Fried Green Tomatoes (1991): Saat Tawa, Tangis, dan Syok Menjadi Satu

fried green tomatoes tawa tangis syok jadi satu
Universal Pictures

Sinema drama review film Fried Green Tomatoes, saat tawa, tangis, dan syok menjadi satu.

Saat SMP saya tidak pernah menyukai film drama, maka Fried Green Tomatoes terlewatkan di layar bioskop.

Terlebih dalam arus utama, gaung film itu tidak kencang dan terkesan tidak populer, padahal pendapatan box office cukup tinggi.

Dengan biaya 11 juta dollar dan mampu mengumpulkan lebih dari 119 juta dollar, Fried Green Tomatoes juga mendapatkan kritik positif.

Selain itu dua nominasi Oscar berhasil didapatkan dalam kategori Aktris Pendukung Terbaik dan Adatpasi Naskah Terbaik.

Fried Green Tomatoes mengisahkan Evelyn (Kathy Bates) merasa seperti mendengar suara kereta api melintas, saat berada di depan sebuah kafe di kota terbengkalai.

Ia berusia 40'an, sedang mengalami krisis diri dalam rumah tangga. Saat itu ia dan suaminya hendak menuju rumah sakit.

Sambil menunggu suami Evelyn menjenguk bibinya, tak sengaja datanglah salah seorang pasien bernama Ninny (Jessica Tandy).

Evelyn dan Ninny pun larut dalam sebuah perbincangan, menyinggung sebuah kafe dekat lintasan kereta api.

Lalu Ninny mengisahkan kilas balik tentang Idgy Threadgoode yang menjadi tersangka hilangnya Frank Bennett.

fried green tomatoes kathy bates jessica tandy
Universal Pictures

Dimulai dalam era paska Perang Dunia I, mengisahkan keluarga Threadgoode yang akan melangsungkan pernikahan putri sulungnya.

Sebuah insiden menewaskan salah satu putra mereka Buddy yang tertabrak kereta, membuat putri bungsu mereka, Idgy semakin murung.

Beberapa tahun kemudian, keluarga Threadgoode mengizinkan kekasih Buddy yakni Ruth (Mary-Louise Parker) tinggal bersama mereka.

Idgy (Mary Stuart Masterson) yang beranjak dewasa, awalnya enggan karena tragedi masa lalu.

Namun perlahan hubungan mereka kembali pulih dan bahkan semakin akrab.

Idgy tampak kecewa karena ditinggal Ruth yang dinikahi Frank Bennett (Nick Searsy) pindah ke rumah baru beserta ibunya Ruth.

Kabar duka datang dari Ruth kepada keluarga Threadgoode perihal ibunya yang meninggal.

Mengetahui bahwa Bennett adalah pelaku kekerasan rumah tangga, Idgy mengambil tindakan.

Ia beserta kakaknya dan pembantu setianya Big George (Stan Shaw) menjemput Ruth untuk kembali tinggal bersama mereka.

Konfrontasi dan pergumulan pun terjadi dengan Bennett, yang akhirnya menyerah.

Ruth melahirkan seorang anak lelaki, dan bersama dengan Idgy mereka membuka kafe "Fried Green Tomatoes" di pinggir lintasan kereta api.  

review drama fried green tomatoes
Universal Pictures

Saat Bennett hendak merebut bayinya dari tangan Ruth, ia diserang oleh seseorang yang tak dikenal, hingga ia pun dinyatakan hilang.

Fried Green Tomatoes mengangkat tema LGBTQ dalam hubungan dan ikatan kuat antara Idgy dengan Ruth.

Adaptasi film ini menyajikan hal tersebut secara implisit dan ambigu, meski tampak jelas arah hubungan kedua figur itu.

Tak hanya kisah Idgy dengan Ruth saja, alur Evelyn dengan Ninny pun sama kuatnya meski dengan tema yang berbeda.

Evelyn semakin terobsesi dan terinspirasi oleh kisah dari Ninny tentang Idgy, sesuai dengan krisis yang dihadapinya.

Terlihat transisi Evelyn sejak semakin sering bertemu Ninny dengan kisahnya tentang Idgy.

Evelyn semakin percaya diri dan mampu menghadapi situasi sulit, baik terhadap problem rumah tangga maupun orang-orang di sekitarnya.

Sedangkan alur kilas balik, justru figur Ruth yang mengalami transisi meski mendapatkan kesan negatif karena pengaruh Idgy.

alur sinopsis fried green tomatoes
Universal Pictures

Ruth adalah tipe wanita sangat konservatif yang sepertinya terkekang jerat dogma agama.

Figur Idge sendiri digambarkan sebagai karakter yang tomboy dan pemberontak, sekaligus tangguh.

Performa para aktris dalam Fried Green Tomatoes sungguh brilian dan fantastis.

Siapa yang bisa menyangkal performa Kathy Bates sebagai Evelyn, yang sebelumnya memenangi Oscar dalam Misery (1990).

Baca juga: 10 Film Adaptasi Stepehn King Terfavorit

Bates berduet dengan sang legenda pemenang Oscar, Jessica Tandy sebagai Ninny.

Chemistry solid juga diperlihatkan duet dinamis Mary Stuart Masterson dan Mary-Louise Parker, masing-masing sebagai Idgy dan Ruth.

Khusus untuk Masterson, ia begitu meyakinkan berperan sebagai Idgy yang cuek namun berkarisma.

Narasi kilas balik Fried Green Tomatoes memang sesuai dengan sejarah Amerika dalam periode antara Perang Dunia I dan II.

Terlebih lokasi certianya berada di wilayah Selatan atau Southern America yang masih kental dengan rasisme di masanya.

ulasan film drama fried green tomatoes
Universal Pictures

Jadi jangan heran, penggambaran film ini memang sesuai realita.

Selama lebih dari dua jam lamanya, film ini mampu memberikan irama yang kaya bagaikan musik klasik.

Narasinya mampu membagi waktu berulang kapan saatnya audiens larut dalam kesedihan, tertawa girang dalam keseruan, senyum lepas, hingga syok terkejut bukan kepalang.

Merek "Fried Green Tomatoes at the Whistle Shop Cafe" telah terdaftar dan ikonik. 

Fried Green Tomatoes adalah contoh sebuah drama terbaik bertemakan LGBTQ dan feminisme klasik, tanpa ada unsur politik identitas.

Baca juga: 10 Karakter Wanita Heroik dalam Film

Penyampaian kisahnya sungguh impresif dan menyentuh, sekaligus terkadang membuat tawa dan girang, namun begitu syok dan mengejutkan.

Demikian sinema drama review film Fried Green Tomatoes, saat tawa, tangis, dan syok menjadi satu.

Score: 4 / 4 stars

Fried Green Tomatoes | 1991 | Drama, Komedi | Pemain: Kathy Bates, Jessica Tandy, Mary Stuart Masterson, Mary-Louise Parker, Cicely Tyson | Sutradara: Jon Avnet | Produser: Jon Avnet, Jordan Kerner | Penulis: Berdasarkan novel Fried Greent Tomatoes at the Whistle Shop Cafe karya Fannie Flagg. Naskah: Fannie Flagg, Carol Sobieski | Musik: Thomas Newman | Sinematografi: Geoffrey Simpson | Distributor: Universal Pictures | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 136 menit

Comments