Dirty Harry : Sudden Impact (1983)

review film sudden impact
Warner Bros Pictures


Penjahat : “Who is “We”, sucker?”
Harry Callahan : “Smith, Wesson … and Me
DOR!!!

…aksi saling tembak pun dimulai… 

Salah satu penjahat yang tersisa, membekap seorang wanita untuk dijadikan sandera, sementara mobil polisi berdatangan untuk mengepungnya. Callahan sambil menodongkan pistolnya kepada penjahat tersebut berkata : “GO AHEAD, MAKE MY DAY”

Tampaknya seri keempat Dirty Harry ini kembali menuju jalur semula, yakni action thriller dengan elemen suspens yang lebih dahsyat dan brutal, ditambah rasa ngilu bagi pria! 


Sudden Impact menandakan kembali kisah pembunuhan misterius tak terduga, masih dengan dialog dan humor segar, serta quote populer dalam pembuka artikel ini.

Sudden Impact memberikan tiga posisi kepada Eastwood yang kembali sebagai dalam peran utama, produser sekaligus sebagai sutradara. Ia sebelumnya berpengalaman menyutradarai film thriller serupa dalam Play Misty For Me (1971), western berjudul High Plains Drifter (1973) serta The Gauntlet (1977).

Film ini terbukti sebagai sekuel yang paling sukses secara komersial, meski secara kritik medioker, meski bagi saya Sudden Impact tetap lebih baik dibandingkan film sebelumnya yakni The Enforcer (1976).


Baca juga: Dirty Harry : The Enforcer (1976)

Kisah film ini diawali seorang wanita muda yang membunuh seorang pria dengan menembak tepat di kemaluan dan kepalanya. Callahan (Clint Eastwood) pun segera mendatangi lokasi kejadian.


Namun kemudian ia melakukan beberapa aksi kekerasan lainnya yang menyebabkan dirinya ditekan oleh Kapten Briggs (Bradford Dillman) di depan Kepala Polisi dan Letnan Donnely (Michael Currie), sehingga ia disarankan untuk cuti selama beberapa hari.

Callahan pun berangkat menuju kota San Paolo, terkait penyelidikan latar belakang pria yang terbunuh itu, namun terhadang oleh Kepala Polisi lokal bernama Lester Jannings (Pat Hingle).


Pada suatu kesempatan, Callahan bertemu dengan Jennifer Spencer (Sondra Locke), sementara korban dengan pembunuhan serupa, semakin bertambah.

review dirty harry sudden impact
Warner Bros Pictures

Film Sudden Impact menegaskan kembalinya esensi film Dirty Harry kembali pada jalur suspens yang mengangkat kasus pembunuhan misterius, dengan mengadopsi formula dari film Magnum Force (1973).

Disajikan melalui alur non-linear berupa kilas balik masa lalu karakternya baik yang protagonis maupun antagonis, satu-persatu kepingan puzzle dikumpulkan, kemudian audiens bisa mencocokkannya sendiri atau bisa menebak dan menduga, karena Callahan sendiri pun belum mengetahui siapa pelakunya.

Sekitar lima belas menit terakhir, barulah semuanya terungkap keseluruhan misteri melalui sentuhan pelintiran menarik.


Tampaknya Estwood dan para penulis dengan cerdik, menyusun adegan demi adegan, lalu mengkombinasikannya dengan sub-plot seperti di dua film terdahulu, yang sehingga mempertemukan kedua alur utama dan kilas baliknya menuju satu konklusi akhir.

Selain penyusunan naskah dan adegan handal yang dibangun dari awal cerita, saya ikut terbuai oleh berbagai aksi, dialog, serta nuansa dari gemerlap dan semaraknya kota besar San Fransisco, hingga pada kesuraman dan terpendamnya misteri dari sebuah tragedi di kota kecil San Paolo.

Untuk beberapa adegan aksi laga pun digarap cukup baik, standar film Dirty Harry. Kebrutalan adegan tembakan yang menuju alat vital korban, selalu membuat ngilu dan ngeri.


Di film ini juga tampaknya Callahan sedang mencoba ‘mainan’ barunya, berupa pistol kaliber .44 Automag yang digunakan dalam adegan akhir.

ulasan sinopsis sudden impact
Warner Bros Pictures

Setting dalam film Sudden Impact lebih banyak dihabiskan di kota San Paolo, namun sesungguhnya syuting dilakukan di Santa Cruz. Keindahan kotanya benar-benar membuat saya takjub akan sudut kota kecil tersebut, di sepanjang trotoar terdapat pepohonan dan tanaman berwarna-warni, lingkungannya asri, bersih serta sangat nyaman.

