The Apartment (1960) : Nilai Sebuah Pertukaran
“Shut up and deal”
Maukah anda menukarkan sesuatu yang begitu krusial anda miliki, dengan sebuah kompensasi yang menurut anda sepadan? Tentu saja jawabannya bervarian dan tergantung akan objek apa yang ditukarkan tersebut.
Film The Apartment menekankan nilai sebuah pertukaran yang disajikan melalui komedi romantis yang masih pantas untuk dinikmati, meski berformat hitam-putih yang dirilis tahun 1960.
Jack Lemmon adalah salah satu aktor legendaris sejak era klasik Hollywood, meski sebelumnya saya tidak pernah menyaksikan beberapa filmnya. Selain itu, nama Sherly MacLaine yang merupakan kakak kandung aktor Warren Beatty yang saya kenal, dalam jajaran cast film ini.
The Apartment sukses secara komersial dan kritik, serta masuk dalam pelestarian dalam National Film Registry oleh United States Library of Congress dan juga pernah dinominasikan di ajang Oscar dan Golden Globe.
Film ini mengisahkan C.C. “Bud” Baxter (Jack Lemmon), seorang karyawan tinggal di sebuah unit apartemen, yang ternyata sering dimanfaatkan oleh para manajernya sebagai tempat kencan dengan masing-masing selingkuhannya.
Baxter bahkan sudah terbiasa kurang tidur dan harus menunggu di luar malam hari, demi kompensasi dari mereka yang menjanjikannya untuk naik jabatan. Suatu hari, ia dipanggil oleh kepala personalia, Sheldrake (Fred MacMurray) yang akhirnya mengetahui hal tersebut meski awalnya ia menyangkal.
Secara mengejutkan, malah Sheldrake sendiri melakukan hal yang sama terhadap Baxter, sehingga ia pun akhirnya bisa naik jabatan. Baxter tertarik kepada Fran (Sherly MacLaine), seorang operator lift gedung dan mengajaknya kencan.
Awalnya Fran enggan dan sudah ada jadwal kencan sebelumnya, namun akhirnya ia berjanji akan menemui Baxter setelahnya, namun Baxter tidak mengetahui ada kejutan besar menanti.
Film The Apartment mengangkat kompleksitas hubungan yang dialami oleh karakter utamanya yakni Baxter, serta dilema yang dialami oleh karakter Fran, yang akhirnya menemukan solusi serta menyelesaikannya melalui rangkaian adegan yang enak untuk diikuti.
Sejak di awal seperempat cerita pun, sebenarnya banyak terjadi berbagai kejutan yang tidak pernah terlintas di benak saya barang sedikitpun, mungkin karena larut untuk menikmati setiap dialog dan adegan yang ada.
Dalam pembuka cerita, kita disajikan oleh sebuah narasi yang disuarakan oleh Baxter sendiri, mengutarakan siapa dirinya serta pengalamannya sehari-harinya. Kemudian cerita bergulir secara menarik, dengan memperlihatkan detail setiap adegan dari aktivitas dan interaksi karakter dengan lingkungannya.
Hingga timbullah sebuah kejutan yang menuju kepada intrik antar karakter sehingga menghasilkan suatu titik penurunan di saat karakter utama merasa kecewa dan sakit hati.
Sejak itulah, beberapa karakter yang terlibat berusaha bangkit dan membangun kembali sebuah harapan dan perbaikan yang kebetulan terjadi atas momen pahit dalam masa Liburan Natal tersebut.
Baca juga: New Year's Eve (2011) : Kemeriahan Malam Tahun Baru
Dalam prosesnya, mereka berusaha menemukan kembali arti sebuah hubungan sejati sekaligus mempertanyakan diri sendiri akan sebuah nilai yang dimilikinya. Akhirnya, dalam momen menuju Tahun Baru itulah proses jati diri dan rekonsiliasi terjadi yang mereka harapkan akan terjadi.
Beberapa elemen komedi di film ini diperlihatkan dengan sangat menarik, tentunya diselingi berbagai humor ringan dalam aksi dan momen, maupun dialog yang dilontarkan, membuat saya tertawa renyah di beberapa adegan tertentu.
