Black Christmas (1974) : Perintis Horor Slasher Tematik dan Berpengaruh

black christmas perintis horor slasher berpengaruh
Ambassador Film Distributors

Sinema seram review Black Christmas, perintis film horor slasher tematik dan berpengaruh terhadap generasi selanjutnya.

Film Black Christmas merupakan salah satu perintis sub genre horor tersebut dalam momen Natal.

Lain halnya dengan Halloween (1978) yang mempopulerkan sub genre horor slasher tematik berkenaan dengan perayaan Halloween.

Sebagai contoh paling awal di jaman nya, Black Christmas menyajikan sosok antagonis atau pembunuh misterius yang tidak pernah terungkap identitas nya. 

Melalui film inilah, tercipta sebuah basis untuk template film Halloween bagaimana membuat film slasher sesungguhnya.

Baca juga: Halloween (1978): Format Awal Trendsetter Horor Slasher
 

Black Christmas terinspirasi dari dari urban legend yang populer di era 60’an yakni “the babysitter and the man upstairs” di Quebec, Kanada. 

Meski awalnya sempat diragukan kritik, namun Black Christmas menjadi signifikan terhadap sebuah tren tentang narasi pembunuhan berantai secara acak.

Kepopuleran film ini kian meningkat, sejak dibuat ulang pertama kali pada 2006 dan untuk kedua kalinya di tahun ini.

Black Christmas  melejitkan nama Bob Clark pada awal karir, selain menggarap horor cult semacam Children Shouldn’t Play with Dead Things (1972) dan Deathdream (1974).

Clark kemudian beralih menggarap sejumlah film komedi, seperti Porky’s (1981) dan A Christmas Story (1983).

Aktris yang populer setelah film Romeo and Juliet (1968), Olivia Hussey kebagian peran sebagai figur protagonis utama.

Juga ada sang “Lois Lane” Margot Kidder yang kemudian popouler melalui Superman: The Movie (1978).

Aktor veteran John Saxon yang  sebelumnya berduet dengan Bruce Lee dalam Enter the Dragon (1973), juga turut mendukung film ini.

Baca juga: Double Review : Romeo and Juliet (1968 dan 1996) 

Black Christmas merupakan horor produksi Kanada, mengisahkan tentang beberapa pembunuhan misterius yang terjadi di seputar asrama putri menjelang Hari Natal. 

Sementara salah seorang penghuni, Jess (Olivia Hussey) diteror penelepon asing yang sulit dibedakan, apakah sebuah prank atau sungguhan.

Cerita lalu bergulir saat salah satu ayah dari penghuni asrama, Mr. Harrison (James Edmond) mendatangi tempat tersebut hendak menjemput putrinya itu.

Suasana pun mencemaskan, sehingga melibatkan polisi setempat yakni detektif Kenneth Fuller (John Saxon), setelah Mr. Harrison melaporkan kehilangan putrinya.

perintis horor tematik black christmas
Ambassador Film Distributors

Adapun beberapa penghuni dalam kisah ini yakni Barbara (Margot Kidder) dan Phyllis (Andrea Martin), serta pengurus asrama yakni Mrs. MacHenry (Marian Waldman).

Alur tersendiri dalam Black Christmas juga mengisahkan kekasih Jess yakni Peter (Keir Dullea) yang menolak, saat Jess hendak melakukan aborsi.

Adapun kekasih dari gadis yang hilang bernama Chris (Arthur “Art” Hindle), juga hadir di setengah awal cerita.

Perfilman horor Kanada menjadi pembeda dibandingkan Amerika, terlebih dua sineas legendaris, yakni Bob Clark dan David Cronenberg.

Mereka sebagai pembuka jalan bagi sineas lainnya, dalam perkembangan industri horor secara signifikan.

Meski bersebelahan dengan Amerika, negeri tersebut cenderung memiliki iklim lebih dingin dan juga kultur dan kehidupan yang cenderung lebih tenang, sekaligus terisolasi.

Hal tersebut terwakilkan melalui Black Christmas, sebuah narasi sekaligus arahan dari Bob Clark terhadap kisah melalui pembunuhan secara acak.

Film ini menghadirkan atmosfir yang begitu chilling sekaligus senyap di Malam Natal.

Adegan pembuka seiring dengan opening credits, menyorot sebuah halaman depan dari rumah besar sebagai asrama putri di area kampus.

Suasana malam saat itu dingin, dengan pencahayaan minim.

Lalu kamera beralih kepada perspektif atau sudut pandang mata seorang pembunuh misterius, yang berjalan menyelinap diam-diam.

Ia memanjat menuju sebuah jendela yang terbuka, melalui shaky camera dan efek suara berupa nafas sang pembunuh.

Hingga ia berada di dalam, memperhatikan keadaan sekitar, sementara di lantai dasar berupa ruang tamu, tampak para penghuni sedang merayakan Pesta Natal.

Pada dasarnya, sang pembunuh bersembunyi di sebuah loteng asrama yang dijadikan gudang. 

Kejelian sorotan kamera dari arahan Clark, selalu memperlihatkan tiga perspektif berbeda: sang pembunuh, para figur protagonis, serta sudut pandang netral.

Sosok pembunuh hanya sekilas diperlihatkan dalam kegelapan dan samar-samar, kebanyakan dari sudut pandang dirinya sendiri.

Itupun hanya dua kali menampilkan mata kanan sang pembunuh dengan jelas yang disinari cahaya terang.

Permainan teror melalui komunikasi telepon oleh pembunuh terhadap para gadis penghuni asrama tersebut, dilakukan terhadap figur Jess.

Narasi film ini menginspirasikan When A Stranger Calls (1979) dan Scream (1996).

