Blue Velvet (1986): Drama Misteri Erotis dan Kekerasan yang Estetis
De Laurentis Entertainment Group |
Sinema drama review Blue Velvet, film misteri erotis dan kekerasan yang estetis.
Sebagai salah satu film drama suspens, Blue Velvet merupakan mahakarya dari David Lynch.
Sebelum Twin Peaks (1991) dan Mulholland Drive (2003), film Blue Velvet adalah unggulan Lynch yang berstatus cult classic.
Film ini juga sempat dinominasikan Oscar bagi Lynch untuk kategori Sutradara Terbaik.
Blue Velvet meluncurkan karir akting Isabella Rossellini, sekaligus mengembalikan popularitas Dennis Hopper.
Selain itu juga menjadi kolaborasi kedua bagi Lynch dan Kyle McLachan, setelah Dune (1984) dan sebelum Twin Peaks.
Adapun kerjasama Lynch dengan Laura Dern juga menjadi yang pertama sebelum film Wild at Heart (1990).
De Laurentis Entertainment Group |
Kontroversi tak lepas dari sosok Lynch, kali ini melalui Blue Velvet, erotisme dan kekerasan bercampur menjadi satu.
Sepulang menjenguk ayahnya dari rumah sakit, Jeffrey Beaumont (Kyle McLachan) tak sengaja menemukan potongan telinga.
Lalu barang bukti tersebut ia serahkan kepada teman ayahnya, yakni Detektif John Williams (George Dickerson).
Putri John yakni Sandy (Laura Dern) tak sengaja mendengarkan kasus tersebut, yang ia dengar dari kamarnya di atas ruang kerja ayahnya itu.
Melalui Sandy, Jeffrey mengetahui dugaan keterlibatan kasus tersebut, dengan seorang penyanyi bar yakni Dorothy (Isabella Rossellini).
Jeffrey pun berinisiatif menyelidikinya, dibantu oleh Sandy, dengan cara menyelinap ke dalam apartemen Dorothy.
De Laurentis Entertainment Group |
Namun apa yang ditemukan oleh Jeffrey selanjutnya adalah kejutan besar, termasuk aktivitas kriminal seroang psikopat.
Alur cerita Blue Velvet mudah diikuti untuk film tipe David Lynch yang seringkali bergaya surealis ataupun ambigu.
Sejumlah keanehan yang disajikan mewakili simbol atau makna tertentu, terjadi sejak akhir adegan pembuka.
Selanjutnya adalah aksi penyelidiikan Jeffrey dan Sandy yang memiliki ikatan kuat dua remaja tersebut.
Elemen neo-noir film ini terasa sangat kuat, dipengaruhi era 1950'an baik dari judul lagu dan film, serta setting waktu.
Baca juga: Blood Simple (1984): Kesetiaan, Komitmen dan Paranoia
Pengaruh kuat dari Alfred Hitchcock, Brian DePalma, hingga tipe Giallo pun hadir di sepanjang cerita.
Konsep penceritaan sepertinya terinspirasi dari sejumlah film tipikal Peeping Tom (1960) maupun Rear Window (1954), dengan gaya tersendiri.
Bedanya, insiden dalam cerita Blue Velvet, dimulai saat Jeffrey tak sengaja mengintip Dorothy dari dalam lemari.
Selebihnya adalah kenekatan Jeffrey menyelediki lebih jauh, karena keterikatan dan simpati dengan Dorothy.
Atmosfir yang hadir di film ini mampu menarik saya untuk fokus sekaligus menikmati setiap adegan yang sulit ditebak.
De Laurentis Entertainment Group |
Performa Rosellini dan khususnya Hopper, sungguh tak disangka dan mengejutkan. Begitu pula figur pendukung yang diperankan Dean Stockwell.
Dialognya menarik, adegannya pun penuh kejutan meski diperlihatkan dalam pace yang cukup lamban, tapi tetap menarik.
Visual estetis Blue Velvet jelas memperkuat suasana unik dan berbeda, melalui cahaya dan warna, baik lampu, interior, hingga busana.
Aspek erotisme di film ini cukup vulgas, begitu pula dengan kekerasan berdarahnya meski dalam tahap wajar.
Adegan puncak menuju penyelesaian akhir yang sangat intens, memuaskan saya.
Blue Velvet adalah sebuah contoh film drama suspens thriller terbaik dari David Lynch, layak untuk dinikmati.
Demikian sinema drama review Blue Velvet, film misteri erotis dan kekerasan yang estetis.
Score: 3.5 / 4 stars
Blue Velvet | 1986 | Drma, Suspens, Misteri, Thriller | Pemain: Kyle McLachlan, Isabella Rossellini, Dennis Hopper, Laura Dern, Hope Lange, George Dickerson, Dean Stockwell | Sutradara: David Lynch | Produser: Fred Caruso | Penulis: David Lynch | Musik: Angelo Badalamenti | Sinematografi: Frederick Elmes | Distributor: De Laurentis Entertainment Group | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 121 menit
Comments
Post a Comment