Dune (1984) : Kolonialisme dan Politik Jagad Raya
![]() |
Universal Pictures |
Dari sejumlah film fiksi ilmiah dan fantasi populer, mungkin tidak ada yang memiliki konten terberat selain Dune yang mengekspos tema tentang kolonialisme dan politik jagad raya.
Bahkan trilogi prekuel Star Wars pun yang sarat dengan kedua hal tersebut, tetap saja menyajikan sejumlah aksi petualangan spektuler dengan tetap fokus pada mitologi serta saga transformasi seorang karakter.
Baca juga: Trilogi Prekuel 'Star Wars' yang Pantas Anda Tonton
Film Dune merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Frank Herbert yang terbit di tahun 1965. Atas dasar kesuksesannya tersebut, Herbert menerbitkan lima sekuel berikutnya.
Hak kepemilikan waralaba tersebut untuk diadaptasi ke dalam film telah sejak awal tahun 70’an, dengan target pemeran mulai dari Salvador Dali, Orson Welles hingga Mick Jagger.
Adalah produser Dino De Laurentiis yang membeli hak kepemilikan dengan segera dibuatkan naskahnya oleh Herbert sendiri, serta rencana disutradarai oleh Ridley Scott yang akhirnya menggarap Blade Runner (1982).
Baca juga: Blade Runner (1982) : Dampak Penciptaan 'Manusia'
Setelah De Laurentiis menegosiasi ulang untuk seluruh novel sekuelnya, maka sineas David Lynch yang terpilih untuk menggarap film Dune, yang sebenarnya terasa kontras mengingat gaya Lynch berada di jalur berbeda.
Film Dune mengisahkan tentang galaksi yang dikuasai oleh The Padishah Emperor, dengan Kaisar Shaddam IV (José Ferrer), termasuk monopolinya terhadap eksplorasi penambangan melange atau “the spice” di Planet Arrakis atau disebut Dune.
Melange adalah bahan dasar untuk pengobatan, memperpanjang usia dan kesadaran, sekaligus sebagai bahan bakar untuk mempersingkat perjalanan kendaraan antar bintang yang membantu organisasi The Spacing Guild.
Organisasi tersebut memandang bahwa produksi yang dikuasai oleh The Padishah Emperor yang merupakan saingannya, merupakan sebuah ancaman.
Sedangkan Shaddam memiliki rencana tersembunyi untuk menghancurkan House of Atreides yang dipimpin oleh Duke Leto Atreides (Jürgen Prochnow) yang diduga mengembangkan pasukan militer yang akan mengancam kekuasaannya.
Maka konspirasi pun dijalankan melalui usaha pembunuhan terhadap putra Leto yakni Paul Atreides (Kyle McLachlan). Shaddam mengutus keluarga Atreides dan pasukannya untuk mengontrol pertambangan di Arrakis, lalu ia memerintahkan seteru Atreides, yakni The Harkonnens yang dipimpin Baron Vladimir Harkonnen (Kenneth McMillan) untuk menyerangnya.
Sementara Paul mendapatkan visi yang berulang-kali dalam mimpinya tentang Arrakis dan penduduk setempat yang dinamakan Fremen.
Kini Atreides tak hanya mendapat ancaman dari semua pihak, namun juga Fremen serta cacing raksasa penghuni Arrakis.
Cerita film Dune mengingatkan saya akan jaman kerajaan di Eropa pada abad pertengahan, yang mengisahkan konflik dan perseteruan antar bangsawan atau para penguasa wilayah, sehingga muncullah seorang Ksatria heroik
Mungkin juga Herbert mendasari ide cerita Dune atas satir kolonialisme modern yang dilakukan oleh bangsa terkuat di jagad raya, dengan mengeksploitasi sebuah planet yang merupakan sumber kehidupan semua mahluk hidup, layaknya ekspansi bangsa Barat yang mencari rempah ke Asia Tenggara.
Dengan premis yang sarat akan elemen politik semacam Star-Trek maupun Star Wars, film Dune mungkin saja menginspirasikan elemen Ksatria Jedi dalam Star Wars seperti yang dialami oleh karakter heroik Paul Atreides sebagai seseorang yang terpilih.
Planet Arrakis merupakan objek kunci dari sebuah narasi yang pada dasarnya cenderung klise, yakni tentang konspirasi, kejatuhan, tragedi, kebangkitan hingga heroisme melawan kejahatan tirani.
