Dawn of the Dead (1978) : Bersama Zombie di Dalam Mall

dawn of the dead bersama zombie dalam mall
United Film Distribution Company

Jika anda di tinggal bersama para zombie di dalam mall, apa yang anda lakukan? Mungkin di satu sisi anda bahagia bisa memanfaatkan seluruh produk mewah dengan gratis, namun di sisi lain, nyawa anda kian terancam saat mereka mengetahui dimana anda bersembunyi.

Film ikonik klasik nan kultus berjudul Dawn of the Dead, merupakan sekuel dari film fenomenal sejenis berjudul Night of the Living Dead (1968) karya George A. Romero, sebagai salah satu sekuel horor sekaligus sub genre zombie terbaik yang pernah ada.

Kepopuleran film ini akhirnya dibuat ulang di tahun 2004 oleh sineas Zack Snyder yang juga mendapat pujian. Versi reboot itu pula turut mengawali revolusi terhadap karakter zombie itu sendiri melalui pergerakkan lincah layaknya audiens membaca cerita komik.


Baca juga: Overlord (2018) : Ambisi Horor Nazi

Sedangkan versi ini mengisahkan wabah zombie yang semakin meluas di Amerika sejak peristiwa dalam film Night of the Living Dead, maka seluruh pasukan keamanan dikerahkan untuk membasminya.

Dua awak media televisi bernama Stephen “Flyboy” Andrews (David Emge) dan Francine Parker (Gaylen Ross), mencuri helikopter untuk melarikan diri di saat bersamaan berjumpa dengan dua anggota SWAT, yakni Roger (Scott Reiniger) dan Peter (Ken Foree) yang juga melarikan diri.

Menggunakan helikopter, mereka meninggalkan kota Philadelphia akibat serbuan zombie. Setelah mereka mendarat di suatu tempat untuk mengisi bahan bakar, mereka menemukan sebuah mall, namun dari luar tampak sekelompok zombie yang mengelilinginya.

bersama zombie dalam mall film dawn of the dead
United Film Distribution Company

Mereka pun penasaran lalu mendarat di atap mall. Diam-diam, mereka menyelinap ke dalam mall dengan waspada, untuk menemukan kemungkinan mereka bisa bertahan hidup serta menghindar dari serangan zombie.

Dengan durasi hampir 2,5 jam, film ini menyuguhkan saga petualangan keempat karakter utama, yakni Stephen, Francine, Roger dan Peter.

Bagian pertama cerita, dimulai dari suasana hiruk-pikuk di stasiun televisi yang menayangkan siaran langsung debat mengenai wabah zombie, ketika Francine dan Stephen diam-diam sepakat untuk melarikan diri dari kepanikan dan ketakutan.

Pada cerita bagian kedua dalam lokasi berbeda, pasukan SWAT menyerbu para penjahat, namun gerombolan zombie menyerang mereka.

Diperlihatkan bagaimana Roger dan Peter melalui serangkaian aksi mereka dalam membantai para zombie dengan efek gory yang lumayan sadis.

Sedangkan bagian ketiga, petualangan keempatnya dimulai saat helikoper mereka harus mendarat di lapangan kosong untuk mengisi bahan bakar, terjadi sejumlah konfrontasi dengan para zombie ganas.

Tak jauh dari lokasi tersebut, terdapat sub-plot yang mengisahkan bagaimana sekumpulan tentara dengan artileri-nya, bersama pasukan polisi, petugas pemadam kebakaran hingga para relawan sipil, beriringan melakukan long march, yang akhirnya berkumpul dalam lokasi berupa lembah terbuka.

Sambil beristirahat makan dan minum, ada pula yang berfoto ria, diiringi sebuah musik country yang diputar melalui toa besar, mereka menembaki para zombie yang mendekatinya. Sungguh merupakan sekuen terkeren di film ini.

Bagian keempat atau yang terakhir, keempat karakter tadi akhirnya singgah di sebuah mall, dengan harapan mereka bisa bertahan disana untuk sementara waktu. Sehingga cerita bergulir tentang bagaimana mereka menyusun strategi dan menyiasatinya.

review film dawn of the dead orisinal
United Film Distribution Company

Mulai dari memepelajari kondisi gedung, suplai makanan serta mengamati para zombie yang berkeliaran disekitarnya, karena sebagian zombie telah msuk ke dalam mall.

Berbagai keseruan, ketegangan, intrik diantara mereka, mengharuskan kekompakkan agar mencapai tujuan, seperti bagaimana mereka mengakali untuk masuk ke dalam salah satu outlet mall, sekaligus menghindari para zombie itu, sebuah aksi gerilya “hit and run” mereka terapkan.

Salah satu sekuen yang paling menarik dan sangat intens, yakni saat mereka mengakali cara untuk memblokir para zombie lainnya agar tidak masuk ke dalam mall, dengan cara membawa beberapa truk dari sebuah depot bensin, yang berada tidak jauh dari lokasi tersebut.

