3 Generasi ‘Shaft’ dalam 5 Film

tiga generasi shaft lima film
Metro-Goldwyn-Mayer, Paramount Pictures,Warner Bros Pictures, Netflix

“Can you dig it?”

Sinema aksi laga review tiga g
enerasi Shaft dalam lima film.

Lima film ikonik Shaft merupakan waralaba populer yang hadir sejak era 1970'an hingga kini, melalui tiga generasi berbeda.

Industri perfilman Hollywood dalam masa "New Hollywood", terdapat revolusi terhadap narasi dalam eksploitasi semua aspek.

Fenomena Blaxploitation merupakan salah satu representasi akan komunitas Afro-America yang signifikan sejak dulu kala, bagian dari kultur Amerika itu sendiri. 


Baca juga: Us (2019): Horor Blaxploitation dan Doppelganger 

Waralaba film Shaft menjadi bagian dari budaya populer, sebagai representasi kultur spesifik.

Shaft adalah salah satu wujud Blaxploitation pertama dan terpopuler dari sekian banyak film sejenis.

Trilogi film Shaft telah dirilis yaitu Shaft (1971), Shaft’s Big Score (1972) serta Shaft in Africa (1973).

Tiga film itu mengisahkan sepak terjang detektif John Shaft yang diperankan Richard Roundtree.

Dua film pertama disambut dengan baik dan sukses, hanya saja film ketiga agak mengecewakan. Ketiga film tersebut cenderung sajikan action thriller petualangan.

Pada tahun 2000, Samuel L. Jackson berperan sebagai John Shaft II, keponakan dari John Shaft yang kembali diperankan Richard Roundtree sebagai cameo

Alih-alih disebut sebagai reboot, malah film dengan judul Shaft, merupakan sekuel berdasarkan perbedaan generasi. 

Baca juga: Lintas Generasi Karakter dalam Film Sekuel

Sajian film ini lebih serius, cenderung kepada drama thriller.

Kini 19 tahun kemudian, Shaft hadir kembali dengan memakai judul yang sama, dengan cerita fokus pada generasi ketiga, yaitu John “JJ” Shaft Jr. (Jessie Usher) sebagai anggota FBI.

Ia adalah putra dari John Shaft II (Samuel L. Jackson) sekaligus cucu dari John Shaft (Richard Roundtree). 

Eksperimen pun kembali dihadirkan melalui genre aksi laga komedi di film tersebut, lalu apakah bakal sukses? Kita lihat nanti! 

review film shaft generasi pertama
Metro-Goldwyn-Mayer
Shaft (1971)

Don’t let your mouth get your ass in trouble.”

John Shaft (Richard Roundtree), seorang detektif swasta tengah diburu gangster.

Maka terjadi insiden yang tewaskan salah satu anak buah gangster.

Shaft didesak Letnan Polisi Vic Androzzi (Charles Cioffi) untuk jelaskan duduk perkara nya, namun ia enggan memberikan jawaban pasti.

Shaft mengetahui bahwa pimpinan gangster tersebut, 
Bumpy Jonas (Moses Gunn) merupakan penguasa Harlem/

Bumpy kemudian sewa jasa Shaft untuk temukan putri nya yang hilang, karena diyakini telah diculik sejumlah musuh nya.

Shaft awal nya enggan lakukan pekerjaan kotor itu, namun akhir nya menerima.

Sejumlah petunjuk ia dapatkan dan mengarah kepada Ben Buford (Christopher St. John) sebagai salah satu tersangka.

Saat Shaft melakukan konfrontasi dengan Buford, terjadi penyerangan oleh sekelompok orang tak dikenal. 

Maka Shaft mengumpulkan sejumlah informasi terkait keterlibatan pihak tertentu, guna menjalankan misi nya tersebut.

Shaft tidak seperti beberapa film sejenis seperti Dirty Harry atau The French Connection dirilis pada tahun yang sama.

Film ini sejak awal menyajikan sekaligus memperkenalkan figur eksentrik John Shaft dengan pendekatan berbeda dan malah timbulkan tanda tanya besar.

Dalam awal cerita terkesan bahwa John Shaft bukan seorang detektif prosedural dan malah cenderung badass serta vigilante terhadap para lawan.

Ia bahkan kerap menghindar dengan memberi jawaban mengambang kepada Androzzi.

