Sleepaway Camp (1983) : Horor Slasher Kontroversial Paling Mengejutkan

sleepaway camp horor slasher kontroversial mengejutkan
United Film Distribution Company

… you won’t be coming home!

Sinema horor review Sleepaway Camp, film slasher kontroversial yang paling mengejutkan.

Menjelang akhir 70’an hingga awal 80’an, popularitas film horor slasher mengalami puncak kejayaan yang ditandai dengan begitu banyaknya rilisan.

Dari sekian banyak film tersebut, ada yang langsung populer dan ada yang seiring berjalannya waktu, berstatus kultus. 

Tak terkecuali Sleepaway Camp pada era internet saat ini, dinilai sebagai salah satu film horor kontroversial yang paling mengejutkan.

Sleepaway Camp atau dengan judul lain yakni Nightmare Vacation, adalah sebuah film horor kecil yang ditulis serta disutradarai oleh Robert Hiltzik. 

Meski dengan keterbatasan biaya akan kuota tayang di bioskop serta jajaran kru yang tidak dikenal, Sleepaway Camp cukup sukses secara pendapatan.

Sekilas dari premisnya, Sleepaway Camp mirip dengan film sejenis pendahulunya yang lebih sukses, yakni Friday the 13th (1980) dengan dukungan studio besar.

Namun karena mengangkat sejumlah tema kontroversial serta akhir cerita yang sangat mengejutkan, Sleepaway Camp merupakan horor slasher unik.

PERINGATAN! Jika anda belum pernah menonton film ini, jangan pernah sesekali mengetahui bocoran ceritanya. 

Saya berusaha menutup rapat setiap bocoran yang ada. Bagi anda penggemar film horor, sangat disarankan untuk segera tonton film ini.

Sleepaway Camp mengisahkan tentang kakak-beradik yakni Ricky (Jonathan Tiersten) dan Angela (Felissa Rose) mengikuti perkemahan musim panas. 

Angela adalah seorang gadis berusia 13 tahun yang sangat pemalu dan pendiam, sehingga seringkali mendapatkan bully.

review film sleepaway camp
United Film Distribution Company

Angela hanya berdiam diri dan tidak pernah mengikuti sejumlah kegiatan, kerap dikecam oleh Judy (Karen Fields) serta pembimbing siswi, yakni Meg (Katherine Kamhi). 

Begitu juga para siswa yang berusaha mendekatinya sekaligus menjadi sasaran bully.

Hal tersebut membuat gusar Ricky yang ironisnya tertarik pada Judy, selalu membela Angela. 

Untung saja pembimbing siswi lainnya yakni Susie serta ketua pembimbing yakni Ronnie (Paul DeAngelo) berusaha menolong Angela.

Adapun sahabat Ricky bernama Paul (Christopher Collet) mulai mengajak Angela berkomunikasi.

Mereka akhirnya perlahan mulai berbincang satu-sama lain, serta tumbuh ketertarikan satu-sama lain.


Sementara, seorang pembunuh misterius mulai melakukan aksinya satu-persatu.

Sang pemilik perkemahan yakni Mel (Mike Kellin) pada mulanya mengacuhkan hal tersebut, yang ia anggap sebagai sebuah insiden.
  
Tampak dari ceritanya, film Sleepaway Camp menyajikan sesuatu yang standar dan klise, tipikal horor slasher Amerika. 

Adapun salah satu tema yang diangkat, yakni korban bullying menjadi problema sentral terhadap figur utamanya yakni Angela.

Sedangkan figur protagonis lainnya yakni Ricky, selalu membelanya, mengingat ia adalah saudaranya sendiri. 

Namun melalui figur Paul, maka Angela perlahan mulai membuka diri melalui komunikasi menuju romantisme dalam masa pubertas remaja.

Adapun penggambaran figur antagonis tentu saja hadir dalam diri Judy dan Meg, serta sekelompok kawanan seperti Kenny dan Mike yang sempat berseteru dengan Ricky. 

Sekali lagi, tipikal standar klise ala horor slasher Amerika selalu menghadirkan hal tersebut.
 
ulasan sinopsis film sleepaway camp
United Film Distribution Company

Ditambah lagi dengan figur eksentrik Dr. Martha, si tua nakal Mel, seorang koki bernama Artie.

Tak kalah mengejutkan dalam cerita ini yakni sekilas adegan ranjang akan sepasang homoseksual.

Sleepaway Camp menambah rumit akan sejumlah elemen dalam zona abu-abu, melabrak generalisasi akan sisi baik versus sisi jahat semata.

Hal itulah yang menjadi keistimewaan film ini dalam menyajikan sejumlah tema kontroversial di jamannya, maka jelas Sleepaway Camp bukanl versi lain dari Friday the 13th.

Kreativitas sejumlah adegan pembunuhan dan kematian korban yang tersaji dalam penggunaan efek praktis tentunya, dinilai medioker.

Level kesadisan adegan pembunuhan di film ini cukup medioker.

Berkat arahan Hiltzik, penyajian di setiap adegan, mulai dari pembuka dirasa berbeda dari film sejenis. 

Begitu masuk ke dalam suasana awal aktivitas perkemahan pun, terasa seperti drama remaja yang fokus pada pubertas dan bullying.

Baca juga: Black Christmas (1974) : Perintis Horor Slasher Tematik dan Berpengaruh

Suasana mencekam saat sang pembunuh beraksi dengan hanya memperlihatkan tangannya, dibangun perlahan namun efektif.

Adapun pergerakan kamera yang mengarah sekaligus mendekati calon korban yang akan dibunuh, dieksekusi cukup cerdik.

Saat pertama kali menonton Sleepaway Camp, saya pun kesulitan menebak siapa pembunuh sebenarnya.

Hal itu sulit dianalisa sesaat dalam benak bersamaan dengan alur cerita yang saya ikuti. 

Perlahan demi perlahan, misteri mulai terungkap sedikit, meski akhirrya  mampu mengelabui audiens.

Hal itulah yang membuat Sleepaway Camp menjadi salah satu film horor slasher dengan sejumlah tema kontroversial yang paling mengejutkan secara eksplisit di akhir cerita. 

Mulut saya hingga ternganga waktu itu, sungguh syok!  

Demikian sinema horor review Sleepaway Camp, film slasher kontroversial yang paling mengejutkan.

Score: 3.5 / 4 stars

Sleepaway Camp | 1983 | Horor | Pemain: Mike Kellin, Katherine Kamhi, Paul DeAngelo, Jonathan Tiersten, Felissa Rose, Karen Fields, Chirstopher Collet | Sutradara: Robert Hiltzik | Produser: Jerry Silva, Michele Tatosian | Penulis: Robert Hiltzik | Musik: Edward Bilous | Sinematografi: Benjamin Davis, David M. Walsh | Distributor: United Film Distribution Company | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 84 Menit

Comments