The Shining (1980) : Adaptasi Terbaik yang Dibenci oleh Stephen King

the shining adaptasi terbaik dibenci stephen king
Warner Bros Pictures

"Heeere’s Johnny!"

Sinema horor review
The Shining, sebuah adaptasi film terbaik yang dibenci oleh sang kreator, Stephen King. 

Bagi penggemar fiksi horor, berbagai novel karya Stephen King begitu populer sejak lama, namun bagi yang malas baca novel seperti saya ini.

Saya hanya cukup menonton film adaptasi karya Stephen King, sudah terasa puas sekaligus mengalami berbagai kengerian yang ada.

Dari sekian banyak film, The Shining (1980) yang digarap Stanley Kubrick merupakan adaptasi terbaik sepanjang masa, tapi malah dibenci oleh Stephen King sendiri.

Sebagai respon ketidaksukaan King terhadap adaptasi yang dilakukan Kubrick, ia sendiri akhirnya menggarap versi yang lebih setia dari novelnya dengan judul sama.

The Shining pernah kemudian kembali tayang melalui format mini seri di tahun 1997. 

Baca juga: 10 Film Adaptasi Stephen King Terfavorit 

Film The Shining versi 1980 awalnya dinilai medioker oleh para kritikus, namun seiring dengan berjalannya waktu kini menjadi salah satu film horor paling berpengaruh.

FIlm tersebut menghadirkan sebuah visi, gaya, serta arahan Stanley Kubrick yang unik dan tidak biasa.

Di tahun 2018, film The Shining masuk ke dalam National Film Registry oleh Library of Congress, sehingga telah menjadi bagian dari budaya populer khususnya dunia horor.
 
Di tahun 2013, Stephen King menerbitkan novel Doctor Sleep yang merupakan sekuel dari novel The Shining (1977). 

Novel Doctor Sleep kemudian diadaptasi sineas Mike Flanagan ke dalam film di tahun ini, yang menjadi bagian dari semesta bersama dengan film The Shining-nya Stanley Kubrick.

Film The Shining mengisahkan tentang seorang penulis yang baru sembuh kecanduan alkohol, bernama Jack Torrance (Jack Nicholson). 

Ia mendapat pekerjaan sebagai pengurus di sebuah hotel megah bernama Overlook, yang tidak akan operasional selama musim dingin.

Sebelum Jack menerima tawaran tersebut, seorang pimpinan hotel memperingati Jack untuk berhati-hati.

Tahun lalu seorang pengurus hotel sebelumnya, menjadi tidak waras dengan membunuh seluruh keluarganya.

Jack bersama dengan istrinya, Wendy (Shelley Duvall) dan putranya Danny (Danny Lloyd) lalu tiba di hotel tersebut saat hari pertama mulai tutup.

Mereka bertiga akhirnya ditinggal sendirian oleh semua staf hotel, melalui proses serah terima pekerjaan. 

Awalnya Jack menikmati pekerjaannya selagi menjaga hotel tersebut, dan ia pun mulai menulis.

Namun perlahan, sikap dan perilaku Jack lambat laun mulai berubah menjadi semakin aneh sekaligus menakutkan. 

Dalam sejumlah hari tersebut, Jack kembali kecanduan alkohol serta mengalami halusinasi akan berbagai visi yang mengguncang pikiran.

Demikian juga dengan Danny yang mendapatkan sebuah visi mengerikan akan kehadiran kekuatan supranatural yang mengganggunya.

review film the shining
Warner Bros Pictures

Akibat dari kekuatan supranatural yang menggangu mereka, Jack bersikeras melakukan apapun agar mereka tetap tinggal di hotel.

Namun hal itu ditentang Wendy yang semakin ketakutan terhadap berbagai kejanggalan yang menimpa Jack.

Wendy nekat membawa kabur Danny untuk segera meninggalkan tempat angker tersebut.

Stephen King sendiri benci adaptasi film ini, terkait akan arahan cerita serta pengembangan karakterisasinya. 

Boleh dikatakan bahwa penilaian karya sastra dengan film, adalah dua hal yang berbeda karena menyangkut visi dan mungkin selera.

