3 Film 'Terminator' yang Kini Menjadi Alternatif

tiga film terminator kini jadi alternatif

“I’ll be back”

Sinema aksi laga fiksi ilmiah review tiga film sekuel Terminator yang kini menjadi alternatif.

Sekuel terbaru Terminator yang berjudul Terminator: Dark Fate, yang merupakan kelanjutan langsung dari film Terminator 2: Judgment Day (1991) sebentar lagi akan tayang.

Mirip kondisinya dengan waralaba film Halloween, sang kreator orisinal, James Cameron kembali menangani film Terminator terbaru sebagai produser. 

Kemunduran waralaba Terminator sudah terkena dampak sejak dirilisnya seri ketiga, lalu diperparah melalui pembuatan ulang berjudul Terminator Genisys.

Baca juga: Terminator : Dark Fate (2019), Sekuel Daur Ulang

Entah seperti menjilat ludah sendiri, Cameron yang menyukai Terminator: Genisys karena premisnya berdasarkan kisah di film pertama dan kedua.

Malah Cameron kini memproduksi sekuel Terminator versi baru bersama sineas Tim Miller.

Adalah film Terminator: Dark Fate merupakan sekuel dari Terminator 2: Judgment Day yang mengacuhkan film Terminator 3: Rise of the Machines dan Terminator: Salvation.

Kini tiga film sekuel Terminator tersebut dianggap sebagai alternatif, dan berikut ketiga ulasan singkatnya:

review ulasan sinopsis film terminator rise of the machines
Terminator 3: Rise of the Machines (2003)

Terminator 3: Rise of the Machines mengisahkan peristiwa di tahun 2004.

John Connor (Nick Stahl) dan Kate Brewster (Claire Danes), diburu cyborg T-X (Kristanna Lokken) dari masa depan.

Skynet, kembali mengirim T-X, sedangkan T-850 (Arnold Schwarzenegger) kembali datang melindungi John dan Kate. 

Trauma John Connor di masa lalu kembali bangkit, lalu bersama dengan Kate dan T-850, mereka berupaya menghentikan amukan virus di Cyberdine System.

Terminator 3: Rise of the Machine (T3) mengusung premis klise, dengan cara formula yang sama persis dari film sebelumnya, Terminator 2: Judgment Day.

Film sekuel ini kemudian diolah dengan pengembangan karakter John Connor, diekspos melalui sisi psikologis, sehingga berakhir dengan sebuah pelintiran yang tak terhindarkan.

Itulah kira-kira penilaian keseluruhan dari film tanpa keterlibatan James Cameron.

Tidak ada sesuatu baru yang disajikan T3, selain laga megah dan kembalinya Schwarzenegger sebagai figur ikonik yang terlihat mulai menua.

T3 merupakan film terakhir Arnold Schwarzenegger sebelum ia menjabat sebagai Gubernur California.

Melalui atmosfir yang cenderung suram, T3 tampak berusaha keras memaksakan sentralisasi John Connor sebagai sebuah saga lanjutan.

FIlm ini kembali menghadirkan reinkarnasi T-800 yang kini menjadi T-850, selain menghadapi T-X antagonis yang lebih canggih.

Tampaknya perihal dalam mencegah atau bahkan menghancurkan Cyberdine Systems bukan lagi tujuan utama.

John Connor terperangkap dalam pesimisme serta paranoid masa lalu sejak ditinggal mati sang ibu, Sarah Connor.

Keunggulan T3 saya akui cukup cermat dalam eksploitasi psikologis John Connor yang diceritakan telah dewasa, hidup mengembara tanpa tujuan.

Ia melarikan diri dari takdir dan tidak siap menghadapinya jika sewaktu-waktu ada Terminator yang mengincarnya.

film terminator rise of the machines jadi alternatif
Sayangnya ikatan emosional John Connor dengan T-850 jelas jauh kelasnya di bawah film T2

Sementara T-X yang diperankan Kristanna Lokken, tak lebih sebagai pemanis belaka, meski lebih mematikan dari T-1000.

Melalui format yang sama dari film T2, saat T-850 mendatangi sebuah strip bar, cenderung menggelikan meski masih meriah. 

Untung saja, alur cerita yang memperlihatkan adegan dan setting berubah meninggalkan dua film Terminator terdahulu.

Sejumlah aksi laga yang dikenang salah satunya yakni di area pemakaman saat T-850 sambil mengangkat peti mati dan menembaki polisi.

Adapun pengejaran dengan mobil pemadam kebakaran di pusat kota, hingga baku tembak di area Cyberdine Systems disajikan meriah dan mengesankan.

Lucunya dalam adegan di pemakaman, figur psikolog Dr. Silberman kembali muncul setelah di dua film Terminator sebelumnya. Untuk kesekian kalinya ia syok bertemu kembali dengan T-850! 

