Buffalo Boys (2018) : Absurditas Koboi Nusantara

absurditas buffalo boys
Screenplay Infinte, XYZ Films, Nikkatsu

Sinema aksi laga petualangan review Buffalo Boys, absurditas gaya koboi nusantara.

Film Buffalo Boys meski menyajikan absurditas koboi rasa nusantara, sebuah terobosan signifikan.

Meski absurd, Buffalo Boys diharapkan dapat mendongkrak kualitas perfilman nasional yang didominasi genre horor dan drama.

Sangat jarang ditemui film lokal dengan genre aksi laga atau petualangan, apalagi fiksi ilmiah yang digarap impresif.

Setidak nya maksimal mampu bersaing dengan sejumlah film dari negara Asia lain.

Beberapa film yang dimaksud pun, biasanya didukung para produser dan sineas asing, sehingga lebih mudah muluskan peluang mendapatkan perhatian di pasar internasional. 
 
Baca juga: Dollars Trilogy: A Fistful of Dollars (1964), For A Few Dollars More (1965), The Good, The Bad and The Ugly (1966)

Buffalo Boys sendiri didominasi kru dari Singapura dengan aktor dan aktris utama dari Indonesia.

Maka Buffalo Boys boleh dikatakan bukan murni film Indonesia secara mandiri seratus persen.

Meski sineas Mike Wiluan berdarah Indonesia, namun beliau adalah warga Singapura, melalui perusahaan Infinite Frameworks yang telah dikenal secara global.

Narasi Buffalo Boys memang tentang orang Indonesia atau dahulu disebut Nusantara, dengan lokasi di Tanah Jawa pada jaman kolonial Belanda.

Genre western juga menjadi hal menarik untuk ditonton meski ada absurditas diluar sejarah.

review film buffalo boys
Screenplay Infinte, XYZ Films, Nikkatsu
 
Buffalo Boys mengisahkan di California tahun 1860, ketika dua bersaudara Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso) yang bekerja dengan paman mereka, Arana (Tio Pakusadewo) di Transcontinental Railroad.

Mereka bertiga memutuskan untuk kembali ke tanah Nusantara di pulau Jawa. Jamar dan Suwo sempat berziarah ke makam saudara Arana yang tak lain ayah dari Jamar dan Suwo.

Dalam perjalanan, mereka menyelamatkan Sri (Mikha Tambayong) dan Suroyo (El Manik) dari penjahat lokal bernama Fakar (Alex Abbad).

Sebagai ungkapan rasa syukur, Suroyo mengajak mereka untuk beristirahat menuju desa nya, hingga kemudian bertemu dengan kepala desa yaitu Sakar (Donny Damara).

Sakar memiliki seorang putri bernama Sri dan Kiona (Pevita Pearce).

Desa mereka sendiri berada dalam wilayah kekuasaan Van Trach (Reinout Bussemaker) yang bengis dan kejam, dengan seorang kaki tangan yang setia yaitu Drost (Daniel Adnan).

Tindakan Van Trach terhadap penduduk desa, memaksa Jamar, Suwo dan Arana untuk menyerang balik Van Trach sekaligus tuntaskan tragedi masa lalu yang dialami Arana.

Awal cerita memperlihatkan bagaimana Arana, Jamar, dan Suwo bertualang di Amerika pada jaman Wild West.

Absurditas terjadi, meski ada kemungkinan jika orang Nusantara bisa tiba di Amerika, kecuali menyelundup melalui kapal.

buffalo boys koboi nusantara
Screenplay Infinte, XYZ Films, Nikkatsu

Saat mereka tiba di tanah Jawa pada jaman kolonial Belanda, topi fedora mereka pun tetap dipakai, lengkap dengan jubah koboi yang terkesan lebih modern.

Mereka tiba dan turun dari kapal dengan pakaian seperti itu, seharusnya dicurigai oleh otoritas Kolonial Belanda.

Demikian pula berbagai atribut perang yang mereka pakai, serta senjata yang tak lazim dipakai para koboi, menjadi tanda tanya besar di luar nalar.

Hal itu mengingatkan saya akan sejumlah film dengan genre period Amerika, dipadukan dengan aksi laga petualangan.

Yang dimaksud adalah sejumlah laga fantasi Drakula atau Vampire, Werewolf, atau pun Frankenstein.

Meski dirasa tidak masuk akal, saat dunia wild west masuk ke tanah nusantara melalui dua figur utama, namun sah secara imajinatif. 

Jadi, konsep cerita Buffalo Boys memang unik akan kombinasi laga western dengan budaya lokal saat itu.

