Artemis Fowl (2020): Potensi yang Terbuang

review film artemis fowl
Walt Disney Studios Motion Pictures

Sinema fantasi petualangan review Artemis Fowl, sebuah film dengan potensi besar yang terbuang percuma. 

Film Artemis Fowl yang seharusnya tayang di bioskop, akhirnya tayang melalui saluran digital Disney+ karena pandemi COVID-19 .

Hingga saat artikel ini ditulis, Artemis Fowl  mendapatkan nilai buruk dari audiens dan kritk. Mengapa bisa terjadi?

Sebagai salah satu unggulan Disney, film Artemis Fowl telah diantisipasi jauh hari, terutama dari para penggemarnya, mengingat kepopuleran akan novelnya yang menjadi sumber adatpasi film. 

Sangat disayangkan akan potensi besar yang terbuang percuma dan menjadi sia-sia, setelah saya menyaksikan filmnya.

Dengan mengangkat figur utama seorang pra-remaja dalam petualangan fantasi modern , Artemis Fowl diharapkan bisa sepadan atau setidaknya mendekati waralaba Harry Potter

Narasi Artemis Fowl merupakan buah adaptasi karangan novelis Irlandia yakni Eoin Coffer, dan disutradarai Kenneth Branagh.

Film ini mengisahkan seorang pengusaha barang antik bernama Artemis Fowl (Collin Farrell) yang diculik oleh sosok yang misterius. 

Sosok tersebut kemudian menghubungi anak tunggal Artemis, yakni Artemis Fowl, Jr. (Ferdia Shaw) untuk menyerahkan “Aculos” agar ayahnya bisa dibebaskan.

Artemis Junior seketika juga dibantu oleh pelayan setia ayahnya yakni Dom Butler (Nonso Anozie) dalam pencarian ayahnya, melalui sebuah rahasia turun-temurun dari keluarga Fowl.

Ia dibekali ayahnya dengan pengetahuan tentang mitos dan dongeng tentang dunia peri, kurcaci, serta raksasa.

Dalam petualangan menelusuri misteri akan petunjuk yang selama ini disembunyikan sang ayah, ia dibantu oleh Dom dan keponakannya bernama Juliet.

fim artemis fowl potensi terbuang
Walt Disney Studios Motion Pictures

Sementara di Haven City sebuah dimensi dongeng, Komandan Polisi Julius Root (Judi Dench) memerintahkan pasukannya guna menemukan sebuah “Aculos” yang hilang. 

Pada saat yang bersamaan, mereka mendeteksi sosok raksasa yang lepas menaiki permukaan menuju dunia manusia.

Hanya perwira bernama Holly (Lara McDonnell) yang tersisa, maka diutuslah ia mengankap raksasa tersebut. 

Setelah berhasil menuntaskan misinya, Holly malah bergegas menuju Hill of Tara untuk mencari tahu masa lalu ayahnya bernama Beechwood Short.

Lokasi tersebut berada tak jauh dari kediaman keluarga Fowl, sehingga kedatangan Holly telah diprediksi oleh Artemis Junior. 

Sementara Komandan Root yang menduga pembangkangan yang dilakukan Holly segera mengajak pasukannya mendatangi kediaman Fowl, dengan memanfaatkan kurcaci bernama Mulch Diggums (Josh Gad).

Saya tidak mengetahui eksistensi novel Artemis Fowl, apalagi membacanya. 

Terlepas dari semua itu, kesan pertama yang saya tangkap yakni, eksekusi film ini secara keseluruhan tampak gegabah dalam sejumlah aspek krusial.

Ditinjau dari tema dan genre-nya yang cukup kompleks tersebut, seharusnya menjadi pertanyaan besar terhadap durasi yang hanya berlangsung sekitar 1,5 jam.

Problema terbesar di film ini yakni ritme yang terlalu cepat melalui transisi antar adegan satu dengan lainnya.

Alhasil, sehingga saya kesulitan untuk menangkap suasana maupun rasa yang utuh sedari awal.

Terasa sulit untuk masuk kepada pengenalan karakter figur dan dunia seisinya, interaksi mereka dalam sejumlah dialog dan aksi, diperburuk melalui sejumlah pergerakan aksi laga yang tidak elok.
 
sinopsis film artemis fowl
Walt Disney Studios Motion Pictures

Akibat terlalu cepat, saya seakan menjadi audiens bodoh yang sulit untuk diajak fokus terhadap visual dan teks dalam dialognya, meski secara keseluruhan saya menangkap esensi ceritanya.

Narasi Artemis Fowl seharusnya bisa saya sandingkan dengan Harry Potter yang memiliki kemiripan tema dan genre, tapi sangat disayangkan perlakuan Disney terhadapnya.

