Memburu ‘Easter Egg’ dalam Film 'Ready Player One (2018)'

film ready player one
Warner Bros Pictures

Rasanya selalu istimewa di setiap film yang disutradarai Steven Spielberg, apapun tema yang diangkat, selalu menarik atensi audiens.

Tak lama berselang setelah menggarap film The Post (2017), Spielberg mempersembahkan sebuah petualangan di dunia video game untuk memburu “Easter Egg” dalam Ready Player One.

Perkembangan jaman seiring dengan kemajuan teknologi berbasis digital, sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk dunia game. Implementasi berupa virtual reality tampaknya semakin dekat dengan realita saat ini, menggantikan sejumlah perangkat yang ada.

Ready Player One yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ernest Cline, mengisahkan James Halliday (Mark Rylance) seorang kreator game terfavorit yakni OASIS, mewariskan sebuah kontes kepada para pemainnya, berupa perburuan ketiga kunci yang harus ditemukan oleh para peserta.

Maka pememangnya berhak mendapatkan “Easter Egg” dan memegang otoritas penuh terhadap OASIS. 

Di tahun 2045, seorang remaja pemain game dari pemukiman kumuh di kota Columbia bernama Wade Watts (Tye Sheridan), memiliki bakat dan pengetahuan tinggi terhadap OASIS dan Halliday, melalui avatar bernama Parzival.

Ia dalam dunia game bersahabat dengan Aech (Lena Waithe), Sho (Philip Zhao) dan Daito (Win Morisaki), sekaligus berkompetisi dalam memperebutkan ‘Easter Egg’ tersebut.

Dalam petualangannya, Parzival bertemu dengan karakter terkenal yakni Art3mis (Olivia Cooke) yang ia selamatkan dari ancaman bahaya.

Parzival berhasil mendapatkan kunci pertama, setelah menyelidiki arsip kehidupan pribadi Halliday di sebuah galeri bernama Halliday Journals, yang ditemani seorang Kurator (Simon Pegg).

review film ready player one
Warner Bros Pictures

Secara kebetulan, Aech, Sho, Daito, serta Art3mis pun menyusulnya setelah mendapatkan kunci pertama. Mereka akhirnya sepakat untuk menemukan kedua kunci lainnya bersama-sama.

Namun usaha mereka tersaingi oleh pimpinan perusahaan kompetitor bernama IOI, yakni Nolan Sorrento (Ben Mendelsohn) dan pasukannya yang diberi nama Sixers. Nolan dibantu oleh seorang pemain game handal, yakni i-R0K (T.J. Miller).

Ambisinya yakni merebut “Easter Egg” sekaligus menguasai OASIS.

Film Ready Player One yang erat dengan dunia game berupa virtual reality tersebut, mengingatkan saya akan sejumlah film sejenis seperti Tron (1982) dan sekuelnya, atau The Lawnmower Man (1992).

Perbedaannya yakni film ini lebih fokus kepada pencarian akan kehidupan pribadi seorang Halliday, jati diri serta heroisme Wade, serta tentunya mengangkat isu humanitas yang menjadi tipikal umum film Spielberg.

Boleh dikatakan klise, karakter Wade yang terobsesi dengan Halliday dan OASIS-nya, sebenarnya memiliki bakat luar biasa, kecerdasan serta kecerdikan.

Namun karena sebuah insiden yang memaksa dirinya dendam terhadap Nolan, maka ia bertekad menuntaskan sebuah misi besar, yakni meneruskan warisan dan visi Halliday. Ia mengalami proses penemuan jati diri, potensi besar dalam dirinya, jatuh cinta terhadap Art3mis, serta persahabatan sejati.

Wade terobsesi pada sosok Halliday sebagai seorang manusia jenius tetap memiliki segala kekurangannya, serta penasaran dengan masa depan OASIS.

