Doctor Sleep (2019) : Visi Brilian Sekuel ‘The Shining’

doctor sleep visi brilian sekuel the shining
Warner Bros Pictures
 
Sinema horor review film 
Doctor Sleep, sebuah visi brilian akan sekuel The Shining adaptasi novel karya Stephen King. 

Harus diakui bahwa The Shining (1980) merupakan salah satu film horor terbaik sepanjang masa.

Film tersebut punya pengaruh besar berkat visi brilian Stanley Kubrick dalam mewujudkan sesuatu yang mengerikan, meski ambigu sekalipun.

Ironisnya, meski sang Stephen King kurang menyukai film adaptasi versi Kubrick tersebut .

Beberapa dekade setelahnya, King menerbitkan sekuel dari novelnya, yakni Doctor Sleep di tahun 2013. 

Warner Bros selaku pemilik film, segera membeli hak kepemilikan novel tersebut, melalui produser Akiva Goldsman yang menuliskan naskahnya sendiri.

Hingga kesuksesan film adaptasi King lainnya, yakni It (2017), maka proyek tersebut diteruskan dengan menunjuk Mike Flanagan sebagai sutradara.

Flanagan juga menuliskan ulang naskah yang telah dibuatkan Goldsman.

Kerja ekstra yang dilakukan Flanagan adalah melakukan penggabungan, antara elemen dari novel yang semula ditulis King dengan versi film yang pernah digarap Kubrick. 

Kisah film Doctor Sleep fokus pada figur Danny Torrance versi dewasa yang diperankan Ewan McGregor.

Sedangkan figur Dick Halloran dan Wendy Torrance kembali hadir, kali ini diperankan masing-masing oleh Carl Lumbly dan Alex Essoe.


Baca juga: The Shining (1980) : Adaptasi Terbaik yang Dibenci oleh Stephen King 

Doctor Sleep mengisahkan seorang bocah laki-laki bernama Danny Toorance yang selamat bersama ibunya, setelah peristiwa horor di Overlook Hotel.

Kini, Danny (Ewan McGregor) selalu menyingkirkan trauma sekaligus meredam kekuatan “Shining” yang dimilikinya, dan menjadi alkoholik.

Sementara itu, Rose the Hat (Rebecca Ferguson) merupakan salah satu anggota True Knot yang paling berpengaruh. 

Mereka hidup dengan cara menghisap “Shining” yang diproduksi oleh manusia saat sedang sekarat menuju kematian. 

Metode yang mereka gunakan yakni menculik serta membunuh para korbannya.

Suatu ketika, Danny yang baru pindah ke sebuah kota kecil, menerima sejumlah pesan dari seorang gadis cilik bernama Abra (Kyliegh Curran), melalui telekinesis. 

Saat komplotan True Knot membunuh seorang bocah lelaki, Rose kemudian mengetahui kehadiran Abra yang memiliki kekuatan besar “Shining”.

Sejak saat itu, Abra yang penasaran mulai memasuki pikiran Rose, begitu pula sebaliknya Rose mulai mengincar Abra sebagai sebuah ancaman besar.

Rose dan kelompoknya berupaya untuk menemukan sekaligus membunuh Abra.

Maka, Danny yang mengetahui situasinya, mengingatkan Abra untuk tetap menghindari mereka.

Hingga pada suatu momen, Danny dan Abra dibantu dengan Billy, menyiapkan rencana kejutan untuk Rose dan True Knot.

review film doctor sleep
Warner Bros Pictures

Sesuai dengan penyajian dari trailer, salah satu tendensi film Doctor Sleep memang seperti ingin bernostalgia kembali terhadap film The Shining.

Namun selain itu, tentu saja kedua film tersebut mengadaptasi masing-masing kedua novel yang ditulis Stephen King.

Selama sekitar 2,5 jam, Doctor Sleep memaparkan kontinuitas dari film The Shining yang awalnya dibuka melalui linimasa pararel dengan setting waktu tahun 1980.

Sementara berada di lokasi lain, sang antagonis Rose dan True Knot beraksi terhadap salah satu korban.

Setelah peristiwa di Overlook Hotel, Danny dan ibunya, Wendy tinggal di Florida, namun Danny masih diteror oleh salah satu hantu tersebut.

Oleh karena itu, Dick Halloran memberikan sebuah saran terhadap Danny.

Lalu kisah melompat menuju tahun 2011 saat Danny versi dewasa menjadi seorang alkoholik, serta tiba di sebuah kota kecil dan bertemu Billy.

Ia pun bekerja sebagai perawat di klinik, maka judul "Doctor Sleep" kemudian terungkap setelahnya.

Hingga akhirnya kisah utuh dalam Doctor Sleep mulai terjadi di tahun 2018 yang mempertemukan tiga alur antara Danny, Rose serta Abra. 

