Mulan (2020): Adaptasi 'Live-Action' yang Dilematis

review film mulan versi live action
Walt Disney Studios Motion Pictures

Sinema aksi laga petualangan review Mulan, film adaptasi 'Live-Action' Disney yang dilematis.

Di masa sekarang ini, sejumlah film besar kerap dikaitkan dengan politik identitas, tak terkecuali Mulan versi live-action yang telah tayang melalui jaringan Disney+.

Mungkin Mulan akan tayang di sejumlah bioskop jika telah beroperasi kembali, akibat penundaan tayang yang semula bulan April 2020 sejak pandemi COVID-19.

Kontroversi Mulan bermula setelah pemeran utamanya yakni Yifei Liu, aktris keturunan Chinese-American, mendukung kebrutalan polisi China dalam demonstrasi protes terhadap pemerintah. 

Akibatnya, seorang aktivis Hongkong bernama Joshua Wong menginisiasi pemboikotan film Mulan.

Selain itu yang tak kalah heboh, bahwa lokasi syuting Mulan dilakukan di area Xinjiang, lokasi pembantaian etnis Uighur oleh Pemerintah China.

Film Mulan kali ini diadaptasi dari format animasi Disney yang berjudul sama di tahun 1998.

Versi format animasi Mulan saat itu merupakan salah satu karya terbaik, sesaat sebelum Disney merevolusi teknik animasi 3D melalui pembelian Pixar.

Baca juga: Mulan (1998): Wanita Heroik Roman Tiongkok dalam Kejayaan Animasi Disney

Filmnya sangat menghibur, laris manis dalam box office serta disambut baik kritikus, selain juga meraih sejumlah penghargaan bergengsi. 

Tren yang dilakukan Disney saat ini yakni membuat ulang oleh versi animasinya sendiri seperti Beauty and the Beast, Alladin, hingga Lion King.

Sedangkan Mulan versi live-action kali ini tampaknya cukup menjanjikan dari cuplikan filmnya meski ternyata cukup dilematis.

Adanya perbedaan visi dari versi animasi yang jelas sangat menghibur, atau versi live-action dianggap lebih dramatis berdasarkan realita manusiawi.

Mulan mengisahkan Kaisar China (Jet Li) mewajibkan seorang pria dalam setiap keluarga untuk bergabung dalam Pasukan Imperial.

Mereka memerangi invasi Suku Rouran yang dipimpin oleh Bori Khan (Jason Scott Lee), dibantu oleh sang penyihir Xian Lang (Gong Li).

Adalah Hua Zhou (Tzi Ma), seorang pria paruh baya, mantan seorang prajurit Imperial yang harus mengikuti perintah Kaisar, namun kondisi fisiknya tidak meyakinkan.

Adapun putri tertuanya, yakni Hua Mulan (Liu Yifei) yang tak tega melihat kondisi ayahnya diam-diam nekat membawa kabur sebilah pedang, baju zirah serta seekor kuda.

Ia menuju tempat pelatihan prajurit Imperial dan menyamar sebagai pria bernama Hua Zhou.
 
ulasan sinopsis film mulan live action
Walt Disney Studios Motion Pictures

Maka, berbagai kejadian menarik pun berlangsung dalam proses pelatihan yang dipimpin oleh Commander Tung (Donnie Yen), serta sesama rekan terdekat Mulan yakni Chen Honghui (Yoson An).

Versi Mulan ini tidak sebaik versi animasi yang sarat akan aksi menggelegar, humor segar dan komedi menghibur, serta karakterisasi kuat dan selalu dikenang.

Meski filmnya secara keseluruhan baik adanya, tidaklah sebagus ekspektasi awal, namun tidak pula mengecewakan.

Tanpa ada figur Mushu sang naga yang digambarkan begitu kocak dalam versi animasinya, film ini terasa kering,

Adapun komplain dari publik China tentang penggambaran filmnya yang dianggap sebagai whitewashing, menjadikan Mulan versi ini terkesan sebagai film period legenda Tiongkok generik.

Versi Barat (dalam hal ini, Hollywood) tentu saja memperlakukan film Mulan dengan sudut pandang berbeda daripada China, Hongkong, ataupun Taiwan.