Dinamika hubungan dengan seorang wanita yang dicintainya, yakni Kira dan sahabat sekaligus partner bisnisnya, Ogden Morrow, mampu memberikan simpati saya terhadap Halliday.

memburu easter egg
Warner Bros Pictures
 
Yang membuat cerita menjadi seru yakni pertemuan Wade dengan Art3mis serta tiga orang sahabatnya di dunia nyata, saat mereka diburu oleh anak buah Nolan yang kejam.

Masing-masing karakter mereka di dunia nyata pun unik dan mengejutkan, yang ternyata bisa menjadi pahlawan di dunia maya, sesuatu yang berlaku bagi para pemain game umumnya.

Masing-masing performa aktor/aktris yang namanya tidak saya kenal, memainkan perannya dengan cukup baik. Hanya ada nama Simon Pegg yang familiar bagi saya, meski aktingnya standar.

Yang disayangkan yakni sang antagonis Nolan, digambarkan sebagai seseorang yang terkesan kurang 'jahat atau kejam’ dan serba tanggung dalam bertindak, malah cenderung konyol. Kontras dalam dunia OASIS, karakter versi game-nya terlihat lebih beringas, bahkan ketika ia berubah menjadi Mechagodzilla.

Namun aktor Mark Rylance sebagai Halliday yang paling mencuri perhatian, sebagai seseorang yang kutu buku, jenius serta introvert.

Dialog yang paling dikenang dengan Wade menjelang akhir film, bisa jadi merupakan nilai utama dari filosofi cerita keseluruhan. Penampilan fisiknya mengingatkan saya akan karakter Garth Algar di film Wayne’s World (1992).

ulasan film ready player one
Warner Bros Pictures

Satu adegan absurd yang mengganggu saya, saat Samantha (Art3mis) menyelinap masuk ke dalam ruangan Nolan dan memainkan OASIS, lalu tanpa diketahui oleh Nolan dan sejumlah anak buahnya sendiri saat mereka mulai memasuki ruangan tersebut, ia bersembunyi kemudian menyelinap keluar melalui pintu lain.

Elemen thriller di film dirasa kurang optimal, meski ritme yang dimainkan seimbang antara suasana tenang, mengasyikan serta menegangkan, masih kalah dengan filmnya James Cameron, Avatar (2009).

Secara visual di sejumlah adegan, tampaknya Spielberg sengaja tidak membuat kekontrasan atau keindahan warna, malah cenderung lebih lembut dengan sedikit pengurangan saturasi, mrip film Saving Private Ryan, Munich serta The Post.

Apakah hal tersebut memang ingin fokus kepada para karakter utamanya? Bisa jadi! Efek animasi fantastisnya pun mirip dengan film yang diproduserinya yakni The Adventures of Tintin : The Secret of the Unicorn (2011).

Dinamika sorotan kamera dimainkan dengan cemerlang, baik dari zoom, kecepatan gerak maupun sejumlah sudut menawan, serta mudah dinikmati tanpa membuat kepala ‘pusing’.

Kekuatan utama Ready Player One tentu saja menjadi tribut terhadap budaya populer mulai dari era 70’an hingga 90’an, mulai dari lagu, karakter, objek, alur dan adegan integral, penampilan, hingga dialog yang tersaji.

film ready player one the shining budaya populer
Warner Bros Pictures
 
Bagi anda yang berusia 35 tahun keatas, pasti tersenyum atau tertawa sendiri, begitu banyak menemukan sesuatu yang fantastis sekaligus mengejutkan di hampir setiap adegannya, seperti :

Keterlibatan Parzival dan kawan-kawan yang memasuki dunia film horor The Shining (1980), adalah bukti kepiawaian Industrial Light & Magic secara fantastis mampu mengkombinasikan antara cuplikan adegan asli dengan animasi. Maka timbullah reproduksi berbagai adegan keterlibatan mereka menggantikan karakter Jack Torrance-nya Jack Nicholson.