Seperti saat Baxter kewalahan mengatur jadwal penggunaan unit apartemennya terhadap keempat manajer atau dialog seorang manajer dengan seorang operator yang merupakan selingkuhannya.
Lalu saat Sheldrake yang tak disangka meminjam kunci apartemen milik Baxter, pemilik apartemen dan seorang dokter yang merupakan tetangga Baxter yang selalu komplain karena terganggu ketenganannya, serta masih banyak lagi adegan humor segar lainnya.
Adapun beberapa suasana meriah dan momen yang membuat saya larut dalam atmosfir cerita, yakni suasana sibuknya aktivitas di gedung perkantoran tempat Baxter bekerja, perayaan Natal di dalam kantor yang cukup ‘kacau’, atau suasana perayaan Malam Tahun Baru si sebuah bar.
Sedangkan berbagai momen yang cukup tragis yakni ketika Baxter dalam keadaan kecewa berada di sebuah bar atau Fran yang dalam kesendirian menelan obat tidur.
Yang tak kalah memorable-nya adalah penyampaian beberapa quotes yang cukup dalam dan tajam, dari berbagai dialog yang tersaji seperti :
“We never close at Buddy-boys”
“I just have this talent for falling in love with the wrong guy in wrong place at the wrong time”
“ … I’ve decided t become a “mensch”. You know what I means? A human being”
Karakter Baxter yang diperankan dengan sempurna oleh Lemmon, mengingatkan saya akan gaya akting Tom Hanks yang terkenal dalam beberapa film komedi romantis di era 90’an.
Baxter adalah seseorang yang sebenarnya tegar sekaligus santai, serta terus maju setelah melalui sebuah badai sakit hati yang menerpanya, mengakibatkan sebuah kekecewaan mendalam bagai gayung tak bersambut.
Baca juga: Love Actually (2003) : Cinta Ada Dimana-mana
Ia adalah seorang yang rela dan berbesar hati ketika hasratnya direnggut oleh pihak lain yang sebenarnya tidak pantas secara moral.
Performa MacLaine yang kala itu masih muda, cukup impresif dan menarik perhatian dengan akting prima yang mampu membawa pesona sebagai seorang wanita baik-baik, namun bimbang dan labil, sepertinya terlalu mudah untuk terbuai oleh janji manis yang belum tentu membawa kebahagiaan, serta mengalami ketidakpastian rasa.
Selain itu, performa Jack Kruschen sebagai Dr. Dreyfuss, tetangga Baxter juga memberikan humor terbaik yang mampu mencairkan suasana kritis maupun suram, serta tak lupa keempat karakter manajer (Joe, Al, Vanderhoff, Eichelberger) dengan berbagai kelakuan mereka yang selalu mengundang tawa.
Dan yang terakhir tak kalah penting adalah kehadiran Miss Olsen yang diperankan Edie Adams, merupakan tokoh kunci yang terkesan cenderung antagonis.
Sebuah pesan yang sangat berharga akan nilai sebuah pertukaran disampaikan dengan jelas dalam The Apartment, bahwa jabatan atau kekuasaan belum tentu membawa kebahagiaan dan ketenangan jiwa, melalui sebuah pengorbanan yang rasanya tidak pantas untuk merenggut kehidupan krusial, baik bagi diri sendiri serta bagi orang yang dicintai.
The Apartment adalah sebuah film drama komedi romantis yang memberikan narasi signifikan akan perjalanan lika-liku kisah para karakter utama dalam menemukan arti hubungan istimewa yang sejati. Meski sayangnya film ini menggunakan format hitam-putih yang terkesan kurang menarik bagi saya, namun tetaplah bisa dinikmati secara utuh.
Score : 3.5 / 4 stars
The Apartment | 1960 | Drama, Komedi Romantis | Pemain: Jack Lemmon, Sherly MacLaine, Fred MacMurray, Jack Kruschen | Sutradara: Billy WIlder | Produser: Billy WIlder.| Penulis: Billy Wilder, I.A.L. Diamond | Musik: Adolph Deutsch | Sinematografi: Joseph LaShelle | Distributor: United Artists | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 127 Menit
Comments
Post a Comment