Faktanya, film The Shining ini merupakan salah satu maha karya Kubrick selama berkarir, sekaligus sebagai salah satu film horor terbaik sepanjang masa.

Film ini juga kerap menjadi referensi dalam budaya populer.

Tak terasa selama hampir berdurasi 2,5 jam, saya larut menikmati film The Shining dari awal hingga akhir, tanpa ada jeda akan kejenuhan dalam satu atau dua adegan pun.


Saat film dimulai pun melalui alunan musik dari duet Carlos dan Elkind yang sangat terasa horornya.

Tema musik yang berbasis "Dies Irae" tersebut diiringi sekuen yang memperlihatkan indahnya landskap jalanan melalui hutan lebat, danau, lembah dan jurang.

Tampak sebuah mobil keluarga Jack Torrance melesat di atas aspal menuju ke sebuah hotel di kaki pegunungan yang terisolasi, jauh dari pemukiman.

Bagaikan burung elang, teknik sorotan kamera berupa fly-through, mengikuti arah sebuah mobil yang dikendarai Jack menuju hotel megah Overlook.

Tampak suasana hotel sunyi senyap di pagi yang cerah, menutup musim gugur yang sebagian area mulai tertutup oleh salju.

Penuturan film The Shining ini terbagi dalam empat bagian utama.

Bagian pertama yakni “The Interview”: saat Jack diwawancarai pimpinan dan personalia hotel tentang tugasnya sebagai pengurus di musim dingin.

Sang pewawancara membeberkan latar peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya melalui dialog.

Baca juga: Memburu 'Easter Egg' dalam Ready Player One (2018)

Adegan tersebut diselingi dengan pengenalan figur Danny yang berada di lokasi lain, memiliki kemampuan psikis.

Bagian kedua yakni “Closing Day”: Jack yang sepakat dengan pihak hotel, membawa keluarganya berkendara menuju hotel di hari-H penutupan selama musim dingin.


Jack melakukan serah terima dengan pengelola hotel, sedangkan poin menariknya, saat Danny bertemu dengan Dick Halloran (Scatman Crothers).

Teman baru Danny tersebut adalah seorang chef hotel yang sama-sama memiliki kekuatan psikis.

Bagian ketiga yakni “A Month Later”: Saat keadaan masih normal yang dialami oleh Jack, Wendy dan Danny yang tinggal dan melakukan aktivitas di hotel.

Tampak suasana sangat kuat, karena didukung cuaca akan turunnya badai salju.

Dalam bagian ini pula, diperlihatkan adegan saat Wendy dan Danny mencoba memasuki sebuah labirin di samping bangunan hotel.

Bagian keempat yakni terbagi menjadi beberapa penyebutan dari hari ke hari. 

Pada bagian inilah transisi akan keanehan, kejanggalan, hingga kengerian terjadi dengan sangat halus sekaligus kadang mengejutkan.

Hal itu diperkuat dengan mulai turunnya badai salju, sehingga keadaan semakin terisolir.

Dua figur Jack dan Danny mulai memperlihatkan dan berunjuk ‘kemampuan’ mereka dengan caranya masing-masing, yang tentunya berada di pihak yang ‘berlawanan’. 

ulasan film the shining
Warner Bros Pictures
 
Figur Jack diperankan sempurna oleh Jack Nicholson yang tidak perlu diragukan lagi sebagai seseorang yang sulit ditebak. 

Karakternya memiliki latar kelam yakni sebagai seorang mantan alkoholik yang cenderung mudah melakukan kekerasan.

Makanya kelemahan Jack dimanfaatkan oleh kekuatan jahat untuk melakukan sebuah ‘misi’, sama dengan seorang pengurus hotel terdahulu.

Namun di sisi lain, hal tersebut memberikan sinyal bahwa Jack nantinya bakal lebih mudah melakukan transformasi sebagai seseorang yang gemar melakukan kekerasan.

Performa Wendy yang dimainkan Shelley Duvall pun tak lebih sebagai seorang ‘penggembira’ tanpa eksploitasi psikologis.

Namun setidaknya Wendy punya pendirian kuat akan perlawanan terhadap Jack.

Tampaknya dalam poin tersebut, saya sependapat dengan Stephen King,bahwa performa Wendy yang medioker itu mampu ditutupi akting prima Nicholson.