Mirip dengan Dirty Harry, pada seperempat atau bahkan setengah awal cerita, sangat terasa ritme lambat dalam alur yang disusun, dengan sesekali selingan aksi laga.


ulasan film shaft generasi pertama
Metro-Goldwyn-Mayer
Film Shaft fokus sebagai thriller suspens seputar investigasi penculikan, hingga akhirnya menuju sebuah konklusi.

Timbul nya pertentangan emosional, berakhir dengan adegan aksi yang seru.

Performa Richard Roundtree sebagai John Shaft memang pas, serta punya karisma tersendiri.

Ia adalah figur anti hero keren, dengan ciri khas busana yang dikenakan berupa jaket kulit.

Lontaran dialog nya sangat menarik, sekaligus beberapa pernyataan menohok terhadap lawan bicaranya.

Begitu pula dengan para aktor pendukung lain, sungguh punya karakter yang kuat dan mampu mengerahkan performa emosional brilian.

Shaft sejatinya adalah film crime thriller suspens dengan bumbu aksi laga, digarap dengan gaya serius namun ada selingan humor segar.

Dialog diantara John Shaft dengan Vic Androzzi saling mengejek warna kulit, atau adegan saat mempersiapkan bahan peledak, sungguh cerdas.

Terkait Blaxploitation di era 1970’an, kultur Afro-America saat itu dirasa lebih normal serta mature melalui aksi dan dialog dalam lingkungan kulit hitam Amerika.

Dialog yang hadir pun meski khas menggunakan “Slang” ala Kulit Hitam, namun terdengar menarik, tanpa perlu banyak kata sumpah serapah.


sinopsis film shaft generasi pertama
Metro-Goldwyn-Mayer
Begitu pula dengan scoring ala musik jazz yang umum dalam film di era tersebut, serta lagu soundtrack yang dilantunkan Isaac Hayes, berakar dari soul, R&B, serta funk. 

Bahkan tema lagu nya pun diganjar penghargaan Oscar dalam kategori Best Original Song.

Arahan sineas Gordon Parks, mampu buktikan kepiawaian dalam melakukan ransformasi dari figur kulit putih dari novel, menjadi figur kulit hitam dalam film.

Kejelian Gordon Parks manfaatkan momentum untuk mengangkat kulit hitam heroik sekaligus disegani, mamu samakan level dominasi kulit putih dalam fiksi aksi laga.

Film Shaft menandakan awal kepopuleran Blaxploitation dalam sejarah perfilman Amerika, sebagai bagian dari budaya populer global, sekaligus menjadi hiburan menjanjikan.

Maka tak heran jika film ini masuk ke dalam National Film Registry melalui Library of Congress.

Score: 3.5 / 4 stars | Pemain: Richard Roundtree, Moses Gunn, Charles Cioffi, Christopher St. John, Gwenn Mitchell | Sutradara: Gordon Parks | Produser: Joel Freeman | Penulis: Berdasarkan novel Shaft karya Ernest Tidyman. Naskah: Ernest Tidyman, John D.F. Black | Musik: Isaac Hayes, Johnny Allen | Sinematografi: Urs Furrer | Distributor: Metro-Goldwyn-Mayer | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 100 Menit




review film shafts big score
Metro-Goldwyn-Mayer
Shaft’s Big Score (1972)
 
Sahabat Shaft (Richard Roundtree) bernama Willy terbunuh.

Ia meninggalkan sejumlah uang yang diincar rekan bisnis nya, Johnny Kelly (Wally Taylor), yang memiliki hutang akibat aktivitas judi.

Kelly kemudian melakukan kesepakatan untuk lunasi hutang nya kepada mafia bernama Gus (Joseph Mascolo).

Gus mengancam adik Willy bernama Arna (Rosalind Miles) yang merupakan kekasih Shaft.

Untuk mengulur waktu sambil terus mencari uang yang disembunyikan Willy, Kelly juga membuat kesepakatan dengan pimpinan gangster.

Orang yang dimaksud adalah musuh bebuyutan Shaft, yaitu Bumpy (Moses Gunn), akibat nya kedua gangster saling bentrok akibat ulah Kelly.

John Shaft (Richard Roundtree) sadar akan situasi tersebut, terpaksa harus selesaikan semua nya.

Hal itu diperumit dengan investigasi yang datang dari Kapten Polisi Bollin (Julius Harris).