Maka situasinya kembali pada seberapa penting pembuatan versi live-action, terlebih jika dibuat ulang dari versi animasi yang dinilai lebih superior.

Sebagaimana yang Disney ingin persembahkan di film ini awalnya cukup meyakinkan, dengan menggiring audiens menuju belahan dunia Tiongkok.

Hal itu digambarkan dalam suasana maupun eksotisme lingkungan yang eksis, berdasarkan kultur khas negeri tersebut.

Adegan demi adegan pun disajikan dengan baik, terutama pergerakan sorotan kamera yang enak dilihat terlebih dalam sejumlah adegan saat Hua Mulan menunjukkan potensi dirinya sejak belia hingga dewasa.

Hal ini mengejutkan, mengingat beberapa adegan laga dieksekusi dengan apik dan impresif dari arahan sineas asal New Zealand, Niki Caro.

Sineas itu sepertinya belum berpengalaman menangani aksi laga petualangan, terlebih elemen martial arts, namun jangan miliki ekspektasi akan eksploitasi gaya bertarung yang estetis.

Visual film ini sungguh luar biasa dan fantastis, baik terhadap setting mengaggumkan dan lingkungan eksotis, serta pewarnaan yang indah dan terpadu.

Desa yang dihuni oleh keluarga Hua Mulan memang unik, saat audiens diajak menuju ke dalam sebuah bangunan super besar yang terdapat sebuah gerbang besar.

Maka di dalamnya ada halaman luas yang dikelilingi rumah penduduk, terkesan seperti melingkar, atau bahkan tampak seperti rumah susun versi abad pertengahan!

mulan versi live action dilematis
Walt Disney Studios Motion Pictures

Demikian pula transisi adegan dari suasana pelatihan prajurit Imperial yang serba suram dan mendung.

Adegan saat Mulan berada di sebuah tempat dalam pengasingan dengan kombinasi warna kuning-jingga-merah, hingga menuju suasana cerah dan ceria di pusat kota dan Istana Kaisar yang penuh warna.

Karakterisasi Hua Mulan sendiri yang diperankan Yifei Liu dirasa medioker. 

Figur Mulan cukup dalam mempertontonkan emosi, namun lupa akan kerapuhannya sebagai wanita atau pergumulan diri terhadap dilema besar yang kerap menghantuinya.

Kehadiran sosok burung Phoenix yang terlalu ‘animasi’ dalam menggantikan Mushu, terasa janggal dan konyol, serta sedikit mengganggu. 

Awalnya saya kira seperti layangan, yang memang ternyata adalah perwujudan roh para leluhur Mulan.  

Malah figur antagonis Bori Khan yang diperankan Jason Scott Lee sedikit lebih meyakinkan, sedangkan figur lainnya tidak ada yang istimewa, termasuk performa dari Donnie Yen dan Jet Li.

Maka problema terbesar terletak pada naskahnya sendiri, jika membuat versi live-action yang seharusnya bisa diekspos lebih dramatis.

Mulan versi ini sulit untuk bisa mendekati suasana realistis, serba tanggung untuk menghadirkan sisi hiburan menarik yang telah dibuktikan dalam versi animasinya.

Untungnya, berkat scoring yang terdengar sepotong demi sepotong akan tema lagu “Reflection”, membantu dalam memompa sedikit emosi.

Mulan versi live-action ini sepertinya terjebak dalam mengimplementasikan drama secara manusiawi.

Lebih baik versi animasinya tidak perlu diganggu-gugat. Sungguh dilematis!

Demikian sinema aksi laga petualangan review Mulan, film adaptasi 'Live-Action' Disney yang dilematis. 

Score: 2 / 4 stars

Mulan | 2020 | Aksi Laga, Drama, Petualangan | Pemain: Yifei Liu, Donnie Yen, Jason Scott Lee, Tzi Ma, Yoson An, Ron Yuan, Gong Li, Jet Li | Sutradara: Niki Caro | Produser: Chris Bender, Jason T. Reed, Jake Weiner | Penulis: Berdasarkan karakter Ballad of Mulan karya Guo Maoqian, serta diadaptasi dari Disney’s Mulan. Naskah: Rick Jaffa, Amanda Silver, Lauren Hynek, Elizabeth Martin | Musik: Harry Gregson-Williams | Sinematografi: Mandy Walker | Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 115 Menit

Comments