Paranoia Trilogy : All The President’s Men (1976)

paranoia trilogy film all the presidents men
Warner Bros Pictures

“Follow the money”

Begitulah kalimat yang diucapkan oleh “Deep Throat” kepada Bob Woodward yang sedang menginvestigasi sebuah kasus terbsesar di abad ke-20.

Skandal Watergate adalah salah satu peristiwa sejarah terkelam Amerika Serikat di abad 20, bagaimana kecurangan Presiden Nixon dalam mengupayakan dirinya terpilih kembali sebagai Presiden untuk kedua kalinya, sekaligus berambisi melanggengkan kekuasannya selama mungkin.

Peristiwa yang bermula di tahun 1972 itu, meneruskan tradisi keburukan yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat terhadap rakyatnya sendiri, terjadi tak lama setelah peristiwa memalukan lainnya, yakni The Pentagon Papers yang sempat difilmkan oleh Steven Spielberg, yakni The Post (2017).


Baca juga: The Washington Post vs Nixon dalam Empat Film

Nama The Washington Post sebagai media ternama, mengalami puncak kejayaannya dalam dua peristiwa tersebut, berkat keberanian dan kegigihan dua orang figur yang menentukan, yakni Katherine Graham dan Ben Bradlee.

Skandal Watergate berhasil diekspos kepada publik, berkat duo jurnalis The Washington Post, yakni Bob Woodward dan Carl Bernstein, sehingga ada yang menobatkannya sebagai detektif abad 20, karena telah berhasil mengungkap kasus negara.

Film All The President’s Men yang diadaptasi dari buku yang berjudul sama, juga ditulis oleh duo jurnalis tersebut, tak pelak adalah karya terbesarnya Alan J. Pakula, yang menutup rangkaian Paranoia Trilogy, bersama dengan Klute (1971) dan The Parallax View (1974).

Namun yang perlu ditekankan adalah, film ini adalah yang terberat dan terkompleks dari dua film sebelumnya, sehingga disarankan untuk 100% fokus pada dialognya, terkait energi dan suasana hati pada saat akan menontonnya.

Mungkin film ini adalah yang terberat sepanjang masa, saya pun sampai harus menonton lebih dari dua kali, untuk bisa memahami isi dan jalan ceritanya. Namun anehnya, film ini sekaligus merupakan yang terfavorit sepanjang masa.

Dengan gaya penuturan seperi film dokumenter dengan drama asli yang begitu natural, adegan pertama dibuka dengan terciduknya lima orang penyusup di kantor Komite Nasional Demokratik, dalam sebuah kompleks gedung perkantoran yang dinamakan Watergate.

 
review film paranoia trilogy all the presidents men
Warner Bros Pictures

Jurnalis The Washington Post, Bob Woodward (Robert Redford) ikut hadir menyaksikan persidangan kelima orang tersebut. Ia mengetahui serta mencatat, bahwa mereka terdiri dari empat orang turunan Kuba dan satu orang mantan CIA yang memiliki alat penyadap elektronik.

Di saat yang sama, kolega Woodward bernama Carl Bernstein (Dustin Hoffman) menyelidiki hal yang sama. Oleh pemimpin editor mereka, Ben Bradlee (Jason Robards), Woodward dan Bernstein akhirnya bekerjasama dalam menyelidiki kasus tersebut.

Setelah mendapat petunjuk dari seorang agen rahasia yang dijuluki “Deep Throat” (Hal Holbrook), Woodward disarankan untuk fokus pada aliran dana.

Setelah mereka mendapatkan sejumlah nama penting, maka fokus mereka beralih terhadap Komite Pemilihan Ulang Presiden (CREEP) untuk Presiden Nixon, terkait aktivitas ilegal seputar dana kampanye. Tentu saja, pihak Gedung Putih menyangkal semua ‘tuduhan’ yang dilontarkan oleh The Washington Post.

Ben bersikeras mendukung duo jurnalis tersebut untuk terus menuntaskan penyelidikannya, hingga absah. Woodward sekali lagi minta konfirmasi dari “Deep Throat” yang juga mengatakan bahwa nyawa mereka semua, termasuk seluruh staf The Washington Post terkait  mungkin dalam bahaya.

Diantara semua film yang diadaptasi dari peristiwa nyata tentang skandal pemerintahan di suatu negara, hanya All The President’s Men yang dieksekusi dengan sangat rapih, solid dan realistis.


Berbagai penuturan alurnya disusun sedemikian rupa dan begitu sistematis, sehingga sebenarnya cukup mudah diikuti meski disarankan untuk cermat mengikuti setiap dialognya.

Film sendiri hanya fokus dalam tujuh bulan pertama penyelidikan, jadi tidak sepenuhnya diaptasi dari buku yang terbit di tahun 1974 itu. Film All the President’s Men didominasi oleh dialog tentang proses penyelidikan yang hinggap dari satu nama kepada nama lainnya, terkoneksi satu sama lain. Mirip dengan kasus KPK.

Berbagai adegannya, lebih banyak dihabiskan dengan percakapan telepon, pertemuan atau wawancara dengan pihak terkait, serta suasana di kantor The Washington Post.

 
ulasan film paranoia trilogy all the presidents men
Warner Bros Pictures

Namun hal tersebut bukan berarti membosankan, malah atmosfir serta suasana yang ada sangat mendukung alur cerita di setiap adegannya.

Dimulai saat mendebarkan di awal cerita dalam penyusupan di kantor Partai Demokrat Nasional, detail suasana aktivitas kantor The Washington Post, hingga berbagai catatan yang penuh coretan dari Woodward saat ia sibuk menelepon terhadap sejumlah pihak terkait.

