Sorcerer (1977) : Takdir Hidup dalam Realitas ‘Sihir’

film sorcerer takdir hidup realitas sihir
Universal Pictures, Paramount Pictures

Sinema petualangan thriller review 
Sorcerer, film yang mengangkat takdir hidup dalam realitas ‘sihir’.

Mampukah anda mengontrol takdir sendiri? Bisakah suatu waktu anda dihadapkan pada realita berupa kejadian menakjubkan bagaikan ‘sihir’? 

Sepertinya kalimat tersebut menjelaskan cerita dalam film klasik Sorcerer.

Saya sempat tertarik terhadap judul dan poster filmnya, mahakarya dari arahan William Friedkin tersebut, mengundang rasa penasaran tinggi sekaligus misterius. 

Kesan pertama tentu saja film tersebut pasti bertemakan sihir dan horor, mengingat popularitas Friedkin setelah mewujudkan film The Exorcist (1973).

Padahal sesungguhnya film Sorcerer merupakan sebuah metafora akan drama petualangan bergaya crime thriller

Film ini menjadi adaptasi kedua dari novel Perancis, Le Salaire de la peur, setelah Henri-Georges Clouzot mengadaptasinya melalui film The Wages of Fear (1953).

Baca juga: Les Diaboliques (1955) : Film Hitchcock Rasa Perancis

Sempat dinominasikan penghargaan Oscar untuk kategori Best Sound, setelah saya menonton Sorcerer, dapat dimaklumi bahwa saat tayang tergilas oleh popularitas Star Wars kala itu.

Sempat dihujani kritik negatif, kini Sorcerer dinilai ulang setelah kritikus menyadari bahwa film ini adalah salah satu maharkaya penting di era 70’an.

Film Sorcerer mengisahkan empat segmen terpisah secara lokasi, yakni:

Kota Veracruz, Meksiko, saat seorang pembunuh bayaran bernama Nilo (Francisco Rabal) melakukan aksinya terhadap korban. 

Adapun di kota Yerusalem, saat salah satu gerilyawan Palestina yakni Kassem (Amidou) diburu tentara Israel atas aksi pemboman.

review film sorcerer
Universal Pictures, Paramount Pictures
 
Di kota Paris, pengusaha bernama Victor Manzon (Bruno Cremer) menjadi tertuduh dalam kasus penipuan bursa saham. 

Sedangkan di New Jersey, Amerika, salah satu anggota geng Irlandia bernama Jackie Scanion (Roy Scheider) menjadi buronan mafia setelah merampok uang Gereja.

Penyatuan keempat figur terjadi di sebuah lokasi:

Porvenir, sebuah desa miskin terisolir di Amerika Latin, dengan pergerakan ekonomi hanya dikuasai oleh perusahaan minyak Amerika. 

Adapun Nilo, Kassem, Victor, serta Jackie tinggal disana dalam keadaan memprihatinkan, mereka semua dalam pelarian.

Suatu hari, terjadi musibah ledakan di tambang minyak tersebut. 

Satu-satunya cara memadamkan api, yakni menggunakan dinamit yang mengandung nitrogliserin, terdapat di lokasi berbeda. 

Namun karena dinamit tersebut telah lama tersimpan, maka rentan untuk meledak jika terguncang.

Oleh karena itu, pihak perusahaan menawarkan siapa saja yang mampu membawa sejumlah dinamit tersebut dengan menggunakan truk, akan diberikan upah layak. 

Setelah dalam proses uji coba, mereka berempat akhirnya terpilih, namun ternyata medan ganas yang harus dilalui, tampak berada diluar kewarasan manusia.

Meski saya belum pernah menonton film The Wages of Fear, versi yang satu ini mampu menyihir saya dari awal hingga akhir adegan. 

Sorcerer memang pantas disebut salah satu mahakarya penting Friedkin sekaligus film signifikan di era 70’an.

ulasan film sorcerer
Universal Pictures, Paramount Pictures

Adanya kisah pembagian tiga babak, serta penguraian empat segmen cerita berdasarkan empat figur utamanya di babak pertama, mengingatkan saya akan karya Friedkin terbaik yakni The French Connection (1971).

Baca juga: The French Connection (1971) : Koneksi Maut Narkoba

Sedangkan babak kedua masih mengisahkan aktivitas serta perjuangan mereka masing-masing untuk segera keluar dari “lubang neraka” tersebut.

Meski demikian dalam sejumlah adegan, mereka yang tidak saling mengenal satu sama lain, mulai terkoneksi, ada yang secara langsung maupun tidak langsung.

Babak ketiga inilah merupakan puncak intensitas, sejak petualangan mereka berempat yang ironisnya tidak menyukai satu-sama lain karena egoisme.

Secara perlahan, mereka saling membuka diri dan kerjaasama pun semakin kompak.

Dalam poin tersebut, tujuan mereka bersama hanya satu, segera meninggalkan Porvenir!