Mereka mengatur, bagaimana Francine dengan membawa senjata mengamati para zombie dari atap mall, Roger dan Peter masing-masing membawa truk bensin dari depot menuju mall yang dipandu oleh Stephen dengan helikopternya. Hal tersebut harus dilakukan beberapa kali, karena mereka membutuhkan beberapa truk.

Namun ketegangan menurun cukup drastis, saat mereka berhasil ‘mensterilkan’ di dalam gedung mall akan kehadiran zombie, layaknya berada di dunia “utopia”, mereka pun hidup dengan kemewahan dan kenyamanan, berdasarkan kebutuhan, hiburan serta kesenangan, selama berada di dalam mall tersebut.

Disitulah berbagai adegan romantis sekaligus humor dan gaya hidup yang mereka terapkan, bercampur-aduk menjadi satu dalam tempat perlindungan dari dunia horor apokaliptik di luar sana.

Peningkatan intensitas yang menggenjot adrenalin kembali perlahan demi perlahan, ketika segerombol perompak ala bikers dan gipsi, membobol dan menjarah mall tersebut, kekacauan terjadi lagi dengan diperparah oleh masuknya kembali serbuan zombie dari luar.

Sejak saat itu, berbagai mood dan atmosfir kembali menuju kekacauan, kepanikan serta kegilaan bahkan menuju kehancuran total, tinggal menerka saja siapa yang bisa bertahan hingga akhir cerita.

Gaya penyutradaraan Romero termasuk unik, dengan menyeimbangkan antara horor, ketegangan dan efek sadis dengan suasana santai dan humor, juga menyelipkan beberapa adegan debat talkshow dari siaran televisi dengan tentang fenomena zombie.

ulasan sinopsis dawn of the dead orisinal
United Film Distribution Company

Tanpa harus berakting brilian, film ini juga berhasil menciptakan kedalaman beberapa karakter kuat seperti Peter yang berkarisma, mengingatkan saya akan karakter antagonis Candyman.

Hadirnya karakter unik lainnya seperti Stephen alias “Flyboy” yang memakai jaket kulit ala pilot, kemudian ada pula karakter antagonis yang dimainkan oleh Tom Savini sebagai seorang biker yang bersenjatakan sebilah golok, selain juga ada beberapa karakter bikers pendukung lainnya.

Dari sekian banyak zombie, karakter Hare Khrisna yang lengkap dengan jubah dan atribut yang nyentrik itu, cukup mengundang tawa sebagai salah satu hiburan. Humor dalam berbagai adegan konyol pun diperlihatkan bagaimana para perompak mengerjai dan membantai para zombie, karena beberapa diantaranya memang dibuat kocak.

Dibandingkan filmnya terdahulu, level kesadisan di film ini cukup menjijikan, seperti bagaimana kepala hancur, kepala ditancap oleh
golok, usus dan organ terburai atau kedua lengan terputus, juga saat para zombie memakan dengan lahap bagian paha, iga atau bagian tubuh manusia lainnya.

Baca juga: Trancers (1984) : Sang 'Penunggang' dalam Film Kelas B

Meski level berdarahnya di film ini tidak se-ekstrim sekuel berikutnya yakni Day of the Dead (1985). Kreativitas tersebut adalah hasil karya dari salah satu legenda efek spesial artis film horor, Tom Savini.

Melalui iringan musik ala elektronik dari The Goblins, maka tak heran jika sosok Dario Argento juga berperan signifikan di film ini, selain menyuplai scoring juga membantu membiayai produksi film.

Dawn of the Dead adalah sebuah film horor bertemakan zombie, dengan mengusung tradisi gaya serta karakterisasi zombie klasik, tanpa harus membuat rangkaian adegan aksi yang berlebihan atau terlalu cepat yang biasanya diperlihatkan di berbagai film zombie modern.

Konsistensi karkteristik zombie itu sendiri dibuat lebih realistis di film ini, begitu pula dengan transformasi seseorang yang terkena virusnya, mampu dibangun melalui atmosfir yang cukup mengejutkan.

Berawal dari statusnya sebagai film kelas B, kini Dawn of the Dead lebih dikenal luas dalam jalur utama, terlebih premis ceritanya mengisahkan pengalaman seru para protagonis tinggal bersama zombie di dalam mall, menarik bukan?

Score : 4 / 4 stars

Dawn of the Dead | 1978 | Horor, Aksi Laga, Survival | Pemain: David Emge, Ken Foree, Scott Reiniger, Gaylen Ross | Sutradara: George A. Romero | Produser: Richard P. Rubinstein | Penulis: George A. Romero | Musik: The Goblins, Dario Argento | Sinematografi: Michael Garnick | Distributor: United Film Distribution Company | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 127 Menit

Comments