After Hours (1985) : Petualangan Mengejutkan Semalam
Martin Scorsese yang kerap menggarap sejumlah film gangster dengan elemen thriller terkadang drama dan petualangan, memiliki sebuah pola yang pada dasarnya sama, yakni terdapat emosi dan sensasi audiens terhadap karakternya.
Kelihaiannya dalam mengarahkan jalan cerita dan karakterisasi dilakukan dengan cermat, sehingga membuat audiens selalu penasaran meski filmnya dirasa kurang menarik sekalipun.
Dalam film After Hours, anda akan digiring kepada sebuah petualangan mengejutkan semalam yang tidak akan pernah disangka pada akhir ceritanya. Bermula ketika seorang karyawan di sebuah perusahaan bernama Paul Hackett (Griffin Dunne) merasa jenuh dengan aktivitasnya, sepulang kerja ia membaca buku di sebuah kafe.
Lalu perbincangan tak sengaja membawanya berkenalan dengan Marcy (Rosanna Arquette) yang menginfokan bahwa dirinya tinggal dengan temannya, Kiki (Linda Fiorentino), seorang seniman.
Baca juga: Game Night (2018) : Permainan Malam yang Merubah Semuanya
Paul yang tertarik sekaligus penasaran dengan hal tersebut, menelepon Marcy dan disuruh untuk mengunjunginya. Namun ketika Paul menggunakan taksi menuju apartemen mereka, petualangan sesungguhnya baru dimulai.
Premis film ini mulanya terlihat sederhana, tentang petualangan Hackett yang terdampar dari satu peristiwa menuju peristiwa lainnya yang berlangsung semalaman, padahal ia hanya ingin kembali pulang ke apartemennya.
Namun menariknya, interaksi dari berbagai karakter yang ia temui selalu berkesinambungan dan hampir saling berkaitan satu sama lain, melalui adegan serta dialog, sehingga membuat cerita semakin kompleks dengan sendirinya.
Banyak kejutan yang datang, baik dalam dialog, adegan maupun visualisasi, sehingga kita tidak pernah tahu, kejutan apa selanjutnya melalui tingkah laku antar karakter yang diperlihatkan cukup detail, terkesan agak spontan serta terlihat lebih realistis.
Gaya penceritaan Scorsese sepertinya cenderung pada neo-noir, misalnya saat hujan deras malam hari yang sepi atau sudut jalanan yang dikelilingi bangunan tua di kota New York yang identik dengan beberapa kilauan lampu neon dari kafe 24 jam.
Diantara sejumlah film black comedy, sejauh ini After Hours-lah yang berhasil membuat saya tersenyum lebar terkadang tertawa cukup keras, mengingat genre tersebut bukanlah komedi slapstick.
Kita bisa melihat bagaimana frustasinya Hackett yang ingin sekali pulang, hanya berawal dari hal-hal kecil dan sederhana, hingga berakibat fatal yang nyaris membahayakan nyawanya sendiri hingga lemas tak karuan, sembari kesal ia menangis sekaligus tertawa.
Selain itu pula terdapat beberapa adegan yang cukup menegangkan, berkat dramatisasi sorotan kamera yang fokus terhadap karakter Hackett, sehingga ketika ia bergerak menuju atau menoleh kepada arah tertentu, maka hadirlah berbagai momen yang membuat saya syok dan tertawa.
Baca juga: The Game (1997) : Permainan yang Tidak Main-Main
Misalnya saat Hackett membuka sebuah buku milik Marcy atau ketika ia berbicara dengan Marcy yang sedang tiduran, juga saat ia sedang buang air kecil dan menoleh ke arah kiri dinding toilet di depannya tampak sebuah gambar coretan berupa kartun yang membuat rasa ngilu.
Juga ketika Hackett dikerjai oleh seorang penjaga klub malam, serta saat ia sedang berbincang dengan seorang bartender tampak di sebelahnya ada sepasang gay yang sedang bercumbu dengan mesra.
Performa impresif Griffin Dunne sebagai Hackett, seorang pria biasa yang ingin bertualang dalam hidupnya, dalam hal ini menjalin hubungan dengan seorang wanita, akhirnya berujung kepada pengalaman tergila di sepanjang hidupnya.
Selain itu, kehebatan para aktor/aktris pendukung yang bermain brilian di film ini, sebagai karakter ambigu yang terkesan misterius, mampu memberikan sensasi sekaligus keanehan hakiki yang dulit diterka oleh siapapun juga.
Akting dan pesona Rosanna Arquette sebagai Marcy adalah salah satu yang terbaik. Awalnya Marcy adalah seorang wanita biasa dengan karakterisasi normalnya, namun ia memiliki perubahan radikal dalam dirinya seketika, saat sedang gembira, maupun sedih atau marah.
Karakter Kiki yang diperankan Linda Fiorentino, digambarkan sebagai wanita tomboy dan seorang artis, juga memiliki tingkah, perilaku dan gaya bicaranya yang tidak biasa. Ia kerap akrab dengan seroang pria tipikal gay dengan penampilan sadomasokis.
Sementara karakter Julie yang diperankan Teri Garr sebagai seorang pelayan kafe, adalah seorang wanita sensitif dan selalu negatif terhadap lawan bicara yang dianggapnya mengeluarkan kalimat ofensif.
Adapun karakter Gail yang diperankan Catherine O’ Hara dan June yang diperankan oleh Verna Bloom adalah seseorang yang awalnya kita sangka seperti yang diharapkan, nyatanya tetap saja memberi kejutan yang tak terpikirkan sebelumnya.
Dan yang terakhir, yakni karakter Neil dan Pepe (Tommy Chong dan Cheech Marin) sebagai sepasang pencuri yang tak kalah meriahnya.
Film After Midnight berhasil membuat kegemasan dan kecemasan audiens, dengan tidak mengijinkan karakter Hackett bisa pulang dengan tenang, melalui petualangan mengejutkan yang berlangsung hanya semalam.
Score : 4 / 4 stars
After Hours | 1985 | Drama, Petualangan, Komedi | Pemain: Griffin Dunne, Rosanna Arquette, Verna Bloom, Tommy Chong, Linda Fiorentino, Teri Garr, John Heard, Cheech Marin, Catherine O’ Hara | Sutradara: Martin Scrosese | Produser: Amy Robinson, Griffin Dunne, Robert F. Colesberry | Penulis: Joseph Minion | Musik: Howard Shore | Sinematografi: Michael Ballhaus | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 97 Menit
Comments
Post a Comment