Tidak seperti film terdahulu, kali ini Shaft’s Big Score menyajikan intrik signifikan dari figur Kelly.

Narasi adu domba diantara kedua kubu gangster, membuat John Shaft dituduh sebagai kambing hitam. 

ulasan sinopsis film shafts big score
Metro-Goldwyn-Mayer
Shaft’s Big Score dirasa memiliki rtime yang lebih lambat dari film sebelum nya.

Adegan pembuka film ini cenderung monoton, tanpa disertai scoring sedikit pun.

Dilanjutkan dengan adegan dan pengenalan figur mafia Gus yang tiba di sebuah apartemen.

Tampak Gus dengan santai memainkan klarinet, lalu mereka berbincang tentang Willy dan hutang nya itu.

Untung saja setelah nya, sejumlah adegan kembali bergulir normal dan lebih menarik, meski terjadi penurunan kualitas dialog dan humor.

Performa Richard Roundtree sebagai John Shaft masih sama dan tidak hilang karisma kuat, begitu pula dengan Moses Gunn yang kembali tampil sebagai Bumpy.

Kali ini, Wally Taylor yang berperan sebagai Kelly cukup meyakinkan dan setara dengan figur Ben Buford dalam film terdahulu.

Hanya saja ikatan dinamis antara Shaft dan dua figur polisi, yaitu Bollin dan anak buah nya kurang terasa.

Bagaimanapun juga adegan aksi laga menjelang akhir cerita dari area pemakaman hingga ke dermaga di pinggiran Kota New York, cukup megah untuk obati sedikit kejenuhan.

Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Richard Roundtree, Moses Gunn, Drew Bundini Brown, Wally Taylor, Joseph Mascolo, Julius Harris, Joe Santos, Rosalind Miles | Sutradara: Gordon Parks | Produser: Roger Lewis, Ernest Tidyman | Penulis: Berdasarkan karakter karya Ernest Tidyman. Naskah: Ernest Tidyman | Musik: Gordon Parks | Sinematografi: Urs Furrer | Distributor: Metro-Goldwyn-Mayer | Negara: Amerika Serikat  | Durasi: 104 Menit 


review film shafts in africa
Metro-Goldwyn-Mayer
Shaft in Africa (1973)

John Shaft (Richard Roundtree) mendapatkan misi dari Wassa (Debebe Eshetu) melalui arahan Kolonel Gonder (Marne Maitland) dari Adis Ababa.

Ia berupaya membongkar perdagangan manusia melalui jalur Perancis yang didalangi Amafi (Frank Finlay).

Dibantu putri Wassa yaitu Aleme (Vonetta McGee), Shaft mempelajari bahasa, kultur dan geografi Etopia, guna menyamar menjadi salah satu budak yang akan diperdagangkan dari Afrika.

Namun misi Shaft tersebut menemui kendala saat Amafi mengetahui rencana mereka dan berniat untuk membunuh nya sebelum aktivitas perdagangan manusia terbongkar.

Tanpa keterlibatan Gordon Parks, Ernest Tidyman, serta sejumlah kru yang sama dalam dua film terdahulu, Shaft in Africa menawarkan petualangan dengan rasa berbeda.

Jika dua film sebelum nya bergaya neo-noir, kini menjadi petualangan Shaft bagaikan James Bond melalui berbagai peralatan spionase.


ulasan sinopsis film shafts in africa
Metro-Goldwyn-Mayer
Dengan lokasi cerita di Perancis dan Afrika, film ini seperti sempalan dari tema penyelundupan narkoba di era 1970’an.

Ada kombinasi saga John Shaft di padang gurun Afrika, dengan gaya aksi laga film western.

Masih menggunakan formula sama terhadap hal vulgar dan kekerasan, petualangan Shaft kali ini lebih berwarna.

Akar kultur kulit hitam lebih terasa sejak di Afrika..

Meski berbagai gaya dan dialog khas ala Afro-America sudah tidak berlaku lagi, namun film ini masih layak ditonton sebagai hiburan yang cukup seru dan menarik. 