Berkat Rating "R" dalam film ini, sejumlah adegan pembunuhan cukup berdarah yang dilakukan T-X, mengejutkan saya.

Begitu pula kecanggihan CGI dalam adegan pembuka berupa perang manusia dengan mesin, terutama penampilan Endoskeleton terlihat sangat bagus.

Namun sayangnya tema musik khas Terminator tidak dihadirkan dalam kredit pembuka.

Tidak ada sesuatu yang mengena dalam Terminator 3: Rise of the Machines, kecuali menghadirkan akhir yang cukup menyentuh dan tak pernah disangka. 

Saat ini, film T3 hanya sebagai sekuel alternatif yang seharusnya mengakhiri sebuah waralaba populer itu.  

Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Arnold Schwarzenegger, Nick Stahl, Claire Daines, Kristanna Lokken, David Andrews  | Sutradara: Jonathan Mostow | Produser: Hal Lieberman, Colin Wilson, Mario F. Kassar, Andrew G. Vajna, Joel B. Michaels | Penulis: Berdasarkan karakter karya James Cameron dan Gale Anne Hurd. Naskah: John Brancato, Michael Ferris | Musik: Marco Beltrami | Sinematografi: Don Burgess  | Distributor: Warner Bros Pictures (Amerika Serikat), Columbia Pictures (Internasional) | Negara: Amerika Serikat  | Durasi: 109 Menit


review ulasan sinopsis film terminator salvation
Terminator: Salvation (2009)

Terminator: Salvation mengisahkan peristiwa pada tahun 2018 pada masa post-apocalyptic.

Adalah John Connor (Christian Bale) menemukan pengembangan cyborg model terbaru yang ia curi dari Skynet.

John Connor juga mengetahui bahwa dirinya dan Kyle Reese (Anton Yelchin) adalah sasaran utama Skynet.

Dalam upaya gerilya untuk menghancurkan Skynet dan menyelamatkan Kyle Reese, ia harus berhadapan dengan sosok misterius bernama Marcus (Sam Worthington).

Saya tidak pernah membayangkan saat rencana perilisan film Terminator: Salvation, yang berada dalam dunia post-apocalyptic.

Film Terminator tanpa kehadiran Arnold Schwarzenegger rasanya akan hampa dan sia-sia.

Ambisi belaka para eksekutif studio melanjutkan waralaba Terminator, sungguh diluar imajinasi terhadap konsep birilian pusaran waktu.

Menurut saya, hal itu tidak perlu lagi diteruskan, meski figur sentral masih mengenai John Connor.

Premis Terminator: Salvation mencoba mengalihkan sekaligus menghadirkan sedikit elemen suspens, melalui kehadiran figur baru misterius bernama Marcus.

Hal itu dibuktikan dalam hubungan yang lambat laun terjalin dengan akrab antara dirinya dengan Kyle Reese remaja yang diperankan sangat baik oleh Anton Yelchin.

Impresi Anton Yelchin mampu menyamakan mimik dari impresi aktor Michael Biehn yang memerankan Kyle Reese.

Aktor Sam Worthington yang saat itu lumayan laris dalam sejumlah film berbujet besar namun kualitasnya medioker, berbanding lurus terhadap peran nya sebagai Marcus. 

Sementara Christian Bale yang memerankan John Connor pun terasa sama medioker.

Hal yang dikenang adalah figur tersebut sesekali mengingat masa lalu akan perkataan sang ibu, Sarah Connor melalui sebuah alat perekam yang masih utuh.

Tidak banyak adegan impresif dalam Terminator: Salvation selain kembalinya Arnold Schwarzenegger versi CGI sebagai proptotipe T-800 model 101.

Kembalinya Linda Hamilton melalui perekam suara, serta saat John memutar lagu You Could be Mine-nya Guns N’ Roses, membangkitkan kembali nostalgia film T2

film terminator salvation jadi alternatif
Hadirnya objek ikonik robot raksasa Humanoid Harvesters disajikan cukup impresif. 

Adapun aksi laga pengejaran Moto-Terminators di jalan raya melalui adegan  spektakuler, mungkin yang paling dikenang.

Begitu pula pesawat Aerial Hunter Killers yang membawa para tahanan manusia, dalam pertempurannya dengan pesawat kuno A-10 Thunderbolt, tak kalah menggelegar.

Selain Endoskeleton T-800, hadir pula T-600 dan T-700 yang sama sekali tidak menyeramkan namun masih mematikan.

Yang terakhir yakni Hydrobot dengan desain yang merupakan tipikal film fiksi ilmiah modern.

Efek spesial Terminator: Salvation memang impresif, mengingat teknologi digital semakin maju dalam memasuki dekade baru.

