The Fury (1978) : Senjata Mematikan Telekinesis

the fury senjata mematikan telekinesis
20th Century Fox

Sinema horor review The Fury, film fiksi ilmiah yang memanfaatkan manusia dengan senjata mematikan berupa telekinesis.

Mungkin film populer yang mengisahkan kekuatan psikis berupa telekinesis mematikan yang dimiliki seseorang, adalah Carrie (1976).

Namun di tahun yang sama, terbit sebuah novel dengan tema serupa melalui penceritaan yang lebih kompleks dan menarik.

Maka dua tahun kemudian, novel itu diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama, yakni The Fury.

Sang penulis novel John Farris sendiri yang mengembangkan cerita ke dalam bentuk naskah film.

Adapun bangku sutradara diberikan kepada  Brian DePalma, dengan ciri khas genre suspens dan thriller bergaya Hitchcock.

Baca juga: Doctor Sleep (2019) : Visi Brilian Sekuel 'The Shining'

Duet aktor veteran Kirk Douglas dan John Cassavetes, masing-masing memerankan figur penting dalam cerita dengan berbagai intrik rumit.

Film The Fury sukses dalam perolehan pendapatan dari bujet yang dikeluarkan, sekaligus dipuji oleh para kritikus.

Sajian scoring elegan yang diaransemen John Williams, serta artis efek spesial Rick Baker dan William J. Tutle yang mendapatkan penghargaan Saturn Awards.

The Fury mengisahkan saat Peter (Kirk Douglas) dan putranya, Robin (Andrew Stevens) sedang berlibur di Israel.

Mereka bertemu dengan kawan lama Peter, yakni Ben (John Cassavetes) seorang agen CIA

Namun seketika mereka bertiga diserang oleh sekelompok teroris.

Selang beberapa bulan kemudian di Chicago, seorang remaja bernama Gillian (Amy Irving) menemukan dirinya memiliki kekuatan telekinesis.

Ia berpotensi membahayakan orang lain, karena kekuatan besarnya itu.

Gillian pun dengan sukarela mendatangi Paragon Institute yang dipimpin Dr. Keever (Charles Durning), guna mengontrol kekuatan telekinesis nya.

Sementara Peter yang ternyata masih hidup, melacak keberadaan Robin hingga tiba di Chicago.

Peter lalu bertemu dengan kekasihnya, Hester (Carrie Snodgress) yang bekerja pada Paragon Institute

Melalui Hester, Peter menemukan sebuah petunjuk dari keberadaan Gillian, guna menemukan Robin.

Sangat disarankan sebelum menonton film ini, agar jangan pernah sekalipun membaca alur ceritanya, karena tidak akan seru dan keburu basi. 

Meski sesungguhnya premis The Fury tidak menyimpan sebuah pelintiran besar yang mengejutkan.

Saya yang tidak pernah baca novelnya, saat menikmati film ini dari awal hingga tuntas, tampak begitu terasa gaya penyajian nya.

Gaya penuturan film ini sepintas mirip dengan gaya Stephen King, dengan menekankan elemen suspens.

Apalagi The Fury diarahkan DePalma yang menangani adaptasi pertama Stephen King yakni Carrie.

review film the fury
20th Century Fox

Melalui durasi film yang hampir dua jam tersebut, dapat disimpulkan bahwa genre ini tak hanya berbicara tentangi drama thriller suspens semata.

Narasi The Fury memuat kombinasi genre fiksi ilmiah dan supranatural menuju horor, serta selingan aksi laga.

Hal tersebut menjadi pembeda film The Fury dengan film Carrie.

Struktur ceritanya boleh dikatakan dibagi dalam dua bagian utama, yang pertama yakni figur Peter harus berhadapan dengan sejumlah lawan yang dihadapi.

Ia pun sekaligus bertekad menemukan Robin yang diyakini telah diculik.

Sedangkan yang struktur cerita kedua yakni figur Gillian sebagai seorang gadis remaja reguler, yang menyadari akan kekuatan telekinesis mematikan,

Keduanya berada dalam alur berbeda secara pararel, sehingga dipersatukan degan tujuan yang sama, menghadapi musuh bersama.

Meski demikian, hal yang menarik dalam The Fury bukan terletak pada figur antagonis atau berupa konspirasi.

Aspek terpenting dan signifikan di film ini adalah proses menuju sebuah konklusi, serta cara menggapai sebuah solusi akhir.

Keunggulan naskah yang disusun sendiri oleh John Farris, mampu diwujudkan Brian DePalma menjadi tontonan menakjubkan.

Hal itu dimulai sejak adegan pembuka, diikuti erupa serangkaian aksi laga ketika para teroris, sehingga terkesan sebagai 
film aksi laga tentang agen rahasia atau pasukan khusus.

ulasan film the fury
20th Century Fox

Banyak trik yang dilakukan dalam The Fury, saat adegan beralih kepada alur dan lokasi berbeda tentang figur Gillian yang bernuansa drama.

Hingga alur cerita mengalir, perlahan tapi pasti menuju intensitas dan kejutan.

Aktor legendaris Kirk Douglas yang memerankan Peter, bermain prima di film ini melalui berbagai aksi impresif.

Sementara John Cassavetes  dan Andrew Stevens menunjukkan performa yang tak kalah meyakinkan.

Figur Gillian yang diperankan Amy Irving sekilas mengingatkan akan figur Carrie, meski secara interaksi sosial jauh lebih baik.

Eksplorasi sisi emosional nya mulai teruji, saat mengalami transisi sebagai seseorang yang menjadi ancaman menakutkan.

Sebuah visual seperti mimpi buruk yang dialami Gillian, mampu membangun komunikasi dengan Robin.

Hal itu diwujudkan dengan gaya supsens horor psikologis, dalam teknik pengambilan gambar yang dramatis terhadap suasana yang bikin bulu kuduk merinding.

sinopsis film the fury
20th Century Fox

Selain itu, sorotan dari berbagai sudut pandang kamera terutama dalam adegan akhir ledakan, melalui sebuah efek spesial menakjubkan sekaligus mengerikan.

Adegan final tersebut adalah yang terbaik sekaligus mengagumkan, melalui ulangan dari berbagai sudut pandang kamera.

Dua belis menit menuju akhir. sungguh mengerikan dan menakutkan.
 
 

Emosi audiens tentu saja dibantu musik dan scoring yang terasa begitu riil sekaligus megah, berkat aransemen dari seorang John Williams dan London Symphony Orchestra.


The Fury adalah sebuah kombinasi yang nyaris sempurna antar genre yang bertemakan tentang kekuatan telekinesis sebagai senjata mematikan.

Film ini unggul dalam penyusunan cerita yang sangat tak disangka sepanjang jalan menuju akhir.

Demikian sinema horor review The Fury, film fiksi ilmiah yang memanfaatkan manusia dengan senjata mematikan berupa telekinesis.

Score : 3.5 / 4 stars

The Fury | 1978 | Suspens, Horor, Fiksi Ilmiah | Pemain: Kirk Douglas, John Cassavetes, Carrie Snodgress, Charles Durning, Amy Irving, Andrew Stevens, Fiona Lewis | Sutradara: Brian DePalma | Produser: Frank Yablans | Penulis: Berdasarkan novel The Fury karya John Farris. Naskah: John Farris | Musik: John Williams | Sinematografi: Richard H. Kline | Distributor: 20th Century Fox | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 118 Menit

Comments