Score: 2.5 / 4 stars | Pemain: Richard Roundtree, Frank Finlay, Neda Arnerić, Vonetta McGee, Debebe Eshetu, Marne Maitland, Frank McRae | Sutradara: John Guillermin | Produser: Roger Lewis | Penulis: Berdasarkan karakter karya Ernest Tidyman. Naskah: Stirling Silliphant | Musik:  Johnny Pate | Sinematografi: Marcel Grignon | Distributor: Metro-Goldwyn-Mayer | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 112 Menit 



review film shaft generasi kedua
Paramount Pictures
Shaft (2000)
 
Detektif polisi Kota New York yaitu John Shaft II (Samuel L. Jackson), selidiki kasus pembunuhan terhadap orang kulit hitam.

Terduga bahwa motif pembunuhan itu terkait rasisme, melalui seorang saksi mata bernama Diane (Toni Collette).

Tak lama kemudian, Diane menghilang hingga tak bisa hadir saat persidangan.

Terduga pelaku bernama Walter Wade Jr. (Christian Bale), seorang putra konglomerat namun akhirnya bebas dengan uang tebusan dan ia pun menuju Swiss.

Dua tahun berselang saat Wade kembali ke Amerika, ia kembali dikurung dalam penjara kota oleh Shaft. 

Dalam penjara, Wade berteman dengan Peoples Hernandez (Jeffrey Wright) pimpinan kriminal pengedar narkoba.

Wade kembali dibebaskan dengan tebusan yang membuat Shaft frustasi dan mengundurkan diri sebagai polisi.

Sementara itu, Wade menyewa Peoples untuk mencari Diane dan berniat membunuh nya sebelum Shaft menemukan Diane.

Sedangkan Shaft dibantu detektif Carmen Vasquez (Vanessa Williams) dan seorang supir taksi Rasaan (Busta Rhymes).

Mereka menemukan situasi semakin rumit, karena tidak hanya Wade dan Peoples saja yang memburu Diane dan diri nya.

Waralaba film Shaft dihidupkan kembali setelah absen 27 tahun lamanya, dengan memakai judul sama.

Figur baru John Shaft II yang diperankan Samuel L, Jackson merupakan keponakan John Shaft yang kembali diperankan Richard Roundtree melalui cameo dalam film ini. 

Baca juga: Shaft (2019) : Generasi Baru yang Setia pada Tradisinya 

Masih gunakan formula sama, film Shaft masih memiliki atmosfir kuat terhadap akar Blaxploitation dengan sentuhan modern.

Performa Jackson begitu sempurna, meski dia adalah John Shaft II, baik dari bahasa tubuh dan gaya bicara melalui dialog menohok namun cenderung lebih kasar.


ulasan sinopsis film shaft generasi kedua
Paramount Pictures
Serta tak lupa jaket kulit yang dipakai nya, brewok di wajah nya, namun perbedaan besar bahwa John Shaft II memiliki kepala botak.

Tentu saja performa ciamik Christian Bale sebagai Walter Wade Jr., mampu jadi sosok yang menyebalkan dan dibenci.

Hal itu menarik, mengingat di tahun yang sama, ia bermain dalam American Psycho

Begitu pula dengan performa meyakinkan Jeffrey Wright sebagai Peoples yang begitu kuat karakter nya.

Jalan cerita di awal terlihat sederhana, mampu dikembangkan lebih rumit melalui berbagai intrik karakter satu sama lain secara impresif. 

Penyajian film ini pun disampaikan cukup ringan dan menghibur melalui elemen black comedy.

Meski demikian, sejumlah adegan baku tembak diperlihatkan cukup brutal, serta berbagai aksi laga seru yang dinamis.

Sineas John Singleton mampu arahkan Samuel L. Jackson sebagai ikon Shaft generasi baru dan dikenang, tak kalah dengan John Shaft terdahulu.

Tema lagu yang dibawakan Isaac Hayes kembali hadir dengan versi baru David Arnold.

Scoring film ini masih pertahankan musik funky, jazz dan soul yang enak didengar, tanpa perlu dirusak hip-hop modern.

Score: 3 / 4 stars | Pemain: Samuel L. Jackson, Vanessa Williams, Jeffrey Wright, Christian Bale, Dan Hedaya, Busta Rhymes, Toni Collette, Richard Roundtree | Sutradara: John Singleton | Produser: Scott Rudin, John Singleton | Penulis: Berdasarkan karakter karya Ernest Tidyman. Naskah: Richard Price, John Singleton, Shane Salerno | Musik:  David Arnold | Sinematografi: Donald E. Thorin | Distributor: Paramount Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 99 Menit

Itulah sinema aksi laga review tiga generasi Shaft dalam lima film.

Comments