Lalu diperlihatkan pula Bradlee dan beberapa staff seniornya dalam mendiskusikan berita yang akan dicetak di surat kabar, atau bagaimana interaksinya bersama dengan duo jurnalis tersebut, tentang dalam keptusannya menerbitkan berita terkait insiden Watergate, serta progres penyelidikan yang mengarah kepada Nixon.

Ada pula beberapa wawancara Woodward dan Bernstein terhadap beberapa orang yang paranoid dan tampak mereka menutupi sesuatu, karena begitu ketakutan untuk berterus terang kepada media, melalui raut muka dan sikap tertentu.

Adegan yang paling dikenang sekaligus ikonik bagi saya yakni, beberapa kali pertemuan Woodward dengan seseorang misterius yang kerap ia sebut sebagai “Deep Throat” di sebuah pelataran parkir gedung yang gelap. Dalam momen itulah Woodward mulai paranoid, karena takut ada yang mengintai pertemuan mereka.


Baca juga: Paranoia Trilogy : The Parallax View (1974)

Puncaknya terjadi saat ia meninggalkan gedung parkir, berjalan di kegelapan malam, dengan firasat yang tidak enak, ia berjalan tergesa-gesa seperti ada seseorang yang mengikutinya, sementara kamera menyorotinya dari arah belakang.

Hingga ia tiba-tiba membalikkan tubuhnya ke belakang, menghadap kamera dengan cepat, dengan raut mukanya yang panik serta ketakutan. “Deep Throat” sendiri diklaim sebagai seroang agen FBI secara perlahan memberikan sejumlah petunjuk dan konfirmasi kepada Woodward.

Adegan ikonik lainnya di film ini yakni, saat Woodward tiba di apartemennya lalu menyalakan musik klasik dengan volume keras, sementara Bernstein hendak menyampaikan informasi penting kepadanya.

Seketika Woodward melalui bahasa isyarat, menginformasikan kepada Carl dengan mengetik sesuatu di mesin ketik, dengan kata-kata “… bahwa mungkin saja apartemen ini disadap …”, sementara Carl pun meresponnya, sekaligus menyampaikan informasi penting dengan cara yang sama.

Secara visual sinematografi, ada dua momen favorit, yakni ketika duo jurnalis sedang mengendarai mobil, meninggalkan pelataran parkir mobil dari atap gedung. Mobil mereka keluar meninggalkan pelataran parkir tersebut, dengan menuruni dan meninggalkan gedung, lalu menyelusuri jalan raya di depannya.
  
sinopsis film paranoia trilogy all the presidents men
Warner Bros Pictures
 
Namun yang paling menarik yakni saat mereka memeriksa tumpukan kartu transaksi di Gedung Perpustakaan Nasional. Dalam sorotan kamera dari atas dengan jarak dekat, tampak mereka sedang memeriksa kartu tersebut di sebuah meja.

Secara perlahan dengan posisi yang sama, sorotan kamera menjauhi mereka hingga terlihat deretan meja perpustakaan yang berbentuk melingkar dan ruangan peprustakaan yang luas itu secara keseluruhan, serta orang-orang disekitarnya tampak terlihat sangat kecil.

Scoring di film ini tak terdengar signifikan, hanya digunakan saat beberapa adegan tertentu saja, mirip dengan dua film Pakula terdahulunya yakni Klute dan The Parallax View.


Baca juga: Capricorn One (1978) : Hoaks Pendaratan di Planet Mars

Duet performa Robert Redford dan Dustin Hoffman sebagai duo jurnalis tersebut, sudah tak perlu diragukan lagi. Meski kekontrasan gaya dan karakter masing-masing awalnya membuat persaingan, namun chemistry yang terjalin berjalan dengan baik melalui beberapa tahapan akan argumen mereka.

Woodward sepertinya bertindak cenderung prosedural dan sistematis, sedangkan Bernstein dengan gaya agak urakan, cenderung lebih agresif.

Namun karisma pimpinan editor Ben Bradlee yang diperankan sempurna oleh Jason Robards sungguh signifikan sebagai seroang yang tangguh, gamblang sekaligus bijak. maka tak heran jika ia diganjar Oscar di kategori Actor in a Supporting Role atas penampilannya tersebut.

Selain itu, film ini juga memenangkan tiga penghargaan lainnya untuk kategori Art Direction, Sound dan Writing di ajang yang sama tahun 1976.

Film All the President’s Men adalah bentuk kepopuleran akan terungkapnya sejarah kelam Amerika Serikat, terkait tindak kriminal terbesar di abad-20 yang dilakukan oleh seorang pemimpin negara.

Bagi yang tidak suka membaca buku, mungkin bisa dipermudah melalui film ini agar kita mengetahui sejarah yang terjadi seperti apa yang dimaksud dengan Skandal Watergate, terkait peta perpolitikan di Amerika saat itu.

Score : 4 / 4 stars

All The President’s Men | 1976 | Drama, Thriller, Suspens, Politik | Pemain: Robert Redford, Dustin Hoffman, Jack Warden, Martin Balsam, Hal Holbrook, Jason Robards | Sutradara: Alan J. Pakula | Produser: Walter Coblenz | Penulis: Berdasarkan buku All The President’s Men oleh Carl Bersntein dan Bob Woodward. Skenario : William Goldman | Sinematografi: Gordon Willis | Musik: David Shire | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 138 Menit

Comments