Head to Head : My Bloody Valentine 1981 vs 2009

review film my bloody valentine orisinal vs remake
Paramount Pictures, Lionsgate

Pelintiran horor terhadap hari raya tematik memang menarik, salah satunya yakni film slasher yang berjudul My Bloody Valentine, berdasarkan Hari Valentine setiap tanggal 14 Februari.

Dirilis tahun 1981, film My Bloody Valentine menciptakan karakter pembunuh ikonik dengan mengenakan pelindung kepala berupa masker dan pakaian sebagai pekerja tambang, serta tak lupa sambil memegang palu besar nan tajam untuk mengeluarkan jantung korban.

Karena film ini berstatus cult, maka di tahun 2009 dibuat ulang dengan judul yang sama, melalui pemanfaatan teknologi 3D oleh Amerika, mengingat versi 1981 adalah buatan Kanada.

Menggunakan narasi yang sama, kedua versi My Bloody Valentine tersebut memiliki beberapa perbedaan, dengan merubah posisi karakter dan situasinya, serta terhadap elemen pelintiran ceritanya itu sendiri.

Dalam versi 1981 diceritakan bahwa 20 tahun lalu di hari Valentine, semua penduduk mengadakan pesta dansa di Balai Kota, sementara beberapa pekerja terperangkap akibat ledakan di sebuah tambang.

Adalah Harry Warden satu-satunya yang bertahan hidup dalam reruntuhan itu. Sejak saat itu, Warden akan terus membunuh orang hingga pesta dansa hari Valentine dihentikan, lalu ia dilarikan ke rumah sakit jiwa.

Melompat ke masa kini, sejumlah anak muda seperti Tom “T.J” Hanniger. (Paul Kelman), Axel (Neil Afflek), Sarah (Lori Hallier) serta yang lainnya nekat melakukan pesta malam Valentine di sebuah tambang, karena beberapa diantara mereka juga bekerja di tempat itu. Maka Warden pun mulai membantai mereka.

Sedangkan versi 2009, dikisahkan pada tahun 1997 sekelompok orang terperangkap akibat sebuah ledakan di dalam tambang, akibat kelalaian seorang remaja bernama Tom Hanniger (Jensen Ackles), anak pemilik tambang.

review film my bloody valentine orisinal
Paramount Pictures

Setahun kemudian Warden kabur dari rumah sakit jiwa, serta membantai sekelompok anak muda yang sedang berpesta di sebuah tambang, namun hanya Axel (Kerr Smith), Sarah (Jaime King) dan Irene (Betsy Rue) yang selamat. Sedangkan Hanniger nyaris dibunuh oleh Warden, namun diselamatkan oleh kedua orang polisi.

10 tahun kemudian, Hanniger kembali ke kota tersebut setelah diwariskan sebuah tambang karena kematian ayahnya. Namun penduduk kota tersebut kembali lagi berhadapan dengan Warden yang mulai membunuh orang-orang di sekitarnya.

Kedua versi tersebut sama-sama mengisahkan tentang sosok antagonis Harry Warden yang kembali meneror penduduk kota di sekitar tambang menjelang hari Valentine. Demikian pula dengan karakter protagonis Hanniger, Axel dan Sarah yang terlibat cinta segitiga, sehingga tak jarang Hanniger dan Axel selalu berseteru.

Perbedaannya yakni di versi 1981 Hanniger adalah anak dari seorang Walikota, sedangkan versi 2009 ia anak pemilik tambang.

Ketiga karakter protagonis tersebut juga menjadi kunci akan konklusi pada akhir cerita film.
 

Baca juga: Black Christmas (1974) : Perintis Horor Slasher Tematik dan Berpengaruh 

Alur cerita yang diuraikan dalam versi 1981 sangat terasa rapih dan mengandung pelintiran menarik yang sulit diterka, namun kelihaian sang sutradara dalam mengarahkan semua adegan, mampu memanipulasi pikiran saya sehingga cukup larut dalam kengerian yang begitu mencekam.