Bukan film Dirty Harry namanya jika tanpa dialog, quotes atau catchphrase yang terkenal dan cerdas. Kalimat “Go ahead, make my day” dua kali diucapkan oleh Callahan. Kata “swell” yang sering diucapkan Callahan juga menggantikan kata “marvelous” sebelumnya.

Kalimat yang dilontarkan kepada Callahan berupa : “You’re a class act, Callahan” diulang kembali, kali ini oleh Jaksa Penuntut, setelah sebelumnya dilontarkan oleh DiGiorgio di film The Enforcer.


Banyak dialog catchy yang membuat saya minimal tersenyum dan puas, apalagi diperkuat oleh gerak, gaya, mimik atau bahasa tubuh terutama dari Callahan.

Adegan konyol terjadi saat di awal cerita, Callahan melihat jasad pria yang tertembak di dalam mobil, sementara detektif di sebelahnya sambil memakan hotdog dengan memperlihatkan tonjolan sosis dan lumuran sausnya, berbicara kepada Callahan.


Dengan ekspresi sinis, tampak Callahan komplain kepada detektif tersebut dan sepertinya ia kehilangan selera makan.

Bradford Dillman kembali hadir, kali ini sebagai Kapten Briggs, sekaligus menjadi sasaran bully dari Callahan. Pertengkaran mereka terekam, ketika Briggs marah kepadanya dengan mengatakan :

Don’t you lecture me, you son of the b*tch! Do you know who I am?
Callahan : “Yeah … you are the legend in your own mind

Aktor Albert Popwell yang sebelumnya berperan menjadi Mustapha, kali ini menjadi detektif polisi bernama Horace King.


film dirty harry sudden impact
Warner Bros Pictures
 
Pada pertemuannya dengan Callahan ketika sedang latihan menembak, King selalu menyelipkan kata “JAMF” di akhir kalimat, artinya secara bercanda ditujukkan kepada Callahan. Lalu Callahan bertanya apa itu artinya, Horace lalu menjawab “Jive A** Mother…” tapi keburu dipotong oleh Callahan yang menimpali “Forget I asked”.

Kali ini yang menarik perhatian adalah kehadiran aktris Sondra Locke sebagai Jennifer Spencer. Mantan kekasih Eastwood itu bermain cukup baik, dengan karakternya yang dingin, terihat dari tatapan matanya yang elegan dan kaku, namun fisiknya memang menarik.


Baca juga: Dirty Harry : The Dead Pool (1988)

Namun justru performa terbaik ada pada aktris veteran dan eks-model, yakni Bette Ford sebagai Leah. Saya tidak menyangka, seorang mantan model di jamannya, bisa berperan sebagai wanita tomboy, dengan suara seperti Mak Lampir, terkesan ‘jorok’ dan kumal, layaknya seorang bajingan.

Callahan yang mulai tampak ‘berumur’ masih menunjukkan performa primanya, terutama kegesitannya dalam adegan saat ia jungkir-balik menghindar tembakan penjahat, sambil berlindung di sebuah mobil.


Eastwood mampu tetap menjaga level Dirty Harry sebagaimana mestinya.

Scoring yang kembali digarap oleh Lalo Schifrin masih berbasis jazz, namun dicampur dengan sentuhan modern ala 80’an, dengan adanya berbagai efek suara, meski saya lebih menyukai sentuhan aransemen jazz-nya di era 70’an.

Seiring dengan kredit penutup, lagu This Side of Forever yang dinyanyikan sangat melankoli oleh suara merdu-nya Roberta Flack, berhasil menyentuh emosi saya. Lagu tersebut semakin menguatkan rasa adanya tragedi, romansa dan kesuraman yang misterius dari keseluruhan cerita film.

Film Sudden Impact tampaknya menambahkan elemen noir terhadap suspense thriller, dengan mengurangi aksi laga dari film sebelumnya. Narasinya mampu mengembalikan esensi waralaba Dirty Harry melalui perkembangan cerita yang kompleks akan karakterisasinya itu.

Score : 4 / 4 stars

Sudden Impact | 1983 | Aksi Laga, Thriller, Misteri, Suspens | Pemain: Clint Eastwood, Sondra Locke, Pat Hingle, Bradford Dillman, Paul Drake, Bette Ford, Albert Popwell, Michael Currie | Sutradara: Clint Eastwood |  Produser: Clint Eastwood | Penulis: Berdasarkan karakter karya Harry Julian Fink dan R.M. Fink, Jo Heims. Naskah: Earl E. Smith, Charles B. Pierce | Musik: Lalo Schifrin | Sinematografi: Bruce Surtees | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 117 Menit

Comments