Bagian tersebut mungkin yang terpenting dan rasanya memang menjadi inti dari narasi Sorcerer yang pas dalam mewakili realitas hidup. 

Ibaratnya, hanya mereka berempat yang mungkin sanggup dan terpilih sebagai ‘penyihir’ untuk menyelamatkan musibah tambang minyak.

Boleh dikatakan bahwa takdir mereka guna mencapai tujuan bersama, harus melalui ‘neraka lain’, mengingat resiko tinggi terhadap keselamatan nyawa. 

Bayangkan saja, beberapa kotak dinamit yang diletakkan di atas pasir, berada di dalam dua truk sekaligus, harus menempuh medan jalanan yang dikelilingi hutan, jurang maupun tebing!

takdir hidup realitas sihir film sorcerer
Universal Pictures, Paramount Pictures

Keunikan keempat figurnya begitu menarik, mereka adalah antitesis dalam transisi area abu-abu antara antagonis dan protagonis, mereka juga sosok anti-hero yang tidak klise.

Kompleksitas karakter satu-sama lain itulah yang memang sesuai realitas manusiawi dalam kehidupan nyata. 
 
Hal yang membuat saya frustasi yakni mereka menemui beberapa kendala yang rasanya tidak mungkin dapat dilalui.

Hingga tak disangka muncul banyak kejutan yang membutuhkan keajaiban 'sihir' mereka. 

Belum lagi cuaca yang tidak bersahabat, ditambah dengan atmosfir misterius yang tersaji seperti perjumpaan dengan penduduk pedalaman atau sebuah totem menyeramkan.

Gaya Friedkin untuk Sorcerer di era tersebut, memang sangat mumpuni dan fantastis, mampu membuat saya terpana dalam intensitas yang sungguh menggenjot adrenalin.

Hampir di semua adegan terasa nyata dalam keseharian hidup, sulit memprediksi akan kelanjutan ceritanya.

Pergerakan kamera dinamis, dengan kombinasi dari sejumlah sudut tertentu, membuat seakan audiens turut serta menjadi salah satu figur utamanya.

Adegan saat truk saat menyeberangi sebuah jembatan, sulit dijelaskan dalam tulisan ini, karena mampu membuat saya terpana.

Begitu pula efek sound yang sungguh membuat telinga saya terganggu akan deru angin kencang misterius saat hujan deras.

Deru mesin truk membuat saya parno, mulai dari adegan di bengkel hingga aksi melintasi medan berbahaya seperti pinggir jurang yang curam. 

Tak hanya itu, seacar terperinci diperlihatkan bagaimana jatuhnya bongkahan tanah dan kerikil, maupun batang pohon jembatan.

sinopsis film sorcerer
Universal Pictures, Paramount Pictures
 
Penyajian akan kehidupan desa kumuh Porvenir begitu realistis serta eksplisit, sangat meyakinkan untuk ikut mengalami keprihatinan sengsaranya hidup di tempat itu.

Sejumlah adegan kekerasan pun diperlihatkan cukup berdarah, seperti halnya dalam The French Connection.
 
Scoring berupa synthesizer yang sesekali bernada misterius ataupun menegangkan mampu memompa emosi saya.

Alunan melodi yang dimainkan grup Tangerine Dream, sangat kuat pengaruhnya dalam setiap adegan.

Oh ya, performa keempat aktor terhadap masing-masing karakternya pun jelas tidak bisa diragukan lagi.

Sangat jelas terasa aura akan kesenangan dan aksi penuh gaya, depresi dan putus asa, hingga upaya kebangkitan akan pengharapan besar yang penuh liku.

Berbagai hal tersebut jelas terukir dalam ekspresi alamiah mereka.

Sorcerer secara tak disangka, begitu mengesankan saya akan visi brilian Friedkin terhadap narasi yang telah eksis.

FIlm ini digarap sempurna dalam memperkenalkan takdir hidup akan perjalanan empat figur utama dalam realitas berkemampuan ‘sihir’ manusiawi.  

Tak terbayangkan jika saya menonton film ini di bioskop!

Demikian sinema petualangan thriller review Sorcerer, film yang mengangkat takdir hidup dalam realitas ‘sihir’.

Score: 4 / 4 stars

Sorcerer | 1977 | Crime, Thriller, Petualangan | Pemain: Roy Scheider, Bruno Cremer, Francisco Rabal, Amidou, Ramon Bieri | Sutradara: William Friedkin | Produser: William Friedkin | Penulis: Berdasarkan novel Le Salaire de la peur karya Georges Anaud. Naskah: Walon Green | Musik: Tangerine Dream | Sinematografi: John M. Stephens, Dick Bush | Distributor: Universal Pictures, Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 121 Menit

Comments

  1. gila keren banget sih ini film durasi 2 jam ampe gak kerasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. intensitas nya terkesan riil banget dan banyak kejutan ...

      Delete

Post a Comment