Karakter Paul sendiri dalam perjalanan spiritualnya, telah terasah dalam pelatihan fisik serta potensinya mulai teruji, melalui kekuatan dari ibu kandungnya (Lady Jessica), sehingga menjadi ancaman nyata bagi lawan-lawannya sekaligus penyelamat bagi penduduk Arrakis.
Meski demikian, performa McLachlan sebagai Paul tidaklah seistimewa Luke Skywalker yang eskploitatif, dan bahkan mengingatkan saya akan karakter Perseus di film Clash of the Titans (1981).
Karakter ikonik yakni Baron Vladimir Harkonnen yang diperankan McMillan, dengan ciri khas terdapat banyak bisul di wajahnya, dengan tubuh gemuk dan dibuat melayang-layang dengan pakaian khusus, merupakan hal yang ambigu sekaligus menjijikan, namun terasa unik.
Sikap dan kelakuan karakter tersebut mungkin saja berdasarkan sang penguasa tirani antagonis yang menunjukkan suatu penyimpangan jiwa.
Adapun penampilan ikonik lainnya yakni Sting sebagai Feyd-Rautha, dengan tubuh kurus dan rambut pirang ala punk, disertai karisma tatapan matanya, dianggap misterius sekaligus berbahaya.
Begitu pula penampilan Brad Dourif sebagai Piter De Vries pun dibuat unik, dengan alis super tebal serta tatanan rambut gimbal yang aneh ala futuristik.
Sedangkan karakter Chani yang diperankan Sean Young dalam awal karirnya setelah film Blade Runner (1982) tentu saja menjadi pesona tersendiri bagi film di era 80’an, dengan penampilan mata biru kaum Fremen yang memiliki kekuatan mistis
Film Dune tidaklah semeriah Star Wars juga berbeda dengan sejumlah aspek yang disampaikan dalam Star-Trek. Melalui tempo yang lambat mulai dari babak pertama, meningkat perlahan hingga babak ke-2 hingga akhirnya peperangan terjadi babak ke-3, tetap saja terasa kurang menggelegar.
Tapi yang membuat menarik yakni elemen supranatural yang ditonjolkan terhadap narasi fiksi ilmiah serta politik dan petualangan, terintegrasi dalam kesatuan cerita utuh yang lebih serius dan matang.
Visi seorang David Lynch yang terbiasa menggarap sejumlah film surealis nan ambigu, mampu mentransformasikan ke dalam genre fiksi ilmiah fantasi dengan porsi yang pas, sehingga tidak mengganggu suasana terhadap berbagai adegan visual yang repetitif serta abstrak.
Hanya sayangnya, penggunaan efek spesial saat itu masih terlihat kasar dan sepertinya ingin melampaui teknik animasi yang tersedia, meski digarap oleh Universal Studio sekalipun.
Tema musik yang memorable, disertai scoring yang dari perpaduan grup band Toto dan Brian Eno, menghasilkan sebuah perbedaan film Dune dengan yang lainnya.
Bahkan trilogi prekuel Star Wars pun yang sarat dengan kedua hal tersebut, tetap saja menyajikan sejumlah aksi petualangan spektuler dengan tetap fokus pada mitologi serta saga transformasi seorang karakter.
Baca juga: Trilogi Prekuel 'Star Wars' yang Pantas Anda Tonton
Film Dune merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Frank Herbert yang terbit di tahun 1965. Atas dasar kesuksesannya tersebut, Herbert menerbitkan lima sekuel berikutnya.
Hak kepemilikan waralaba tersebut untuk diadaptasi ke dalam film telah sejak awal tahun 70’an, dengan target pemeran mulai dari Salvador Dali, Orson Welles hingga Mick Jagger.
Adalah produser Dino De Laurentiis yang membeli hak kepemilikan dengan segera dibuatkan naskahnya oleh Herbert sendiri, serta rencana disutradarai oleh Ridley Scott yang akhirnya menggarap Blade Runner (1982).
Baca juga: Blade Runner (1982) : Dampak Penciptaan 'Manusia'
Setelah De Laurentiis menegosiasi ulang untuk seluruh novel sekuelnya, maka sineas David Lynch yang terpilih untuk menggarap film Dune, yang sebenarnya terasa kontras mengingat gaya Lynch berada di jalur berbeda.
