Terminator: Dark Fate (2019), Sekuel Daur Ulang

terminator dark fate sekuel daur ulang
Paramount Pictures, 20th Century Fox

Sinema aksi laga fiksi ilmiah review Terminator: Dark Fate, sebuah sekuel daur ulang dari film-film sebelumnya.

Dua puluh delapan tahun sudah, secara tak terduga dirilis sebuah sekuel "resmi" dari sang kreator, James Cameron.

Terminator: Dark Fate diklaim sebagai kelanjutan kisah dari film Terminator 2: Judgment Day (1991).

Bagaikan menelan ludahnya sendiri, Cameron sebelumnya memuji film reboot Terminator Genisys (2015) yang bagi saya tidak perlu eksis karena memang konyol. 

Kembalinya Linda Hamilton serta tentu saja Arnold Schwarzenegger, serta disutradarai Tim Miller yang sukses melalui Deadpool (2016), awalnya menjanjikan.

Baca juga: Lintas Generasi Karakter dalam Film Sekuel

Namun setelah mengetahui sinopsis singkat serta menyaksikan trailer-nya, ekspektasi saya turun drastis seketika. 

Spekulasi pun berkembang melalui asumsi pribadi yang menyimpulkan bahwa film tersebut bagaikan sekuel daur ulang.

Maka timbul pertanyaan paling penting: Dimana John Connor?

Sejumlah hal yang mengganggu saya yakni figur kunci yang diperankan oleh Mackenzie Davis memiliki kemiripan dengan Terminator: Salvation (2009).

Figur yang diperankan Sam Worthington tersebut berperan sebagai "mentor" John Connor.

Adapun figur Terminator antagonis juga kurang berkesan dan terlalu mengandalkan CGI.

Terminator: Dark Fate diperburuk dengan adegan laga standar, meski aksi Sarah Connor terlihat impresif.

Sebelum taayng di bioskop, kontroversi seputar 
Terminator: Dark Fate mencapai puncaknya melalui respon Miller terhadap para penggemar.

Seperti biasa, Terminator: Dark Fate disinyalir mengandung politik identitas di dalamnya, terkait figur Grace dan Dani Ramos.

Maka sebuah pertanyaan besar timbul, seberapa bagus film ini?

Terminator: Dark Fate mengisahkan tentang seorang gadis bernama Daniella “Dani” Ramos (Natalia Reyes).

Ia diburu Terminator canggih tipe Rev-9 (Gariel Luna) dari masa depan, setelah menewaskan ayah dan saudara laki-lakinya.

Di saat bersamaan, Dani pun dilindungi seorang tentara dari masa depan bernama Grace (Mackenzie Davis) dengan kemampuan fisik yang telah ditingkatkan. 

Seketika mereka tengah berhadapan dengan Rev-9, Sarah Connor (Lina Hamilton) pun muncul untuk membasmi Terminator tersebut.

Kemunculan Connor berdasarkan sejumlah pesan yang diterimanya untuk membasmi para Terminator.

Mereka akhirnya mendatangi si pengirim pesan misterius tersebut, sambil mengakali cara memusnahkan Rev-9 untuk selamanya, sekaligus mencegah kiamat.

Selama dua jam penuh, Terminator: Dark Fate sejatinya tak lebih sebagai sekuel daur ulang, dengan kembali menggunakan formula sama, melalui inti cerita sebagai berikut:


review film terminator dark fate
Paramount Pictures, 20th Century Fox
 
Hadirnya para mesin pembunuh termasuk Terminator, memang berasal dari Cyberdine System yang berkembang menjadi Skynet.

Bedanya dalam Terminator: Dark Fate, penamaan Skynet diganti menjadi Legion.

Terminator T-800 Model 101 (Arnold Schwarzenegger) bersama dengan Sarah Connor, melindungi Dani dari ancaman Terminator Rev-9 seperti di film Terminator 2

Adapun peran Grace yakni sebagai figur tambahan, meminjam figur Kyle Reese dari film The Terminator (1984).

Baca juga: Terminator 2 : Judgment Day (1991), Dari Antagonis Menjadi Protagonis

Namun terdapat sejumlah perbedaan serta modifikasi minor dalam cerita film ini, yakni porsi figur jagoan kali ini lebih banyak diberikan kepada Sarah Connor dan Grace.

Sedangkan peran figur Terminator protagonis T-800 kurang signifikan meski tetap saja impresif.

Bintang utama dalam Terminator: Dark Fate tentu saja Sarah Connor yang kembali diperankan Linda Hamilton.

Figurnya tidak berubah sebagai seorang badass yang lebih matang dan emosi yang terkendali, tetap tampil prima dengan gayanya yang keren.

Justru yang menarik di film ini yakni koneksi dirinya dengan T-800 yang kembali diperankan Arnold Schwarzenegger.
, berdasarkan awal cerita sebelum kredit judul. 

