Death Wish (1974) : Kisah Vigilante dari Sebuah Tragedi

death wish kisah vigilante sebuah tragedi
Paramount Pictures, Columbia Pictures

Jika kalimat dalam judul film "Die Hard" artinya "Sulit Mati", mereferensikan karakter John McClaine sebagai seorang polisi yang sulit mati melawan penjahat, maka kebalikannya dengan judul film "Death Wish" yang malah menginginkan mati, entah terhadap karakter utamanya ataupun para penjahat.

Film Death Wish lebih mengisahkan transisi seorang warga biasa yang menjadi vigilante dengan melakukan dendam dan pelampiasan terhadap para kriminal jalanan, akibat rasa keputusasaan dan frustasi atas tragedi yang menimpa keluarganya.

Baca juga: Vigilante : Sosok 'The Real Superhero'

Film yang diadaptasi lepas dari novel karya Brian Garfield tersebut adalah salah satu film modern yang mempopulerkan sekaligus memprovokasi vigilantisme untuk melawan para kriminal yang semakin merejalela di era 70'an, ketika prosedur hukum dianggap cenderung lemah dan kurang adil.

Death Wish mendapat kesuksesan dalam perolehan box office, meski awalnya secara kritik kurang menadapat tempat, namun berimbas dan kerap menjadi referensi serta bagian dari budaya populer, terlebih dibuatkan hingga empat seri berikutnya dan satu film versi baru.
 
Film yang kontrversial di masanya mengisahkan seorang arsitek bernama Paul Kersey (Charles Bronson) yang tinggal di Manhattan, New York bersama istrinya, Joanna Kersey (Hope Lange). Mereka memiliki seorang putri bernama Carol yang telah menikah dengan Jack. Kehidupan mereka bahagia dan normal, layaknya kebanyakan orang.



review film death wish
Paramount Pictures, Columbia Pictures

Suatu hari, Joanna dan Carol dirampok dan diserang oleh tiga orang tak dikenal dengan beringas, hingga Joanna akhirnya tewas akibat dianiaya, sedangkan Carol diperkosa hingga mengalami trauma dan gangguan jiwa.

Dalam proses tersebut, Kersey mulai mencoba bangkit dari kedukaan dan keterpurukannya, hingga ia secara perlahan mengalami transisi sebagai vigilante atas dendam dan pelampiasannya terhadap para kriminal jalanan.

Sementara Letnan Polisi bernama Frank Ochoa (Vincent Gardenia), melacak serta menginvestigasi beberapa kasus pembunuhan secara acak terhadap tewasnya para kriminal tersebut, yang mengarahkannya kepada Kersey sebagai tersangka.

Adapun seorang Jaksa Wilayah dan Komisaris Polisi malah mempertimbangkan vigialntisme tersebut yang mengakibatkan turunnya tingkat kriminalistas di kota New York.
 
Film Death Wish menyajikan secara gamblang, bagaimana kerasnya kriminalitas di kota New York yang digambarkan sesuai fakta terhadap meningkatknya aksi kekerasan terhadap warga sipil.


Sedangkan melalui premis sederhana, film ini mengeksploitasi karakter Kersey yang frustasi atas tragedi keluarganya karena para pelakunya tidak berhasil ditemukan dan ditangkap oleh pihak kepolisian.

Maka atas motivasi tersebut, lambat laun mengubah dirinya menjadi seorang vigilante, yang secara acak membunuh para kriminal jalanan, terlebih setelah ia menerima hadiah dari seorang klien berupa sepucuk pistol revolver

Basis film ini memang berupa drama yang kemudian lambat laun berubah menjadi thriller dengan bumbu aksi laga. Merupakan ciri khas dari sineas Michael Winner yang piawai dalam memainkan serta memanipulasi audiens, berdasarkan image yang timbul.


Di film ini mulai dari kredit pembuka, diwarnai dengan adegan romantis antara Paul Kersey dan Joanna ketika sedang berbulan madu di sebuah pantai, diiringi scoring melankolis.

Jika anda tidak mengetahui film Death Wish tentang apa, pasti awalnya menebak seperti film drama. Lalu alur bergulir pada adegan Paul sedang beraktivitas di kantor, hingga akhirnya atmosfir thriller dalam adegan saat Joanna dan Carol diikuti oleh tiga orang tak dikenal di sebuah supermarket.


