The Lives of Others (2006): Pengintaian dan Penyadapan ala Jerman Timur

the lives of others pengintaian penyadapan
Buena Vista, Sony Pictures

Sinema drama politik review The Lives of Others, film drama thriller tentang pengintaian dan penyadapan ala Jerman Timur dalam masa Perang Dingin.

Mengintai seseorang memang pekerjaan yang melelahkan, begitu pula sebaliknya jika seseorang merasa sadar bahwa dirinya mungkin diintai, bisa saja menjadi paranoid.

Justru film produksi Jerman, yakni The Lives of Others mengisahkan seseorang yang diintai.

Ia tidak menyadari bahwa tempat tinggalnya disadap pihak berwajib yang menjadi otoritas dari negara komunis-sosialis. 

Tahun 1984 di Jerman Timur, seorang Stasi (Polisi Rahasia) bernama Gerd Wiesler (Ulrich Mühe) mendapat tugas dari atasannya yakni Anton Grubitz (Ulrich Tukur).

Ia diminta langsung oleh Menteri Kebudayaan, untuk mengintai aktivitas seorang penulis naskah drama yakni Georg Dreyman (Sebastian Koch).

Alat penyadap pun diam-diam dipasang dalam unit apartemen Dreyman. 

Lalu Wiesler dan anak buahnya bergantian mengintai setiap percakapan Dreyman yang tinggal bersama kekasihnya yakni aktris Christa-Maria Sieland (Martina Gedeck).

Dreyman dicurigai Pemerintah Komunis terhadap pandangan yang dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruhnya di Jerman Barat. 

Sahabatnya yakni Albert Jeska, seorang sutradara yang menjadi daftar hitam pemerintah, memberikan sebuah buku di hari ulang tahunnya.

Tak lama berselang, Jeska ditemukan tewas bunuh diri, mengakibatkan Dreyman hendak menuliskan artikel tentang upaya pemerintah menutupi kasus bunuh diri yang semakin meningkat di negara itu

sinopsis alur film the lives of others jerman timur
Buena Vista, Sony Pictures

Agar pandangannya dapat diketahui publik, ia dibantu oleh beberapa sahabatnya.

Mereka berencana akan menerbitkan artikel tersebut di majalah Jerman Barat yakni Der Spiegel, dan Dreyman sebagai penulis menggunakan nama samaran.

Pemerintah mengawasi ketat setiap identitas penulis yang menggunakan mesin ketik merek tertentu.

Oleh karena itu, Dreyman menyelundupkan sebuah mesin ketik dari Jerman Barat.

Selama hampir 2,5 jam, film The Lives of Others adalah murni drama politik dengan menekankan elemen thriller yang berkenaan dengan dunia intelijen di Jerman Timur. 

Pasca Perang Dunia II, Jerman menderita kekalahan sekaligus memasuki masa kelam dengan pembagian kekuasan dua blok, baik Barat maupun Timur.

Blok Barat yakni Sekutu dengan pengaruh demokrasi liberal dengan ekonomi yang sarat akan kapitalisme, menguasai Jerman Barat sehingga menjadi negara yang independen dan maju. 

Adapun Blok Timur yang dikuasai Uni Soviet dengan ideologi komunisme serta ekonomi sosialisme mempengaruhi Jerman Timur di bawah tekanan.

Seperti halnya sejumlah negara Eropa Timur, suasana penggambaran Jerman Timur dalam film ini tentu saja kelam dan sepi, bagaikan tempat tenang yang terisolasi. 

Namun jangan harap anda memiliki kebebasan berekspresi dan berbicara di depan publik, sejak otoritas pemerintah selalu mengawasi setiap individu warganya.

Baca juga: Paranoia Trilogy: Klute (1971)

Karya seni pun tak luput dari hal tersebut, sehingga kreativitas tampaknya juga dibatasi atau dikekang oleh ideologi yang membatasi kebebasan individu. 

Itulah yang dialami figur Dreyman, sebagai seniman kritis dengan mempertanyakan ideologi hipokrit yang hanya menyengsarakan rakyat.

Figur kunci Wiesler tampak larut dalam setiap percakapan Dreyman dan mulai bersimpati kepadanya, menjadi sebuah titik balik terbesar yang bakal merubah hidupnya di kemudian hari. 

review ulasan film the lives of others konspirasi
Buena Vista, Sony Pictures

Karakternya yang dingin -baik hati maupun kepala- merupakan tipikal otoritas komunis-sosialis yang hampir tidak pernah memperlihatkan ekspresinya.

Ditambah ia seorang yang menutup diri, tidak menyukai sosialisasi, serta berupaya mengatasi tekanan batin seumur hidupnya.

Momen yang paling canggung dalam adegan dialog di film ini yakni saat seorang staf intelijen yang ditegur oleh atasan Wiesler yakni Grubitz.

Melalui gaya berbicaranya yang sungguh mengejutkan. Hal tersebut jelas tersirat terhadap ekspresi dan tatapan Wiesler dalam menanggapinya.

Hal mengejutkan lainnya terdapat pada figur Sieland dengan apa yang terjadi padanya, sehingga mempengaruhi pasang-surut hubungannya dengan Dreyman.

Narasi The Lives of Others fokus terhadap figur Wiesler yang tampak terobsesi dengan apa yang ada dalam pikiran Dreyman dan pandangannya terhadap ideologi pemerintah.

Hal tersebut mengingatkan saya akan film The Conversation (1974) dengan tema yang sama pula.

Meski tidak memiliki sebuah pelintiran atau hal yang menghebohkan, film ini secara dramatis disajikan melalui pace lambat namun menarik.

The Lives of Others mampu memainkan irama terhadap emosi audiens akan hal yang tragis, pilu serta menyentuh.

Hebatnya, alur film ini tidaklah semudah yang dibayangkan pada akhirnya.

Demikian sinema drama politik review The Lives of Others, film drama thriller tentang pengintaian dan penyadapan ala Jerman Timur dalam masa Perang Dingin.

Score: 4 / 4 stars

The Lives of Others | 2006 | Drama, Crime, Thriller | Pemain: Ulrich Mühe, Martina Gedeck, Sebastian Koch, Ulrich Tukur | Sutradara: Florian Henckel von Donnersmarck | Produser: Max Wiedemann, Quirin Berg | Penulis: Florian Henckel von Donnersmarck | Musik: Gabriel Yared, Stéphane Moucha | Sinematografi: Hagen Bogdanski | Distributor: Buena Vista Internasional, Sony Pictures Classic | Negara: Jerman | Durasi: 137 Menit

Comments