahulu. 

Melalui premis dan alur cerita yang sama, mereka kembali terjebak dalam situasi klise, ditambah dengan penurunan level terhadap humor dan komedi.

Padahal masih dengan kru yang sama, entah mengapa film ini sepertinya hanya pengulangan rutinitas belaka, kecuali figur sang antagonis yakni Vigo the Carpathian.


ulasan sinopsis sekuel ghostbusters
Columbia Pictures
Namun demikian, Ghostbusters II tetap saja Ghosbusters! 

Seburuk apapun, atmosfir yang hadir masih sama dan terjaga, begitu pula dengan chemistry yang ada.

Malah menariknya, yakni hubungan baru antara Louis dengan Janine merupakan sesuatu yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Hubungan emosional Peter dengan Dana, terutama perlakuannya terhadap Oscar pun terjalin dengan begitu kuat. 

Penampilan menggemaskan Oscar sang bayi ketika di-eksaminasi oleh Ghostbusters, bercanda gurau dengan Peter dan di nina-bobokan oleh Louis dan Dana, sungguh membuat gemas.

Beberapa adegna itulah merupakan serangkaian momen indah sebagai bagian dari komedi cerdas Ghostbusters

Penampilan dan desain Ectomobile pun tampil lebih elegan dan glamor. 

Menghidupkan kembali Patung Liberty tak kalah hebohnya dengan Stay Puft Marshmallow Man, serta objek lukisan Vigo pun terlihat sangat menyeramkan.

Performa figur komikal Janosz yang dimainkan Peter MacNicol tidaklah mengecewakan dan memang terkesan fun

Efek spesialnya cukup impresif, dan mengalami sedikit kemajuan, mengingat berada di penghujung dekade saat itu. 

Tema lagu yang dimodifikasi oleh Run-DMC bergaya Hip-Hop masih enak didengar, tidak seperti Hip-Hop jaman NOW!

Film Ghostbusters II meski tidak seistimewa filmnya terdahulu, masih dapat dinikmati sebagai kelanjutan dari franchise yang cukup memuaskan.

Score: 3 / 4 stars stars | Pemain: Bill Murray, Dan Aykroyd, Sigourney Weaver, Harold Ramis, Rick Moranis, Ernie Hudson, Annie Potts, Peter MacNicol, Wilhelm von Homburg | Sutradara: Ivan Reitman | Produser: Ivan Reitman | Penulis: Dan Aykroyd, Harold Ramis | Musik: Randy Edelman | Sinematografi: Michael Chapman | Distributor: Columbia Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 108 Menit



review film ghostbusters reboot
Columbia Pictures
Ghostbusters (2016)   

Ilmuwan Fisika, Erin (Kristen Wiig) dipecat sebagai pengajar di salah satu universitas.

Ia mengunggah video penangkapan hantu di media sosial yang mencemarkan citra ilmiahnya. 

Erin memiliki sahabat sekaligus mantan koleganya, Abby (Melissa McCarthy) dan partnernya seorang insinyur bernama Jillian (Kate McKinnon).

Mereka dan juga Paty (Leslie Jones), serta seorang asisten bernama Kevin (Chris Hemsworth), membentuk Ghostbusters dalam rangka memburu hantu, yang dikendalikan oleh pelepasan sebuah portal dunia arwah.

Tidak ada sesuatu yang baru ditawarkan lewat film ini, selain hanya pengulangan premis klise dari versi orisinalnya.

Meski demikian rasa akan perjalanan para figur dan petualangan mereka sedikit nyaman sekaligus membosankan untuk diikuti. 

Performa dan dialog super buruk para figur pembasmi hantu itu, tidak mampu menolong film ini, bahkan untuk menyamai Ghostbusters II pun jauh dari level nya.

Sulit untuk dimengerti bahwa nalar paling fundamental, tentang bagaimana sang antagonis bisa melakukan itu semua dengan diam-diam, tanpa ada penjelasan terperinci mengenai lingkungannya. 

Dengan mudahnya semua itu dilakukan tanpa ada keilmuan tingkat tinggi! What a madness!

Humor yang sangat kering dan tidak lucu, komedi yang mengada-ngada dan mungkin lebih tepatnya black comedy, serta dua adegan dance yang norak, diperparah dengan dialog yang buruk dan datar, menggagalkan film ini dengan fatal. 


ulasan sinopsis ghostbusters reboot
Columbia Pictures
Akibatnya, karakterisasi para protagonis itupun gagal dalam mendalami esensi dan eksplorasi dari akting yang tidak optimal.

Akibatnya seperti menonton sitcom atau paling jauh film ringan semacam Scooby-Doo (2002).

Oh ya, penampilan konyol Chris Hemsworth sebagai Kevin, juga memperparah keadaan dan terkesan dibuat-buat. 

Hanya penampilan dengan kacamata ala Clark Kent-lah yang cukup menarik dalam mengangkat kembali fiksi klasik dengan gaya kartun.

Performa Kate McKinnon sebagai Jillian-lah satu-satunya penolong di film ini, sebagai wanita yang bergaya cool, tomboy dan tangguh namun masih ada sisi feminis, sayangnya diberikan porsi kecil.

Cameo Bill Murray, Dan Aykyord, Sigourney Weaver, Ernie Hudson dan Annie Potts tidak mampu menolong apapun, selain hanya sebagai pemanis belaka. 

Penggunaan CGI berlebihan malah merusak visual di sepanjang adegan, meski hal itu bukan yang krusial.

Andaikan penampilan para figur wanita tersebut lebih baik, mungkin film ini masih bisa sedikit diapresiasi meski hanya pengulangan belaka saja.

Score: 0.5 / 4 stars | Pemain: Melissa McCarthy, Kristen Wiig, Kate McKinnon, Leslie Jones, Charles Dance, Michael Kenneth Williams, Chris Hemsworth | Sutradara: Paul Feig | Produser: Ivan Reitman, Amy Pascal | Penulis: Berdasarkan karakter karya Dan Aykroyd dan Harold Ramis. Skenario: Katie Dippold, Paul Feig | Musik: Thedodore Shapiro | Sinematografi: Robert Yeoman | Distributor: Columbia Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 116 Menit

Itulah sinema petualangan komedi supranatural, review tiga film Ghostbusters, dua diantaranya orisinal, sedangkan satu lagi penuh kontroversial.

Comments