Film Dune mengisahkan tentang galaksi yang dikuasai oleh The Padishah Emperor, dengan Kaisar Shaddam IV (José Ferrer), termasuk monopolinya terhadap eksplorasi penambangan melange atau “the spice” di Planet Arrakis atau disebut Dune.
![]() |
Universal Pictures |
Melange adalah bahan dasar untuk pengobatan, memperpanjang usia dan kesadaran, sekaligus sebagai bahan bakar untuk mempersingkat perjalanan kendaraan antar bintang yang membantu organisasi The Spacing Guild.
Organisasi tersebut memandang bahwa produksi yang dikuasai oleh The Padishah Emperor yang merupakan saingannya, merupakan sebuah ancaman.
Sedangkan Shaddam memiliki rencana tersembunyi untuk menghancurkan House of Atreides yang dipimpin oleh Duke Leto Atreides (Jürgen Prochnow) yang diduga mengembangkan pasukan militer yang akan mengancam kekuasaannya.
Maka konspirasi pun dijalankan melalui usaha pembunuhan terhadap putra Leto yakni Paul Atreides (Kyle McLachlan). Shaddam mengutus keluarga Atreides dan pasukannya untuk mengontrol pertambangan di Arrakis, lalu ia memerintahkan seteru Atreides, yakni The Harkonnens yang dipimpin Baron Vladimir Harkonnen (Kenneth McMillan) untuk menyerangnya.
Sementara Paul mendapatkan visi yang berulang-kali dalam mimpinya tentang Arrakis dan penduduk setempat yang dinamakan Fremen.
Kini Atreides tak hanya mendapat ancaman dari semua pihak, namun juga Fremen serta cacing raksasa penghuni Arrakis.
![]() |
Universal Pictures |
Cerita film Dune mengingatkan saya akan jaman kerajaan di Eropa pada abad pertengahan, yang mengisahkan konflik dan perseteruan antar bangsawan atau para penguasa wilayah, sehingga muncullah seorang Ksatria heroik
Mungkin juga Herbert mendasari ide cerita Dune atas satir kolonialisme modern yang dilakukan oleh bangsa terkuat di jagad raya, dengan mengeksploitasi sebuah planet yang merupakan sumber kehidupan semua mahluk hidup, layaknya ekspansi bangsa Barat yang mencari rempah ke Asia Tenggara.
Dengan premis yang sarat akan elemen politik semacam Star-Trek maupun Star Wars, film Dune mungkin saja menginspirasikan elemen Ksatria Jedi dalam Star Wars seperti yang dialami oleh karakter heroik Paul Atreides sebagai seseorang yang terpilih.
Planet Arrakis merupakan objek kunci dari sebuah narasi yang pada dasarnya cenderung klise, yakni tentang konspirasi, kejatuhan, tragedi, kebangkitan hingga heroisme melawan kejahatan tirani.
Karakter Paul sendiri dalam perjalanan spiritualnya, telah terasah dalam pelatihan fisik serta potensinya mulai teruji, melalui kekuatan dari ibu kandungnya (Lady Jessica), sehingga menjadi ancaman nyata bagi lawan-lawannya sekaligus penyelamat bagi penduduk Arrakis.
Meski demikian, performa McLachlan sebagai Paul tidaklah seistimewa Luke Skywalker yang eskploitatif, dan bahkan mengingatkan saya akan karakter Perseus di film Clash of the Titans (1981).
![]() |
Universal Pictures |
Karakter ikonik yakni Baron Vladimir Harkonnen yang diperankan McMillan, dengan ciri khas terdapat banyak bisul di wajahnya, dengan tubuh gemuk dan dibuat melayang-layang dengan pakaian khusus, merupakan hal yang ambigu sekaligus menjijikan, namun terasa unik.
Sikap dan kelakuan karakter tersebut mungkin saja berdasarkan sang penguasa tirani antagonis yang menunjukkan suatu penyimpangan jiwa.
Adapun penampilan ikonik lainnya yakni Sting sebagai Feyd-Rautha, dengan tubuh kurus dan rambut pirang ala punk, disertai karisma tatapan matanya, dianggap misterius sekaligus berbahaya.