Maka tak terbayangkan jika James Cameron membuat film ini di tahun 1984, dengan setting waktu di masa depan dari awal hingga akhir cerita!

Alih-alih rencana trilogi tersendiri, sineas McG sengaja menggunakan tema musik yang berbeda dari film-film sebelumnya, kecuali dalam adegan T-800.

Sayangnya trilogi Terminator versi McG tersebut tidak pernah terwujud, maka keinginan saya pun tak terwujud untuk menyaksikan kehadiran T-1000 dan T-X di sekuel berikutnya.

Terminator: Salvation meski dianggap kurang menarik, namun tetap setia dalam mengikuti sekaligus mengembangkan ceritanya.

Sekuel ini dibuat tanpa mencela berbagai aspek dari waralaba Terminator, jauh lebih baik dibandingkan Terminator: Genisys.

Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Christian Bale, Sam Worthington, Anton Yelchin, Moon Bloodgood, Bryce Dallas Howard, Common, Michael Ironside, Helena Bonham Carter  | Sutradara: McG | Produser: Derek Anderson, Moritz Borman, Victor Kubicek, Jeffrey Silver | Penulis: Berdasarkan karakter karya James Cameron dan Gale Anne Hurd. Naskah: John Brancato, Michael Ferris | Musik: Danny Elfman | Sinematografi: Shane Hurlbut  | Distributor: Warner Bros Pictures (Amerika Serikat), Columbia Pictures (Internasional) | Negara: Amerika Serikat  | Durasi: 115 Menit



review ulasan sinopsis film terminator genisys
Terminator: Genisys (2015)
 
Terminator: Genisys memiliki premis yang sama persis dengan film The Terminator (1984).

Film ini mengisahkan aksi Sarah Connor (Emilia Clarke) dan T-800 versi tua (Arnold Schwarzenegger) di tahun 2017.

Mereka mampu membasmi T-800 dan T-1000, saat bertemu dengan Kyle Reese (Jai Courtney). 

Namun ternyata ada perubahan jalur masa depan, sehingga mereka berencana menghancurkan Skynet dan berhadapan dengan Terminator T-3000.

Terminator: Genisys adalah bentuk pelecehan, alih-alih sebagai tribut dari dua film Terminator yang tak tergantikan.

Film ini saya nilai merusak alur cerita sehingga menciptakan sirkulasi waktu alternatif, tampak jelas semakin membingungkan.

Alur cerita film ini bermian dalam permainan waktu yang meloncat kesana-kemari dengan cepat, tanpa poin yang jelas.

Ingin cerita film ini seperti Back to the Future Part II (1989)? Jangan harap!

Arnold Schwarzenegger tetap impresif, namun figur Kyle Reese direndahkan derajat nya melalui performa hancur Jai Courtney bagaikan cyborg.

Hal itu terkadang membuat saya sulit membedakan, apakah ada miscasting atau memang menjadi lelucon studio membuat film Terminator parodi.

Begitu pula Sarah Connor yang diperankan Emilia Clarke begitu heroik belaka tanpa bermakna. 

Bahkan Christian Bale masih jauh lebih pantas sebagai John Connor dibandingkan Jason Clarke.

Diantara semuanya, yang terparah yakni sebuah pelintiran mengecewakan terhadap figur John Connor sendiri!

Tanpa buang-buang waktu mempertanyakan hal terperinci, alur cerita film ini dari awal hingga akhir, tidak menarik sama sekali.

Efek CGI terhadap re-kreasi adegan T-800 tiba di tahun 1984 dalam The Terminator sedikit menghibur meski penuh dengan kepalsuan.

Namun di sisi lain, efek CGI saat transformasi sebuah figur menjelang puncak laga, sungguh buruk bagaikan film animasi.

Terminator: Genisys mutlak terlupakan dari segala aspek, hingga saya pun lupa akan sosok T-3000 seperti apa.

Sebagai penggemar film Terminator, versi reboot ini cukup sekali saya tonton, lalu buang ke tempat sampah.

Itulah sinema aksi laga fiksi ilmiah review tiga film sekuel Terminator yang kini menjadi alternatif.

Score: 0 / 4 stars | Pemain: Arnold Schwarzenegger, Jason Clarke, Emilia Clarke, Jai Courtney, J.K. Simmons, Dayo Okeniyi, Matt Smith, Courtney B. Vance, Lee Byung-hun  | Sutradara: Alan Taylor | Produser: David Ellison, Dana Goldberg | Penulis: Berdasarkan karakter karya James Cameron dan Gale Anne Hurd. Naskah: Laeta Kalogridis, Patrick Lussier | Musik: Lorne Balfe | Sinematografi: Kramer Morgenthau  | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat  | Durasi: 126 Menit

Comments