Figur Danny sendiri meski diperlihatkan sebagai seorang anak yang tidak banyak berdialog, akan tetapi berbagai ekspresi dan akting.

Terutama saat Danny memiliki impresi sebagai “Tony” (sahabat imajinatif) melalui penyampaian nada suara yang berat, mampu mengangkat aura merinding.

Arahan Stanley Kubrick dalam mewujudkan visual berbagai sekuen dan adegan di film ini pun patut diacungi dua jempol.

Rangkaian image akan objek dan figur yang sejatinya merupakan interpretasi akan berbagai visi berupa surealisme, kontras dengan fantasi horor klise.

Hal tersebut ditandai dengan adegan ikonik saat tumpahan darah yang datang dari balik pintu lift, membanjiri ruangan koridor.

sinopsis film the shining
Warner Bros Pictures
 
Beberapa adegan dikenang yang tak mungkin terlupakan yakni perjumpaan Danny dengan dua anak perempuan kembar. 

Juga saat ia sedang bermain diatas karpet besar dengan ornamen khas, tiba-tiba ada sebuah bola kecil menghampirinya.

Atau bagaimana aksi Jack yang menggengam kapak, mendobrak dua pintu untuk menangkap Wendy dan Denny yang ketakutan dan berusaha melarikan diri.

Halusinasi Jack pun disajikan melalui beberapa adegan yang tak biasa, saat ia mulai minum di sebuah ballroom hotel dan mulai berteman dengan seorang bartender dan pelayan. 

Lalu ketika Jack memasuki Kamar 237, kedapatan seorang wanita yang menggodanya.

Merupakan ambiguitas yang sulit diterima oleh nalar, diperlihatkan di akhir cerita menjelang kredit penutup.

Namun narasi film ini mengungkapkan sesuatu yang tampaknya terrkoneksi dengan awal cerita, terutama salah satu dialog Jack dengan Wendy.

Hal tersebut mungkin saja disimbolkan melalui sebuah adegan saat Wendy dan Danny memasuki labirin.

Pada waktu yang bersamaan pula di dalam hotel, Jack mengamati miniatur labirin tersebut.

Baca juga: Doctor Sleep (2019) : Visi Brilian Sekuel 'The Shinng'

Kehebatan pengambilan sudut dan pergerakan sorotan kamera yang enak dilihat dalam menciptakan berbagai mise-en-scéne mengagumkan di film ini.

Secara konsisten The Shining mampu mempengaruhi perasaan audiens, melalui visual terhadap setting landskap, eksterior dan interior hotel.

Atau juga dengan segala dekorasi serta pernak-perniknya, serta pergerakan arah figur dan objek sekitar.

Aspek sound di film 
The Shining, mampu menyeimbangkan visual yang ada. 

Kubrick mampu mengatur kapan ada keheningan, atau dialog saja dengan ketenangan akan suasana yang terasing.

Hingga scoring yang terdengar begitu mengganggu, sehingga adrenalin pun bergejolak cepat dalam beberapa adegan tertentu. 

Tidak perlu ada jump scare murahan, tapi berhasil membuat jantung saya berdebar menantikan adegan mengejutkan selanjutnya.

Film The Shining merupakan salah satu adaptasi terbaik meski sekalipun Stephen King membencinya, melalui banyak keunggulan dari berbagai aspek dengan level tertentu.

Film ini tetap dapat dinikmati dalam perspektif umum dunia horor, sehingga banyak menginspirasikan film horor cerdas sejenis.

Itulah sinema horor review The Shining, sebuah adaptasi film terbaik yang dibenci oleh sang kreator, Stephen King. 

Score : 3.5 / 4 stars

The Shining | 1980 | Horor, Supranatural, Psikologis | Pemain: Jack Nicholson, Shelley Duvall, Scatman Crothers, Danny Lloyd | Sutradara: Stanley Kubrick | Produser: Stanley Kubrick | Penulis: Berdasarkan novel The Shining karya Stephen King. Naskah: Stanley Kubrick, Diane Johnson | Musik: Wendy Carlos, Rachel Elkind | Sinematografi: John Alcott | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat, Inggris | Durasi: 144 Menit

Comments