Mungkin inilah yang membuat sejumlah penggemar kecewa dengan filmnya, terlebih saya yang masih asing dengan nama "Artemis Fowl". 

Film ini sendiri memiliki alur non-linear melalui adegan saat figur Mulch Diggums tertangkap oleh MI6 (agen rahasia Inggris).

Ia kemudian diinterogasi, lalu terdapat kisah balik dari awal perjalanan Artemis Junior dalam rangka membebaskan ayahnya.

Performa Josh Gad sebagai Diggums adalah yang terbaik diantara semua aktor/aktris lainnya, sebagai sosok yang sulit ditebak motivasi dan tujuannya.

Figurnya merupakan kurcaci yang berbeda dengan tubuh terbesar seukuran manusia normal, tampak selalu terasingkan dalam dunianya.

Aktris veteran Judi Dench cukup impresif sebagai figur Root yang memiliki vokal berat seperti pria, terkadang membuat saya tertawa dan terkesan mengulangi kekonyolan di film Cats (2019). 

Malah performa Tamara Smart sebagai Holly, mampu mencuri perhatian dan mampu memberikan energi menakjubkan dalam sejumlah adegannya.

Bahkan figur utamanya yakni Artemis Junio yang ddiperankan Ferdia Shaw pun seakan terlibas oleh Holly yang saya anggap menjadi character arc krusial di film ini. 

Ferdia Shaw saya anggap kurang mampu menghidupkan karakternya sendiri secara optimal, sehingga kurang terasa emosinya dan menjadi hambar.
 
ulasan film artemis fowl
Walt Disney Studios Motion Pictures

Ikatannya dengan Holly cukup baik dan menyentuh secara keseluruhan, terutama menjelang akhir cerita dalam sebuah pengungkapan. 

Terlepas dari perbandingan dengan narasi dari novelnya, film ini berupaya memandu audiens menuju petualangan misterius tanpa ada kejutan berarti yang membuat penasaran hingga akhir.

Kedinamisan sorotan kamera yang mendominasi sejumlah adegan di film ini, di satu sisi memang terasa dinamis dan menggugah adrenalin. 

Namun sangat disayangkan akan pengaturan kecepatan transisi adegannya yang terlampau tinggi secara keseluruhan, sehingga mejadi sia-sia.

Begitu pula dialog yang tidak meninggalkan kesan dan beberapa visual melalui efek spesial yang kasar dan terkesan murahan, ironis karena ditangani sineas sekelas Branagh.

Bagaimana pun juga, Artemis Fowl secara keseluruhan masih dapat dinikmati sebagai hiburan berdasarkan narasi unik.

Film ini lumayan mampu mengangkat elemen kental akan tradisi Irlandia, dikombinasikan dengan dongeng dan mitos dalam dunia modern.

Korelasi perkembangan figur pra-remaja antara Artemis Junior dengan Holly memang menarik.

Meski demikian ikatan solid dalam hubungan keluarga dalam petualangan seru dan kompak dengan ayahnya yakni Artemis Senior, adalah potensi besar yang sia-sia, terbuang begitu saja.

Untuk saat ini, saya masih memberikan kesempatan terhadap film Artemis Fowl secara keseluruhan, meski skor bisa saja saya ubah di kemudian hari. 

Sangat mengherankan studio spesialis sekelas Disney yang kerap unggul dalam adaptasi cerita, kali ini tergelincir jatuh.

Andaikan suatu saat nanti, terwujud adaptasi atau sekuel yang lebih baik. 

Demikian sinema fantasi petualangan review Artemis Fowl, sebuah film dengan potensi besar yang terbuang percuma. 

Score: 1.5 / 4 stars

Artemis Fowl | 2020 | Fantasi, Fiksi Ilmiah, Petualangan | Pemain: Ferdia Shaw, Lara McDonnell, Josh Gad, Tamara Smart, Nonso Anozie, Collin Farrell, Judi Dench | Sutradara: Kenneth Branagh | Produser: Kenneth Branagh, Judy Hofflund | Penulis: Berdasarkan novel Artemis Fowl karya Eoin Colfer. Naskah: Conor McPherson, Hamish McColl | Musik: Patrick Doyle | Sinematografi: Haris Zambarloukos | Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 95 Menit

Comments

  1. Aku baru namatin Kak hehehe, asli terlalu singkat ya jalan ceritanya tapi menarik kok. Aku penasaran kelanjutann si Holly nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, sangat disayangkan padahal. Premis menarik dan menghibur, tapi gara-gara durasinya yang singkat dan sejumlah faktor lainnya malah kurang berkesan/memorable dan hambar. Saya merasa karakter Holly memang lebih menarik ketimbang Artemis Junior, ironis memang ... :)

      Delete

Post a Comment