Baca juga: The Shining (1980) : Adaptasi Terbaik yang Dibenci oleh Stephen King

Alur integral tersebut, memberikan dua opsi kepada penonton: Bagi yang pernah menonton The Shining, tentu saja bernostalgia secara menyenangkan dan seru. Namun bagi yang belum menontonnya, bisa menjadi rekomendasi sebagai salah satu film horor terbaik sepanjang masa.

Dalam dunia OASIS, banyak sekali karakter populer dan ikonik hadir, baik dari dunia musik, game, komik Superhero hingga tentu saja dunia film dari format animasi maupun live-action.
Sejumlah objek kendaraan pun tak kalah mentereng-nya, seperti yang dikendarai Parzival yakni mobil DeLorean dari trilogi Back to the Future atau sepeda motor yang dikendarai oleh Art3mis dari film animasi Jepang, yakni Akira (1988).

Perlunya ketajaman mata audiens dalam mengamati rangkaian sekuen balapan di kota New York, tampak berbagai setting ruang dari film seperti Last Action Hero (1993), Highlander (1986) hingga RoboCop (1987).

Baca juga: RoboCop (1987) : Satir Kapitalisme yang Ikonik

Sedangkan di kediaman Aech, terdapat sejumlah dekorasi serta pernak-pernik akan film berstatus cult serta yang populer, bahkan Parzival pun sempat berulang-kali merubah jubah dan penampilannya seperti penyanyi Prince, Michael Jackson hingga Simon LeBon. 

sinopsis film ready player one
Warner Bros Pictures
 
Zemeckis Cube yang dipakai oleh Parzival untuk ke masa lalu, merupakan referensi terhadap sineas Robert Zemeckis. Tampak pula berjajar mesin Ding-dong di sebuah etalase Halliday Journals.

Salah satu dialog menarik antara Parzival dengan Nolan, terkait sineas John Hughes yang terkenal menggarap sejumlah film remaja di era 80’an.

Sedangkan dalam adegan laga pun diperlihatkan aksi robot The Iron Giant meniru aksi T-800 dari film Terminator 2 : Judgement Day (1991), juga aksi Parzival mengangkat sebuah portable radio tape sambil berjalan meniru gaya dari film Say Anyhting (1986).

Baca juga: Terminator 2 : Judgment Day (1991), Dari Antagonis Menjadi Protagonis

Lagu Jump dari Van Halen menjadi pembuka film, sejak saat itu dalam beberapa adegan spesifik, diiringi sejumlah lagu klasik, termasuk reka ulang dari film Saturday Night Fever (1977).

Film Ready Player One merupakan salah satu kendaraan mewah untuk mengingatkan kembali atau bernostalgia, dengan merujuk banyak referensi budaya populer ikonik, sebagai bagian dari warisan antar generasi sepanjang masa.

Termasuk beberapa objek yang bahkan pernah disutradarai serta diproduseri oleh Spielberg sendiri, yang menjadi salah satu benefit baginya dalam urusan perizinan keterlibatan banyaknya warlaba di dalamnya.

Selain memburu “Easter Egg” para pemain game dalam film Ready Player One, juga menjadi kado istimewa Paskah dalam menemukan banyak sekali harta karun berupa budaya populer di dalamnya.

Score : 3.5 / 4 stars

Ready Player One | 2018 | Fiksi Ilmiah, Petualangan, Aksi Laga | Pemain: Tye Sheridan, Olivia Cooke, Ben Mendelsohn, T.J. Miller, Simon Pegg, Mark Rylance | Sutradara: Steven Spielberg | Produser: Steven Spielberg, Donald De Line, Dan Farah, Kristie Macosko Krieger | Penulis: Berdasarkan novel Ready Player One karya Ernest Cline. Skenario: Zak Penn, Ernest Cline | Sinematografi: Janusz Kamiński | Musik: Alan Silvestri | Distributor: Warner Bros Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 140 Menit

Comments