Dan puncaknya terjadilah adegan yang diperlihatkan secara eksplisit tersebut, dengan begitu brutal dan terlihat jelas!
kisah tragedi vigilante film death wish
Paramount Pictures, Columbia Pictures

Begitu juga dengan adegan Kersey yang beraktivitas di siang hari sebagai arsitek, dan di malam hari sebagai vigilante. Tensi dan ketegangan yang naik-turun tersebut, dimainkan secara apik dengan ritme yang saya rasa seimbang, juga perpaduan dengan latar scoring-nya yang pas. Kersey memiliki alter-ego layaknya Bruce Wayne sebagai Batman.

Adapun kekerasan grafis yang cukup mengganggu, sangat jelas terlihat dalam penyerangan terhadap Joanna dan Carol seperti halnya di film Straw Dogs (1971), serta berbagai adegan saat Kersey menghabisi para kriminal seperti aksi Harry Callahan dalam semua film Dirty Harry

Metamorfosa karakter Kersey, diperlihatkan secara eksploitatif dan cukup brutal, ketika pertama kalinya ia mencoba untuk melawan para
kriminal jalanan. Ia memasukkan dua rol koin logam ke dalam sebuah kaus kaki, dan langsung mempraktekannya kepada seorang penjahat yang hendak menodongnya.

Baca juga: Straw Dogs (1971) : Kontroversi Perkosaan dan Brutalisme

Setelahnya, ia langsung meneguk minuman keras untuk menenangkan dirinya. Juga setelah ia membunuh penjahat di sebuah taman, begitu ia pulang langsung muntah.

Namun anehnya, Kersey merasa seperti ketagihan untuk terus melakukannya, meski nalar berbicara bahwa ia adalah veteran Perang Korea sebagai petugas medis.


Jadi Kersey sebenarnya telah memiliki teknik khusus, dalam membela diri sekaligus menyerang musuh. Atas tragedi dan ketidakadilan itulah bagaikan membangkitkan sisi gelapnya untuk main hakim sendiri.

Pemilihan Charles Bronson sebagai Kersey, memang tepat sebagai sosok vigilante yang misterius, melalui karakter dengan gaya bicaranya yang tenang, tindakannya yang tanpa basa-basi namun tetap terkontrol, serta tatapan dingin disertai kumis panjangnya yang mematikan itu!

Tanpa kehadiran karakter Ochoa yang diperankan Vincent Gardenia, maka tidak ada selingan humor yang menghibur. Karakternya yang telah berumur dan bertindak sesuai prosedur, mungkin saja sebagai satir atas penggambaran penegak hukum yang dianggap kurang berhasil menekan tngkat kriminalitas.

ulasan film death wish orisinal
Paramount Pictures, Columbia Pictures

DID YOU KNOW : Ternyata, aktor Jeff Goldblum memulai debutnya di film ini, sebagai salah satu dari ketiga orang yang menyerang karakter Joanna dan Carol.

Death Wish memperlihatkan sisi kelam kota New York, dimulai dari gelapnya jalanan sepi, seramnya taman kota di malam hari, hingga rasa tidak aman ketika sedang sendirian di sebuah kereta subway.

Dalam sebuah adegan, tersirat sindiran terhadap kota tersebut ketika Kersey tiba di bandara kota New York dan akan bertemu dengan Jack dengan memperlihatkan neon box, flyer, dan postcard yang mempromosikan keindahan serta kemegahan kota New York.

Boleh dikatakan, film ini menjadi signature-nya Charles Bronson, yang sebelumnya populer di film western dan aksi laga. Death Wish semakin mempopulerkan namanya sebagai ikon vigilante, melalui berbagai dialog filosofis, dari sisi korban kebrutalan kriminal. 

Death Wish bukan sekadar film aksi balas dendam semata, namun mampu mengeksploitasi transisi karakter utamanya terhadap sisi gelap yang anti-hero, meski tidak sebaik film Taxi Driver (1976). Sedangkan di sisi negatifnya, film ini seakan menyudutkan dan melemahkan peran polisi dalam memberantas kriminal.

Waralaba film Death Wish dan Billy Jack boleh dikatakan sebagai pelopor film vigilante modern yang menginspirasikan tema serupa terhadap generasi berikutnya, berdasarkan fakta yang ada, bukan superhero imajinatif.

Score : 3.5 / 4 stars

Death Wish | 1974 | Aksi Laga, Thriller, Kriminal | Pemain: Charles Bronson, Hope Lange, Vincent Gardenia, William Redfield, Steven Keats | Sutradara: Michael Winner | Produser: Dino De Laurentis, Hal Landers, Bobby Roberts | Penulis: Berdasarkan novel Death Wish karya Brian Garfield. Skenario: Wendell Mayes | Musik: Herbie Hancock | Sinematografi: Arthur J. Ornitz | Distributor: Paramount Pictures (Amerika Serikat), Columbia Pictures (Internasiona) | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 94 Menit

Comments