Sementara sang pembunuh memainkan peran ganda melalui percakapan telepon.

Maka timbullah dugaan audiens bahwa ia tampak mengidap kepribadian ganda atau seorang psikopat.

review film black christmas
Ambassador Film Distributors
 
Ada korelasi seorang psikopat berbahaya yang mungkin kabur dari rumah sakit jiwa dengan figur Michael Myers dalam film Halloween.

Narasinya terungkap ketika Carpenter bertanya kepada Clark tentang kemungkinan sekuel Black Christmas.

Namun Clark saat itu menganggap bahwa ide film Halloween bukan hasil jiplakan filmnya, karena berada dalam semesta dan entitas berbeda. 

Figur pembunuh misterius dalam Black Christmas boleh dibilang bernama Billy yang mungkin memiliki masa lalu kelam terkait dengan asrama tersebut.

Clark ingin agar semua aspek dalam film ini tetap misterius, itulah salah satu kehebatan Black Christmas.

Audiens selalu dibuat penasaran hingga akhir, sekaligus membuat saya tidak pernah bosan menonton film ini berulang kali.

Alur ceritanya ternyata tidak semudah yang dibayangkan, berkenaan dengan sub plot para figur protagonis dengan masing-masing karakter yang unik.

Audiens tidak pernah tahu siapa pembunuh sebenarnya, apakah memang ada diantara para figur protagonis?


Hal mengejutkan sekaligus kontradiktif dibandingkan film slasher Amerika, bahwa di film ini kita tidak pernah menyangka siapa korban nya.

Black Christmas bukan tipikal slasher yang menyajikan siapa bakal jadi korban pembunuhan pertama atau yang terakhir, atau siapa yang sanggup bertahan.

Baca juga: 10 Film Seram Bertemakan Natal

Tanpa ada elemen seks vulgar atau nudity ala Amerika, film ini tetap menarik untuk disimak di setiap adegannya. 

Hal mengejutkan terhadap pada masing-masing figurnya, terlihat seperti Jess yang sedang bertengkar dengan Peter tentang pernikahan dan aborsi.

Barbara adalah seorang berjiwa bebas yang liar dan gemar mabuk, sementara Phyllis adalah seorang nerd alias kutu buku. 

Ms. MacHenry tenyata gemar minum alkohol dan mudah stres, karena mengurusi para gadis asrama. 

Sedangkan dari pihak kepolisian, Sersan Nash terlihat konyol, karena sedikit dungu.

Elemen humor segar ini yang membuat Black Christmas semakin menarik, bukan hanya horor garis lurus semata.


Penyajian sejumlah dialog dan adegan film ini begitu mengundang tawa lebar, seperti saat sorotan kamera terhadap dua poster.

Hal itu berlangsung di tengah dialog Mr. Harrison dengan Ms. MacHenry.

Lalu ada Barbara yang mengerjai Sersan Nash di kantor polisi, menggunakan istilah vulgar berkenaan dengan alamat.

ulasan sinopsis film black christmas
Ambassador Film Distributors
 
Akibatnya Nash diomeli oleh Letnan Fuller, serta satu kejadian di kantor polisi yang cukup meriah.

Beberapa momen menegangkan pun hadir dengan terampil, seperti satu adegan jump scare yang dieksekusi begitu baik dari sisi gerak visual tanpa sound lebay.

Pergerakan akan sorotan kamera dengan tempo lambat, membuat suasana begitu senyap tanpa perlu dramatisasi.

Pergerakan tersebut berada dalam akhir adegan yang begitu mengejutkan hasil akhirnya.

Meski terkadang terasa absurd mengingat tak seorang pun memperhatikan sesuatu dekat jendela.

Maka tak heran, jika Clark dalam karir berikutnya lebih fokus menggarap berbagai film komedi. 

Performa Olivia Hussey memang mempesona dengan aksen British-nya yang masih kental, sedangkan performa impresif lainnya datang dari Margot Kidder.

Salah satu adegan memorable-nya yakni dialog humornya saat ia mabuk di depan Mr. Harrison, Phyllis, serta Ms. MacHenry.

Baca juga: A Christmas Story (1983): Keinginan Besar Seorang Bocah di Hari Natal

Selain itu, performa Keir Dullea sang astronot di film 2001: A Space Odyssey (1968), sebagai figur Peter cukup menarik perhatian, mengingat gerak-gerik yang misterius.

Ada sebuah eksploitasi psikologis yang sedang turun akibat frustasi terhadap studi musik dan hubungan buruknya dengan Jess.

Black Christmas versi orisinal ini merupakan salah satu horor slasher terbaik yang pernah ada.

Sebuah narasi dengan atmosfir misterius namun elegan, tanpa perlu efek spesial berlebihan terhadap adegan kematian korban.

Film ini pula merupakan salah satu horor tematik modern
sebagai perintis, melalui formula slasher, sehingga sangat berpengaruh bagi generasi berikutnya. 

Bahkan horor modern tematik merambah kepada film Halloween (1978), New Year’s Evil (1981), My Bloody Valentine (1981), hingga April Fool’s Day (1986).

Sinema seram review Black Christmas, perintis film horor slasher tematik dan berpengaruh terhadap generasi selanjutnya.

Score : 4 / 4 stars

Black Christmas | 1974 | Pemain: Olivia Hussey, Keir Dullea, Margot Kidder, John Saxon, Marian Waldman, Andrea Martin, James Edmond, Arthur “Art” Hindle | Sutradara: Bob Clark | Produser: Bob Clark | Penulis: A. Roy Moore | Musik: Carl Zittrer | Sinematografi: Reginald H. Morris | Distributor: Ambassador Film Distributors | Negara: Kanada | Durasi: 98 Menit

Comments