The Mandalorian : Sempalan ‘Star Wars’ Rasa ‘Western’

Dunia Sinema Review The Mandalorian
Lucasfilm, Disney+

“This is the Way”

Sinema petualangan fiksi ilmiah review serial The Mandalorian, sebuah sempalan Star Wars rasa Western.

Seharusnya begini cara memperlakukan waralaba Star Wars melalui serial The Mandalorian yang mendapatkan apresiasi dari penggemar dan audiens.

Kontroversial Disney tampaknya belum terhentikan sejak Star Wars: The Last Jedi (2017) yang berhasil memecah-belah penggemar global.

Kegagalan film Solo: A Star Wars Story (2018), hingga Star Wars: The Rise of Skywalker yang tampaknya meragukan sebagai penutup manis di penghujung tahun 2019.

Politik identitas yang ditudingkan terhadap pimpinan Lucasfilm yakni Kathleen Kennedy, sejak kehadiran sineas Rian Johnson dalam The Last Jedi, semakin nyata.

Lalu ada pemecatan sineas Phil Lord dan Christopher Miller yang digantikan Ron Howard dalam film Solo.

Terakhir adalah pemecatan Colin Trevorrow hingga kembalinya JJ Abrams dalam The Rise of Skywalker.

Adapun rencana trilogi selanjutnya yang masih simpang-siur antara Johnson atau pula duet Benioff dan Weiss yang akhirnya hengkang dari proyek tersebut.

Hal itu semakin menambah daftar ketidakmampuan Disney dalam menangani sebuah waralaba terpopuler tersebut.

Terlebih tanpa kembali melibatkan sang kreator George Lucas meski hanya sebagai konsultan, seperti yang diakui oleh CEO Disney, Bob Iger.

Iger dalam biografinya menyebutkan bagaimana Lucas kecewa saat menyaksikan film Star Wars: The Force Awakens.

Dalam masa trilogi sekuel ini, akhirnya Disney mampu memberikan apa yang penggemar inginkan.

Realisasi terwujud melalui serial The Mandalorian yang ditayangkan dalam rangka peluncuran jaringan digital Disney+.

Meski tidak diimplementasikan menjadi sebuah film lepas, sempalan Star Wars tersebut menjadi fenomena tersendiri di kalangan penggemar maupun audiens umum.


Dunia Sinema Review The Mandalorian
Lucasfilm, Disney+
 
The Mandalorian menjadikan serial yang paling diminati dalam permintaan tertinggi secara global di penghujung tahun ini menurut Parrot Analytics, seperti yang dilansir Forbes.

Serial tersebut mengambil basis dari figur Jango dan Boba Fett yang pernah muncul di trilogi orisinal dan prekuel Star Wars.

Mereka merupakan pemburu bayaran yang tampaknya memiliki organisasi misterius.

Baca juga: Trilogi Prekuel 'Star Wars' yang Layak Anda Tonton

Nama "The Mandalorian" merujuk kepada sebuah kaum pemburu bayaran misterius, yang kompak berlindung dengan helm penutup serta jubah perangnya.

Adapun identitas mereka secara perorangan, sulit untuk dikenali.

Maka dibuatlah serial tersebut dengan setting waktu pasca trilogi orisinal, tepatnya lima tahun setelah kejatuhan The Empire setelah peristiwa dalam film Return of the Jedi (1983).

Era tersebut menuju masa pembentukan The New Republic sebelum peristiwa film The Force Awakens.

Baca juga: Trilogi Orisinal 'Star Wars' yang Wajib Anda Tonton

Adalah sineas dan aktor John Favreau yang akhirnya mampu menciptakan sekaligus mengarahkan sebuah sempalan (spin-off) film Star Wars.

Kapasitas Favreau memang pantas terhadap penceritaaan maupun karakterisasi, melalui kentalnya elemen Western di jagad raya.

Atas rujukan seorang perantara bernama Greef Karga (Carl Weathers), Dyn Jarren alias The Mandalorian (Pedro Pascal) menerima tugas khusus.

Tugas tersebut datang dari The Client (Werner Herzog) yang terkoneksi dengan Pasukan Imperial Stormtrooper.

The Mandalorian diminta menemukan serta membawa target dengan identitas berusia 50 tahun.

Dunia Sinema Review The Mandalorian
Lucasfilm, Disney+
 
Dalam petualangannya, Jarren atau yang kerap dipanggil “Mando” oleh Karga, mempelajari sekaligus mempertanyakan misinya.

Dalam sebuah proses, Mando mengalami konflik internal dalam tindakan serta moralitas yang ia perjuangkan.

Jarred pun akhirnya bertindak dengan caranya sendiri guna menantang balik The Client, meski ia mendapat pertentangan dari banyak pihak.

Serial The Mandalorian sebagai sempalan Star Wars rasa Space Opera bercampur Western tersebut, ternyata diluar dugaan.

The Mandalorian selama ini mampu memberikan yang terbaik dari Disney kepada seluruh penggemarnya secara global.

