5 Film The Omen: Saga Sang Antikristus dalam Horor Fiktif

review lima film the omen sang antikristus horor fiktif
20th Century Fox

Sinema horor review lima film The Omen, saga sang Antikristus dalam horor fiktif. 

Waralaba The Omen adalah salah satu yang terpopuler untuk horor religius Kristen dan Gereja.

Narasi The Omen mengisahkan figur Damien Thorn sebagai sosok Antikristus, mulai dari kelahiran hingga kematiannya.

Kisah film The Omen merupakan buah karya David Seltzer dan sempat diadaptasi ke dalam novel. 

Film perdananya disutradari Richard Donner yang lebih populer melalui Superman (1978) dan Lethal Weapon (1987).

Tiga film pertama dirilis dalam format layar lebar, diikuti film televisi, serta sebuah remake.

Serial televisi berjudul The Omen sempat tayang dalam episode pilot, namun gagal. Adapun serial Damien pernah ditayangkan tahun 2016.

Berikut adalah ulasan singkat lima film The Omen:

review film horor the omen
20th Century Fox

The Omen (1976)

6 Juni 1976, seorang diplomat Amerika di Roma, Robert Thorn (Gregory Peck) sedang dalam masa sulit.

Bayi yang dilahirkan Katherine (Lee Remick) meninggal, namun diam-diam melalui seorang Pastur, Robert mengadopsi bayi.

Ibu dari bayi tersebut juga meninggal sesaat setelah melahirkan.

Lima tahun berselang, Robert ditugaskan di London. Anak mereka, Damien (Harvey Spencer) adalah seorang anak normal pada umumnya.

Namun kekuatan supranatural berada di sekelilingnya, dimulai saat sang pengasuh gantung diri.

Lalu datang pula pengasuh pengganti yakni Mrs. Baylock (Billie Whitelaw).

Pastur Brennan (Patrick Troughton) memperingati Robert, bahwa Damien bukanlah seorang manusia biasa.

Sejak kematian tragis Brennan, seorang fotografer bernama Keith (David Warner) menemukan hal mengejutkan.

Meski awalnya skeptis, Robert pun akhirnya setuju dengan Keith. Mereka mulai menyelidiki latar belakang Damien.

The Omen merupakan salah satu horor supranatural terbaik, yang mengangkat tema Antikristus dalam ajaran Kristen.

sinopsis alur film the omen
20th Century Fox

Film ini menjadi salah satu ciri khas horor era 70'an dengan gaya serius dan dramatis.

Figur Damien dalam pandangan umum, lebih tepat disebut anak iblis yang tengah dipersiapkan dalam lingkaran kekuasaan dunia.

Maka tak heran, figur Robert Thorn adalah seorang duta besar negara adidaya, yakni Amerika Serikat.

Narasi The Omen dengan gamblang mengisahkan hal fiktif melalui interpretasi Alkitab secara sederhana.

Bangkitnya kembali Kekaisaran Romawi, sengaja mengambil setting awal cerita di Kota Roma.

Asal-usul Damien sendiri misterius dan nanti akan terungkap secara mengejutkan di babak ketiga.

Kota Meggido di Yerusalem juga menjadi kunci penting dalam cerita The Omen, saat Brennan meminta Robert pergi ke tempat tersebut.

Tiga lokasi itulah menjadi pandangan The Omen tentang dimulainya kedatangan Anti-Kristus hingga menuju fase akhir jaman.

Meski demikian, aspek drama di film ini sangat kuat, karena premisnya mengisahkan pasangan Robert dan Katherine.

ulasan horor antikristus the omen
20th Century Fox

Arahan apik Richard Donner, mampu memberikan nuansa supranatural dramatis sekaligus mencekam dalam waktu bersamaan.

Adegan paling favorit di film ini yakni saat Robert dan Ketih sedang berada dalam pemakaman kuno di Cerveteri.

Lalu ada dua adegan kematian yang menarik secara estetis, sekaligus mengerikan.

Tema musik "Ave Satani" yang diaransemen Jerry Goldsmith, adalah salah satu yang terbaik sepanjang masa hingga mendapatkan penghargaan Oscar.

The Omen adalah horor klasik orisinal terbaik yang mampu mengadaptasi Injil Wahyu dalam dunia modern.  

Score: 4 / 4 stars

review ulasan damien the omen II
20th Century Fox

Damien: Omen II (1978)

Damien Thorn (Jonathan Scott-Taylor) kini berusia 12 tahun dan tinggal bersama paman dan bibinya, Richard Torn (William Holden) dan Ann Thorn (Lee Grant).

Bersama dengan sepupunya, Mark Lucas Donat), Damien mengikuti pendiidkan militer.

Richard adalah seorang industrialis yang memiliki museum, menghadapi dua hal sekaligus.

Dalam lingkungan bisnisnya, orang kepercayaan Richard yakni Paul menentang agresivitas Bill yang dianggap tidak etis.