Jika anda sempat melihat trailer-nya, dapat ditebak sisi humanis dari figur T-800 tersebut.

Interaksi diantara keduanya cukup mengejutkan berdasarkan kronologi cerita film ini, berkat performa cemerlang Schwarzenegger dan Linda Hamilton.

Sedangkan T-800 sendiri masih mampu mempertontonkan berbagai ciri dan gaya khasnya yang ikonik.

Meski demikian, boleh dibilang peran T-800 hanya membantu para protagonis utama, termasuk aksi laga nya bertarung dengan Rev-9.

Sementara figur Grace, seorang tentara perlawanan di masa depan, adalah hasil kombinasi dari Kyle Reese dari film The Terminator dan Marcus dari Terminator: Salvation.

Performa McKenzie Davis sebagai Grace yang awalnya saya ragukan, ternyata cukup baik dalam memainkan sisi emosionalnya.

Hal itu terungkap, terkait mengapa ia dikirim ke masa lalu guna melindungi Dani.

ulasan sinopsis film terminator dark fate
Paramount Pictures, 20th Century Fox

Sedangkan figur Dani yang diperankan Natalia Reyes malah terlalu instan dalam transisi sebagai gadis tangguh, setelah tragedi yang menewaskan keluarganya. 

Dani tidak mungkin bisa dibandingkan dengan Sarah Connor maupun John Connor di film The Terminator.  

Sepertinya problema terbesar memang terdapat pada figur antagonis klise Rev-9, melalui tampilan CGI membosankan.

Sosoknya merupakan kombinasi T-1000 dan T-X yang ditambah dengan kemampuan menggandakan dirinya menjadi Endoskeleton lincah.

Kelemahan utama Terminator: Dark Fate yakni, tidak terasa elemen thriller yang mampu menggenjot adrenalin di setiap adegan.

Penyajian film ini  sangat kontras dengan dua film terdahulu.

Mungkinkah ada pengaruh gaya superhero seperti film Deadpool dari Tim Miller sendiri?

Juga kurangnya intensitas emosi yang optimal terhadap hubungan antar figur protagonis dalam kisah film ini.

Miller tidak mampu memperagakan gaya yang telah diterapkan Cameron, melalui sejumlah akting dan adegan.

Elemen transisi gerak figur dan sorotan kamera, maupun peralihan sekuen yang dirasa tergesa-gesa, membuat Terminator: Dark Fate terasa membosankan.
   
linimasa enam film terminator

Begitu pula berbagai aksi laga yang dipertontonkan, rasanya kalah jauh dari film Terminator 2,.

Figur Rev-9 dirasa kurang menimbulkan rasa ketakutan akan ancaman nyata seperti halnya T-800 di film pertama dan T-1000 di film keduanya.


Adegan pengejaran kendaraan pun, saya rasa malah lebih menarik di film Terminator 3 dan Terminator: Salvation.

Begitu pula penyelesaian akhir cerita juga kurang menimbulkan kesan yang bermakna. 

Satu-satunya yang menarik dalam film ini terdapat di awal adegan sebelum kredit judul, yakni efek De-Aging melalui CGI.

Adegan itu membangkitkan kembali memori dari film sebelumnya, lalu scoring orisinal adegan tersebut kembali dipergunakan.  

Terminator: Dark Fate miskin ide segar, alih-alih melanjutkan kisah petualangan T-800 yang sesungguhnya telah mematikan diri.

Hal paling krusial yakni apa yang terjadi selanjutnya dengan Sarah dan John Connor.

Film ini malah menjadi sekuel daur ulang dari kedua film sebelumnya dengan cara menggantikan beberapa figur baru. 

Lalu untuk apa hingga melibatkan enam orang termasuk Cameron sendiri, dalam menggarap ceritanya?

Akhirnya jelas, bahwa waralaba film Terminator tidak perlu dilanjutkan, sejak penilaian saya terhadap seri ketiga dan keempat lebih baik daripada film ini.

Demikian sinema aksi laga fiksi ilmiah review Terminator: Dark Fate, sebuah sekuel daur ulang dari film-film sebelumnya.

Score: 1.5 / 4 stars

Terminator : Dark Fate | 2019 | Fiksi Ilmiah, Aksi Laga | Pemain: Linda Hamilton, Arnold Schwarzenegger, Mackenzie Davis, Natalia Reyes, Gabriel Luna, Diego Boneta, Edward Furlong | Sutradara: Tim Miller | Produser: James Cameron, David Ellison | Penulis: Berdasarkan karakter karya James Cameron dan Gale Anne Hurd. Dikembangkan oleh James Cameron, Charles Eglee, Josh Friedman, David Goyer, Justin Rhodes. Naskah: David Goyer, Justin Rhodes, Billy Ray | Musik: Junkie XL | Sinematografi: Ken Seng | Distributor: Paramount Pictures (Amerika Serikat), 20th Century Fox (Internasional) | Negara: Amerika Serikat  | Durasi: 128 Menit

Comments