Mike Wiluan tampak melakukan eksploitasi dengan inspirasi dari Spaghetti Western yang populer di era 1960’an seperti film Django (1966) dan trilogi The Man with No Name karya Sergio Leone.

Untuk adegan pertempuran terakhir,terasa elemen The Wild Bunch (1969) dari Sam Peckinpah, serta Django Unchained (2012) dari Quentin Tarantino.

Baca juga: The Wild Bunch (1969) : Kontroversial dan Revolusioner dalam Narasi Anti-Western 

Karakter figur Jamar, Suwo, serta Arana dalam perjalanan mereka di alam pedesaan pada masa itu, seklias mirip petualangan ala Indiana Jones atau The Mummy versi Brendan Fraser.

Terlihat jelas melalui latar berupa pemukiman kota kuno dan bangunan Candi.

ulasan film buffalo boys
Screenplay Infinte, XYZ Films, Nikkatsu

Sedangkan beberapa adegan saat Kiona sedang memanah merupakan performa menakjubkan sebagai seorang wanita petarung, meski saat adegan ketika ia menunggang kerbau terkadang sedikit konyol.

Selain figur orang nusantara, ada figur orang Kolonial Belanda seperti Van Trach dan pasukan nya, Drost yang tampangnya kurang bule.

Keragaman etnis nusantara juga lengkap dalam film ini, ada orang Tionghoa dari China Daratan, serta figur Fakar seperti orang Arab dengan janggut dikuncir meniru Captain Jack Sparrow.

Performa para aktor dan aktris film ini, bermain cukup baik dalam mengutamakan unsur petualangan dan aksi laga, ketimbang eksploitasi drama.

Hanya saja performa Yoshi Sudarso sebagai Suwo yang cenderung oriental dirasa sedikit janggal sebagai ras Austronesia, terutama saat kamera menyoroti kedua matanya dari dekat.

Sangat kontras wajah diantara Suwo dengan Jamar yang notabene adalah saudara kandungnya sendiri.

Arahan dan gaya berbagai adegan aksi laga pun merupakan tipikal sejumlah film modern yang mengandalkan gerakan slow-motion.

Adapun sorotan kamera terhadap kaki yang melangkah atau pun orang yang tertembak senapan laras pendek hingga terpental, dieksekusi dengan penuh gaya.

sinopsis film buffalo boys
Screenplay Infinte, XYZ Films, Nikkatsu
 
Selain itu, elemen berdarah darah dalam Buffalo Boys terasa standar dan bisa ditolerir.

Dua adegan paling dikenang dalam film ini tentu saja perkelahian serta baku tembak di sebuah bar antara Suwo dengan kelompok Van Trach.

Aksi baku tembak final menjelang akhir cerita, tak kalah seru dan intens.

Gaya khas ala western dalam Buffalo Boys begitu kental, melalui berbagai pengambilan sudut kamera yang dinamis.

Setting pemandangan indah dengan dominasi sawah di pedesaan, rumah khas nusantara, serta area komersil seperti pertokoan ala film western turut mendukung atmosfir adegan.

Sebagai hiburan berkualitas, film Buffalo Boys merupakan sebuah aksi laga petualangan yang menarik.

Absurditas koboi nusantara memang dirasa berlebihan, meski aspek fantasi memiliki peran besar.

Untuk sebuah hiburan dengan latar belakang sejarah, Buffalo Boys mampu buat kombinasi kultur-etnik yang kental.

Buffalo Boys mampu hadirkan unsur cross-over dengan cukup memuaskan dan berkesan.

Itulah sinema aksi laga petualangan review Buffalo Boys, absurditas gaya koboi nusantara.

Score : 3 / 4 stars

Buffalo Boys | 2018 | Aksi Laga, Period, Petualangan, Fantasi | Pemain: Ario Bayu, Yoshi Sudarso, Pevita Pearce, Tio Pakusadewo, Reinout Bussemaker, Daniel Adnan, Alex Abbad, Conan Stevens, Alexander Winters | Sutradara: Mike Wiluan | Produser: Junxiang Huang, Kimberly James, Rayya Makarim, Fong Cheng Tan, Mike Wiluan | Penulis: Mike Wiluan. Naskah: Rayya Makarim, Raymond Lee | Sinematografi: John Radel | Musik: Yudhi Arfani, Zeke Khaseli | Distributor: Screenplay Infinte, XYZ Films (Internasional), Nikkatsu (Jepang) | Negara: Indonesia, Singapura | Durasi: 102 Menit

Comments