Overlord (2018) : Ambisi Horor Nazi

overlord ambisi horor nazi
Paramount Pictures

Sinema perang review Overlord, film aksi laga tentang ambisi eksperimen horor Nazi dalam Perang Dunia II

Karena film horor yang bertemakan Perang Dunia II adalah sesuatu yang langka, maka Overlord merupakan sebuah jawaban terhadap berbagai hal generik.

Sejak dirilisnya film The Keep (1983), hampir tidak ada yang berani memproduksi tema serupa, yakni menggabungkan horor dan perang. 

Terlebih ambisi horor Nazi berupa eksperimen dalam upaya menguasai dunia, berkaitan dengan aspek fiksi ilmiah hingga supranatural.

Meski film Overlord lebih dekat dengan tipikal seperti Dead Snow (2009) yang sama-sama mengisahkan zombie. 

Namun zombie dalam Overlord merupakan hasil eksperimen petinggi Nazi gila, serta mengambil tema mirip dengan Re-Animator (1985). 

Baca juga: Dawn of the Dead (1978): Bersama Zombie di dalam Mall 

Ditinjau dari kru filmnya yang tidak saya kenal, namun diproduksi Paramount Pictures, maka film Overlord cukup layak ditonton untuk menambah penasaran semata saja.

Overlord mengisahkan saat berlangsungnya peristiwa D-Day tahun 1944 di Perancis, skuadron dari divisi U.S. 101st Airborne mendarat di sebuah pemukiman. 

Misi mereka menghancurkan sebuah menara Gereja yang merupakan markas Nazi, agar pasukan sekutu bisa menggapai pantai yang tak jauh dari lokasi tersebut.

Saat mereka mendarat, hanya beberapa orang yang selamat yakni Kopral Ford (Wyatt Russell), serta prajurit Boyce (Jovan Adepo), Tibbet (John Magaro) dan Chase.

Tak sengaja mereka memergoki seorang gadis lokal bernama Chloe (Mathilde Ollivier) yang berkeliaran di sekitar pemukiman. 

Mereka terpaksa beristirahat sejenak di rumah Chloe demi menghindari patroli Nazi.

review film overlord
Paramount Pictures

Namun kecurigaan Boyce di dalam rumah Chloe terbukti, dengan menemukan sebuah laboratorium dalam Gereja.

Diketahui bahwa ada eskperimen horor Nazi terhadap para jenazah untuk dibangkitkan kembali.

Saat di awal cerita, 
Overlord memberikam suasana menegangkan yang dialami sekelompok pasukan terjung payung yang harus mendarat di medan pertempuran. 

Bagaimana pesawat mereka ditembaki musuh dari bawah, berbagai ketakutan dan kepanikan pun menghampiri mereka, mirip dengan episode awal film seri Band of Brothers.

Hingga seperempat cerita awal, penonton diperlihatkan rangkaian adegan perang dan kedatangan pasukan kecil Amerika.

Dimulai saat mereka mendarat, terlibat baku-tembak, hingga berbagai konfrontasi dengan perwira Nazi kejam bernama Kapten Wafner (Pilou Asbæk).

Petualangan dimulai sejak Boyce melihat sosok mengerikan di rumah Chloe, serta mengamati perilaku pasukan Nazi menganiaya dan membunuh warga pemukiman.

Suasana horor mulai terasa saat Boyce penasaran dan menyelinap masuk ke dalam laboratorium.

Berbagai pemandangan horor pun diperlihatkan cukup mengerikan bersamaan dengan sejumlah jump scare kacangan.

Adalah adegan yang menghadiran para jenazah hidup alias zombie baik dalam keadaan utuh maupun sebagian.

Penggunaan efek spesial dan riasan dirasa cukup impresif dan minim akan CGI murahan, serta didominasi oleh pencahayaan dengan efek warna tertentu.

Visual dalam 
Overlord pun tipikal dengan sejumlah film modern tentang Perang Dunia II, dengan setting terperinci.

Sepertinya adegan berupa ledakan dan semburan api menggunakan efek praktis.

Namun efek muncratan darah akibat tembakan, mirip dalam permainan konsol yang artinya sarat akan CGI.


ulasan sinopsis film overlord
Paramount Pictures

Untuk sekelas film horor seperti zombie, Overlord untungnya tidak menyajikan berbagai adegan sadis yang mengganggu, meski ada satu adegan yang bikin ngilu serta mengerikan.

Performa para aktor/aktris pun sangat standar, berdasarkan narasi dari sudut pandang Boyce sebagai sosok sentral protagonis.

Selain Boyce, sejumlah figur pendukung pun dibuat unik satu sama lain, seperti Ford yang lugas tanpa basa-basi, serta Tibbet yang bermulut besar dan agak menyebalkan.

Ironisnya figur heroik Boyce yang paling memiliki nurani diantara rekan-rekannya, belum pernah sekalipun membunuh musuh alias prajurit paling lemah. 

Alih-alih menghindari karakter gagah pemberani klise, malah sejumlah aksi yang dilakukan Boyce kontras dalam mewakilkan citra 101st Airborne sebagai kesatuan elit.

Secara keseluruhan, Overlord sedikit menghibur sebagai ambisi horor Nazi, berupa satir terhadap kewenangan kekuasaan atas kemanusiaan serta sang pahlawan absurd.

Overlord adalah sebuah film horor kelas B yang sepertinya agak terlupakan di masa mendatang,

Demikian sinema perang review Overlord, film aksi laga tentang ambisi eksperimen horor Nazi dalam Perang Dunia II

Score : 1.5 / 4 stars

Overlord | 2018 | Perang, Horor, Fiksi Ilmiah | Pemain: Jovan Adepo, Wyatt Russell, Mathilde Ollivier, John Magaro, Gianny Taufer, Pilou Asbæk, Bokeem Woodbine | 
Sutradara: Julius Avery | Produser: J.J. Abrams, Lindsey Weber | Penulis: Billy Ray, Mark L. Smith | Musik: Jed Kurzel | Sinematografi: Laurie Rose, Fabian Wagner | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 110 Menit

Comments