Pada akhirnya konklusi dari cerita itu sendiri agak sedikit janggal dan mengganggu sejumlah lubang alur yang ada, walaupun demikian secara keseluruhan masih tetap dapat dinikmati.

Versi 1981 adalah tipikal horor Kanada yang memang berbeda dari Amerika, seperti suasana kota kecil yang sepertinya terisolir, iklim yang cenderung dingin menggigil, adegan yang dominan dengan pencahayaan dan scoring yang minim, serta sulit menebak karakter mana yang menjadi korban pertama atau yang terakhir bertahan.

Sedangkan versi 2009 berusaha keras dalam merubah posisi twist yang diimplementasikan dengan baik, terutama menjelang akhir cerita melalui konflik yang sempat mengacaukan pikiran dengan adanya “red herring” terhadap asumsi yang mengarah pada konklusi akhir, termasuk dialog serta pengalihan adegan diantara beberapa karakter.

review film my bloody valentine remake
Lionsgate
 
Namun konsep penyajian 3D-nya mengganggu saya, sehingga berkesan seperti menyaksikan Friday the 13th Part III (1982) atau Halloween : Resurrection (2002), terhadap aksi pembantaian meriah layaknya permainan konsol.

Aksi terlalu sadis melalui efek CGI seperti pemotongan anggota tubuh dan kepala yang sebagian terlempar mengenai kamera, muncratan darah, mencabut jantung, serta misalnya hantaman senjata yang digunakan Warden terhadap korbannya, tak lupa pula ledakan dahsyat, sungguh konyol.

Namun demikian, versi 1981 juga sama sadisnya seperti di beberapa sekuel Friday the 13th yang mengekspos adegan kematian korban dengan cukup mengejutkan sekaligus agak absurd.

Versi 2009 awalnya memang sangat mengejutkan di awal cerita dalam adegan pembantaian brutal, namun kejenuhan kian terasa di sepanjang cerita, yang kurang memberikan aura suspens serta kengerian yang mencekam layaknya versi 1981, hingga tensi kembali naik di bagian akhir. 


Baca juga: Halloween (1978) : Format Awal Trendsetter Horor Slasher  

Sepertinya versi tersebut kurang cermat dalam pengambilan dari satu sekuen menuju sekuen lain, terlebih teknik sorotan kamera yang dinamis dari posisi atas terhadap panorama dan landskap di kota kecil tersebut saya anggap sebagai bagian dari pertunjukan 3D semata.

Yang menarik yaitu persamaan adegan horor ikonik dan memorable di kedua versi ini, saat seseorang membuka pintu mesin cuci dan tiba-tiba muncul sesosok jenazah dalam keadaan mengerikan dengan posisi terlentang! 

Film My Bloody Valentine dalam kedua versi tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya, meski versi 1981 adalah yang orisinal dengan melahirkan sebuah karakter ikon berupa pembunuh dengan atribut pekerja tambang.

Kesederhanaan dan efektivitas narasi yang dibangun cukup kuat, serta aura suspens horor di versi 1981 terlihat lebih unggul sebagai slasher yang mengerikan, dibandingkan versi 2009 yang cenderung kepada tipikal slasher modern.

My Bloody Valentine | 1981 | Score: 3 / 4 stars | Pemain: Paul Kelman, Lori Hallier, Neil Afflek, Don Francks, Cynthia Dale, Alf Humphreys, Keith Knight, Patricia Hamilton | Sutradara: George Mihalka | Produser: John Dunning, André Link, Stephen Miller | Penulis: Stephen Miller. Naskah: John Beaird | Musik: Paul Zaza | Sinematografi: Rodney Gibbons | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Kanada | Durasi: 90 Menit

My Bloody Valentine | 2009 | Score: 2 / 4 stars | Pemain: Jensen Ackles, Jaime King, Kerr Smith, Betsy Rue, Kevin Tighe | Sutradara: Patrick Lussier | Produser: Jack L. Murray | Penulis: Berdasarkan karya Stephen Miller. Skenario: Zane Smith, Todd Farmer, John Beaird | Musik: Michael Wandmacher | Sinematografi: Brian Pearson | Distributor: Lionsgate | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 101 Menit

Comments