Begitu pula penampilan Brad Dourif sebagai Piter De Vries pun dibuat unik, dengan alis super tebal serta tatanan rambut gimbal yang aneh ala futuristik.
Sedangkan karakter Chani yang diperankan Sean Young dalam awal karirnya setelah film Blade Runner (1982) tentu saja menjadi pesona tersendiri bagi film di era 80’an, dengan penampilan mata biru kaum Fremen yang memiliki kekuatan mistis
Film Dune tidaklah semeriah Star Wars juga berbeda dengan sejumlah aspek yang disampaikan dalam Star-Trek. Melalui tempo yang lambat mulai dari babak pertama, meningkat perlahan hingga babak ke-2 hingga akhirnya peperangan terjadi babak ke-3, tetap saja terasa kurang menggelegar.
Tapi yang membuat menarik yakni elemen supranatural yang ditonjolkan terhadap narasi fiksi ilmiah serta politik dan petualangan, terintegrasi dalam kesatuan cerita utuh yang lebih serius dan matang.
![]() |
Universal Pictures |
Visi seorang David Lynch yang terbiasa menggarap sejumlah film surealis nan ambigu, mampu mentransformasikan ke dalam genre fiksi ilmiah fantasi dengan porsi yang pas, sehingga tidak mengganggu suasana terhadap berbagai adegan visual yang repetitif serta abstrak.
Hanya sayangnya, penggunaan efek spesial saat itu masih terlihat kasar dan sepertinya ingin melampaui teknik animasi yang tersedia, meski digarap oleh Universal Studio sekalipun.
Tema musik yang memorable, disertai scoring yang dari perpaduan grup band Toto dan Brian Eno, menghasilkan sebuah perbedaan film Dune dengan yang lainnya.
Baca juga: Dune (2021): Adaptasi Terbaru yang Lebih Megah ala Villeneuve
Setting termegah di film ini tentu saja hamparan luas padang gurun ganas di Planet Arrakis, belum lagi kehadiran mahluk ganas berupa cacing raksasa yang siap menelan bangunan besar sekalipun dalam sekali lahap.
Namun di saat tertentu, terkadang saya merasa terganggu oleh efek suara akan dialog yang merupakan pikiran dari masing-masing karakter saat mereka berkomunikasi satu sama lain, terutama dari karakter Paul, Lady Jessica atau Ben Gesserit.
Cerita film Dune yang menitikberatkan kolonialisme dan politik jagad raya, sebenarnya menarik untuk dinikmati, meski tidak terlalu istimewa dan terkadang membosankan.
Setting termegah di film ini tentu saja hamparan luas padang gurun ganas di Planet Arrakis, belum lagi kehadiran mahluk ganas berupa cacing raksasa yang siap menelan bangunan besar sekalipun dalam sekali lahap.
Namun di saat tertentu, terkadang saya merasa terganggu oleh efek suara akan dialog yang merupakan pikiran dari masing-masing karakter saat mereka berkomunikasi satu sama lain, terutama dari karakter Paul, Lady Jessica atau Ben Gesserit.
Cerita film Dune yang menitikberatkan kolonialisme dan politik jagad raya, sebenarnya menarik untuk dinikmati, meski tidak terlalu istimewa dan terkadang membosankan.
Ditambah adanya berbagai hal yang ambigu secara penampilan dan visual, serta efek seadanya. Tapi jangan juga meremehkan film yang telah berstatus cult serta bertabur bintang ini.
Score : 2.5 / 4 stars
Dune | 1984 | Fiksi Ilmiah, Fantasi | Pemain: Francesca Annis, Leonardo Cimino, Brad Dourif, José Ferrer, Linda Hunt, Freddie Jones, Richard Jordan, Kyle McLachlan, Virginia Madsen, Silvana Mangano, Everett McGill, Kenneth McMillan, Jack Nance, Sian Phillips, Jürgen Prochnow, Paul Smith, Patrick Stewart, Sting, Angélica Aragón, Dean Stockwell, Max Von Sydow, Alicia Roanne Witt, Sean Young | Sutradara: David Lynch | Produser: Rafaella De Laurentiis | Penulis: Berdasarkan novel Dune karya Frank Herbert. Naskah: David Lynch | Musik: Toto, Brian Eno | Sinematografi: Freddie Francis | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 136 Menit
Comments
Post a Comment