Karakterisasinya terasa impresif apa adanya, terutama sang ikonik yakni The Mandalorian alias Mando (Jarred) itu sendiri.

Melalui figur misterius dengan wajah yang selalu bersembunyi dibalik helm tertutup, namun memiliki nurani kemanusiaan yang tinggi dibalik profesi komersial berupa uang dari klien.

Satu figur kunci yang begitu ikonik dan melegenda, menjadi yang terpenting dalam serial ini yang tampaknya secara magis terkoneksi dengan Jarred Sang Mandalorian.

Maka hal itu memberikan sedikit gambaran umum, bagaimana ketertarikan pihak Imperial terhadapnya.

Sehingga dalam beberapa episode selanjutnya, mungkin saja muncul figur antagonis utama yang menjalankan sebuah narasi besar.

Narasi tersebut bisa saja menjadi koneksi antara The Emperor dari trilogi orisinal, dengan New Order dari trilogi sekuel.

Dunia Sinema Review The Mandalorian
Lucasfilm, Disney+
 
Representasi Jarred terhadap kaumnya sendiri, tampak menegaskan bahwa mereka adalah para pemburu bayaran yang memiliki prinsip khusus.

Mereka menyingkap berbagai aksi sekaligus pengungkapan kebenaran, berdasarkan permintaan klien.

Sejumlah figur pendukung pun hadir bergiliran menghiasi setiap episode serial ini, seperti Karga sang pemimpin komunitas pemburu bayaran yang memiliki motif misterius.

Ada pula The Client yang seharusnya berada di pihak antagonis yakni The Imperial warisan Sang Emperor yang telah tewas. 

Sedangkan dalam beberapa episode berikutnya hingga artikel ini dipublikasikan, audiens diperkenalkan figur kuat seperti Cara Dune, Fennec Shand, Devaronian, Twi'lek, hingga Qin.

Berbagai dialog pun terdengar begitu lugas, terkadang singkat namun begitu mengena, layaknya ciri khas film western.

Dialog seperti: “Anyone else?”, “I have spoken”, “You stay, don’t move” dan lain sebagainya, kerap terdengar.

Sejumlah adegan aksi pun sengaja berada di berbagai daratan perkotaan dalam suasana gersang di padang gurun, maupun hamparan salju hingga di tengah hutan.

Mengingat film ini sepertinya merupakan tribut terhadap Spaghetti Western melalui adegan baku tembak, dan jarang sekali terdapat pertempuran di luar angkasa.

Dunia Sinema Review The Mandalorian
Lucasfilm, Disney+
 
Karena keterbetasan biaya berdasarkan format serial dan memang bergaya Western maupun gangster, maka The Mandalorian lebih fokus pada adegan di daratan.

Andaikan dalam episode selanjutnya mungkin dipadukan dengan figur Han Solo serta Jabba the Hutt, pasti bakal seru!

Secara visual pun terlihat fantastis dan mengagumkan, meski terdapat sentuhan akhir melalui CGI.

Namun saya meyakini sebagian besar efek spesial nya masih menggunakan teknik praktis.

Begitu pula dengan berbagai adegan laga yang ikonik layaknya koboi menghadapi para musuhnya itu.

Kehadiran beberapa objek ikonik seperti Speederbike, armor AT-ST, maupun mahluk klasik Jawa hingga Stormtrooper pun kembali hadir meramaikan serial ini.

Tema musik dan scoring ala Western hasil aransemen Göransson, begitu menggema di sepanjang cerita film.

Terlebhi tema musiknya menggema di akhir kredit, disertai sejumlah montase berupa efek lukisan terhadap sejumlah adegannya.

Serial The Mandalorian merupakan pencapaian terbesar Disney akan hasil kreasi dan menjadi bagian dari waralaba terpopuler di seluruh dunia.

Disney mampu mengikat kesetiaan karakterisasi akan legenda dalam hikayat Star Wars sebagaimana mestinya.

Hingga tulisan ini dipublikasi, serial The Mandalorian dieksekusi dengan baik.

Itulah sinema petualangan fiksi ilmiah review serial The Mandalorian, sebuah sempalan Star Wars rasa Western.

Score : 3.5 / 4 stars

The Mandalorian | Season 1 (2019) | Serial, Fiksi Ilmiah, Western, Space Opera, Petualangan, Aksi Laga | Pemain: Pedro Pascal, Carl Weathers, Werner Herzog, Omid Abtahi, Nick Nolte, Taika Waititi, Gina Carano, Giancarlo Esposito, Emily Swallow | Produser: John Favreau, Dave Filoni, Kathleen Kennedy, Colin Wilson | Penulis: Berdasarkan karakter karya George Lucas. Dikembangkan oleh John Favreau. Ditulis oleh: John Favreau, Dave Filoni, Rick Famuyiwa, Christopher Yost | Musik: Ludwig Göransson | Jaringan: Disney+ | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 31-39 Menit per Episode

Comments