Sepertinya Flanagan berusaha keras memberikan atmosfir yang sama dari film The Shining, melalui rtime yang cukup lamban hampir di setiap adegannya.

Bagaimana pun juga, film ini tidak pernah kurang akan aura horor yang kuat.

Baca juga: The Fury (1978) : Senjata Mematikan Telekinesis 

Gaya penyutradaraan Flanagan tampak lebih dinamis, yang sesekali bergerak cukup cepat, dibandingkan versi Kubrick yang fokus pada seluruh peristiwa di satu lokasi saja. 

Meski saya tidak pernah membaca kedua novelnya, sangat terasa akan sejumlah teror serta intrik nyata antar figur, melalui adegan dan dialog dalam film ini.

Yang paling menarik yakni elemen jump scare yang dipertunjukkan dengan teknik berkualitas, sehingga aspek kengerian Doctor Sleep amat terasa sama seperti film The Shining.

Seiring dengan hal tersebut, scoring serta sejumlah efek suara pun memang diarahkan untuk menyamai filmnya terdahulu.

Hanya saja di film ini, efek suara berupa degup jantung yang sering terdengar dalam beberapa adegan intens.

Tentu saja tema musik The Shining dalam kredit pembuka nya itu, kembali ditampilkan di film ini meski hanya berdurasi singkat.

Terdengar dua kali, yakni sesaat setelah logo distributor dan di salah satu adegan spesifik.

ulasan sinopsis film doctor sleep
Warner Bros Pictures

Berbagai adegan ikonik dan memorable dalam film The Shining kembali muncul, meski kali ini malah lebih mendebarkan dan mengejutkan di setiap adegan, hingga menuju akhir cerita.

Petualangan Danny Torrance versi dewasa yang diperankan Ewan McGregor, menekankan sikap anti-hero atas potensi yang dimiliki berdasarkan sebuah trauma.

Film Doctor Sleep menunjukkan bagaimana sosok Danny akhirnya berada dalam transisi yang sama seperti ayahnya yakni Jack Torrance sebagai seorang alkoholik.

Narasi film ini boleh dibilang seperti seseorang yang adiktif, dengan jiwa perlahan terkuras oleh kekuatan jahat.

Performa McGregor memang impresif, namun aksen British-nya masih saja terdengar sesekali. 

Sedangkan performa aktris cilik Kyliegh Curran sebagai Abra begitu meyakinkan dan sama kuatnya.

Justru yang paling mengagumkan yakni figur Rose yang diperankan Rebecca Ferguson, pada awalnya terkesan sebagai antagonis murni.

Sebuah transisi halus, lambat laun malah dirinya mulai teruji dan diragukan, karena berbagai kesangsian saya terhadapnya. 

Baca juga: Lintas Generasi Karakter dalam Film Sekuel 

Narasi Doctor Sleep sendiri sepertinya tidak semerta-merta memunculkan kekuatan jahat yang menjadi ancaman bagi para protagonis untuk bertahan hidup.

Kali ini, filmnya beralih tentang bagaimana adu kekuatan dari taktik yang dilakukan oleh kedua belah pihak, melalui figur kunci yakni Danny Torrance.

Meski Doctor Sleep masih kalah dengan film The Shining, namun kontinuitas kisahnya melalui pengembangan karakterisasi, saya rasa lebih kompleks.

Film ini mampu menghadirkan berbagai kejutan baru dan memuaskan secara keseluruhan.

Tanpa harus terlebih dahulu menonton film The Shining, film ini cukup gamblang dalam memaparkan kisah balik peristiwa terdahulu, melalui sejumlah dialog yang terungkap.

Dalam sepuluh hingga lima belas menit terakhir terjadi anti klimaks melalui solusi terhadap kisah film ini.

Doctor Sleep mampu mengangkat kembali nostalgia sekaligus tribut film The Shining, melalui visi brilian yang mampu dieksekusi dengan baik oleh Flanagan.

Film Doctor Sleep memang pantas sebagai sekuel, karena jika film The Shining dibuat ulang, maka akan tercela. 

Lagipula versi format mini seri film The Shining (1997) pun, tidak pernah saya lirik.

Demikian sinema horor review film Doctor Sleep, sebuah visi brilian akan sekuel The Shining adaptasi novel karya Stephen King. 

Score : 3.5 / 4 stars

Doctor Sleep | 2019 | Horor, Supranatural | Pemain: Ewan McGregor, Rebecca Ferguson, Kyliegh Curran, Carl Lumbly, Zahn McClarnon, Emily Alyn Lind, Bruce Greenwood | Sutradara: Mike Flanagan | Produser: Trevor Macy, Jon Berg | Penulis: Berdasarkan novel Doctor Sleep karya Stephen King. Naskah: Mike Flanagan | Musik: The Newton Brothers | Sinematografi: Michael Fimognari | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 152 Menit

Comments