Bill mengajukan ekspansi yang akan mendominasi dunia.

Sedangkan Richard menantikan sejumlah barang dari arkeolog Bugenhagen di Yerusalem, yang dikoordinir kurator museum yakni Charles.

Sementara seorang jurnalis bernama Joan Hart bersikeras menemui Richard perihal Bugenhagen dengan Robert Thorne.

Kemudian apa yang terjadi selanjutnya di sekeliling Damien, merupakan musibah berupa kematian terhadap sejumlah orang.

sinopsis alur damien the omen II
20th Century Fox

Damien: Omen II sesungguhnya merupakan sekuel horor yang menarik melalui premisnya.

Sisi psikologis Damien Thorn dalam fase pra-remaja yang menjadi isu utama.

Meski narasinya seakan mengulang hal yang sama dengan film terdahulu, ditambah dengan kebebalan figur Ann Thorn.

Namun demikian, setting dan latar film ini disajikan dengan visual yang menimbulkan atmosfir kuat.

Tema musik "Ave Satani" versi ini tidak kalah menggelegarnya, begitu pula scoring mengejutkan bersamaan dengan munculnya burung gagak.

Nuansa dan penyajian horor Damien: Omen II tampak tidak mau kalah dengan film terdahulu.

Score: 3 / 4 stars

review ulasan omen III the final conflict
20th Century Fox

Omen III: The Final Conflict (1981)

Damien Thorn (Sam Neill) dewasa mengambil-alih kepemimpinan kerajaan bisnis keluarganya.

Ia telah mengetahui identitas dirinya sebagai Antikristus, berambisi merebut kekuasaan dunia.

Presiden Amerika Serikat pun menunjuknya sebagai Duta Besar di London, sekaligus mengabulkan permintaan akses khusus menuju kongres.

Sementara tujuh pastur di Biara Subiaco Italia, merencanakan pembunuhan terhadap Damien.

Mereka berhasil mendapatkan tujuh belati Meggido di reruntuhan museum di Chicago, berdasarkan akhir cerita di film sebelumnya.

sinopsis alur omen III the final conflict
20th Century Fox

Damien kemudian menyadari bahwa kedatangan Yesus kedua kalinya telah tiba.

Hal itu ditandai dengan penemuan astronomi terhadap Konstelasi Cassiopea atau Bintang Betlehem.

Maka Damien pun memerintahkan banyak pengikutnya untuk membunuhi semua bayi laki-laki yang lahir pada hari itu.

Narasi Damien III: The Final Conflict terkesan dipaksakan dan semakin fiktif, bahkan dari interpretasi Alkitab sendiri.

Film ini sepertinya hanya melengkapi sebuah trilogi yang sejatinya membutuhkan biaya teramat besar.

Tidak ada hal menarik selain daripada usaha tujuh pastur yang harus membunuh sang Antikristus.

Meski demikian, performa meyakinkan Sam Neill serta adegan penutupnya cukup menyentuh dan dramatis.

Score: 1.5 / 4 stars

review sinopsis omen IV the awakening
20th Century Fox

Omen IV: The Awakening (1991)

Anggota kongres Gene (Michael Woods) dan pengacara Karen (Faye Grant) mengadopsi seorang putri yang masih bayi dari panti asuhan.

Tujuh tahun berselang, putri mereka yakni Delia (Asia Vieira) mulai menunjukkan sejumlah hal ganjil.

Sejumlah kematian pun menghampiri orang di sekitarnya, mulai dari tetangga, hingga seorang pengasuh.

Sementara Gene sibuk dengan pekerjaannya, Karen mulai menyewa seorang detektif untuk mengetahui latar belakang Delia. 

Trilogi The Omen dilanjutkan, dan kali ini ceritanya menarik dengan premis menjanjikan.

Omen IV: The Awakening memberikan sebuah kejutan hingga akhir cerita, meski akhirnya dipaksakan.

Eksekusi film ini pun dilakukan seadanya dan mengurangi atmosfir horor dengan gaya yang lebih ringan. 

Score: 2 / 4 stars

review sinopsis the omen remake
20th Century Fox

The Omen (2006)

Kisah film versi remake ini sama persis dengan versi orisinalnya. 

Liev Schreiber berperan sebagai Robert Thorn, Julia Stiles sebagai Katherine, Mia Farrow sebagai Mrs. Baylock, serta Seamus Davey-Fitzpatrick sebagai Damien.

The Omen versi remake hanya melakukan copy dan paste, tanpa menawarkan sesuatu yang baru dan segar.

Tidak ada intepretasi lain yang seharusnya bisa dilakukan dalam premisnya.

Sungguh film yang membuang waktu dan energi bagi yang menonton nya. 

Score: 0 / 4 stars

Itulah sinema horor review lima film The Omen, saga sang Antikristus dalam horor fiktif. 

Comments