Once Upon a Time in Hollywood (2019) : Saga Epik Transisi Era ‘Klasik’ dan ‘New Wave’ Hollywood

saga epik film once upon a time in hollywood
Sony Pictures Releasing

Sinema crime drama review Once Upon a Time in Hollywood, saga epik transisi era Klasik dan New Wave Hollywood.

Boleh dibilang Quentin Tarantino adalah salah seorang sineas yang selalu membangkitkan kejayaan era American New Wave atau New Hollywood.

Once Upon a Time in Hollywood adalah saga epik yang ingin mengajak audiens bernostalgia sekaligus mengingat kembali era transisi.

Era tersebut berada di akhir masa Klasik atau Golden Age of Hollywood yang telah berlangsung sejak tahun 1920’an.

Lalu ditandai dengan gerakan baru menuju era New Wave Hollywood.

Bisa ditinjau dari semua film garapan Quentin Tarantino, memiliki gaya mulai dari era 1960’an hingga awal 1980’an.

Karya Quentitn Tarantino menekankan eksploitasi, termasuk kekerasan eksplisit serta umpatan dalam dialog.

Adapun gaya aksi laga ala film produksi Hongkong dan martial arts, sangat kentara, selain hingga sinematografi handal, serta soundtrack keren.

Tampak visi Quentin Tarantino terinspirasi dari Martin Scorsese, Brian De Palma, Francis Ford Coppola, William Friedkin, Sergio Leone hingga John Woo. 

Dari sejumlah genre telah ia garap, umumnya merupakan tribut terhadap sejumlah film klasik dengan pengaruh besar.

Selain menjadikan referensi terhadap sejarah perfilman Hollywood, narasi Once Upon a Time in Hollywood melibatkan peristiwa “Tate Murders” oleh “Manson Family”.

Adapun beberapa figur populer seperti Sharon Tate, Charles Manson, Bruce Lee, Steve McQueen, dan Roman Polanski hadir di film ini.

Once Upon a Time in Hollywood berada dalam masa budaya tandingan dari kaum hippies yang anti-perang.

Filmnya mengisahkan tahun 1969, bintang televisi serial western era 1950’an Bounty Law, yakni Rick Dalton (Leonardo DiCaprio) khawatir akan karir yang terancam.
 

once upon a time in hollywood transisi era klasik new wave
Sony Pictures Releasing

Seorang agen bernama Marvin Schwarz (Al Pacino) menyarankan dirinya untuk menjadi aktor dalam film jenis Spaghetti Western yang sedang populer saat itu.

Dalton memiliki sahabat sekaligus menjadi peran pengganti dalam film, yakni Cliff Booth (Brad Pitt).

Dalton pun kedatangan tetangga baru, seorang aktris bernama Sharon Tate (Margot Robbie) dan sineas Roman Polanski. 

Sharon Tate dan Roman Polanski pada malam harinya bersama dengan seorang penata rambut bernama Jay Sebring (Emile Hirsch), menghadiri pesta selebriti di Playboy Mansion.

Impian Dalton yakni ingin berkenalan dan berteman dengan tetangganya itu untuk memperbaiki status nya. 

Setelah membintangi sejumlah film dalam peran antagonis, Dalton akhirnya mendapat salah satu peran dalam serial percobaan berjudul Lancer.

Sementara Booth kebagian menjadi peran pengganti di serial The Green Hornet dan bahkan sempat berkelahi untuk pembuktian adu kekuatan dengan Bruce Lee di area studio. 

Lain halnya dengan Sharon Tate yang sedang menonton di bioskop, film yang ia perankan The Wrecking Crew (1969).
 
Baca juga: Enter the Dragon (1973): Jembatan Kultur 'Martial Arts' Sang Naga 
 
Suatu hari Booth curiga setelah bertemu dan mengantar seorang gadis hippie yang ternyata tinggal bersama dengan “Manson Family” di Spahn Ranch.

Ranch tersebut dimiliki oleh seorang teman Booth, yakni George Spahn.

Sedangkan Dalton berjuang memperbaiki reputasinya yang mulai redup melalui akting terhadap peran baru, guna menaikkan kembali karir nya.
 

review film once upon a time in hollywood
Sony Pictures Releasing

Saya menyadari bahwa mayoritas penggemar film di tanah air, terlebih generasi muda tampaknya kurang tertarik dengan Once Upon a Time in Hollywood.

Hal itu terlihat berdasarkan durasi tayang, serta jarak generasi terkait pengetahuan dan pengalaman budaya populer di era "New Hollywood".

Judul film ini terinspirasi dari filmnya Sergio Leone, Once Upon a Time in the West (1968) serta Once Upon a Time in America (1984).
 
Pada dasarnya, struktur cerita Once Upon a Time in Hollywood terbagi menjadi tiga bagian. 

Bagian pertama sekaligus utama, yakni petualangan duo figur fikti Dalton dan Booth yang berjuang memperbaiki karir, serta menaikkan reputasi status selebriti.

Keduanya membaur dan terkoneksi dallam rangkaian figur dan objek nyata, seperti Bruce Lee dalam serial The Green Hornet (1966-1967).

Ada pula figur aktor James Stacy dalam serial Lancer (1968-1970), Wayne Maunder, sineas Sam Wanamaker, juga Spahn Ranch yang dimiliki George Spahn.

Struktur kedua hanya sebagai pendukung, berdasarkan peristiwa nyata di tahun 1969 menjelang “Tate murders”.

Peristiwa tragis tersebut yakni pembunuhan terhadap Sharon Tate dan Jay Sebring yang dilakukan “Manson Family”.

Hal itu terkoneksi dengan sineas Roman Polanski dan aktor Steve McQueen, serta sejumlah figur populer lainnya.


ulasan once upon a time in hollywood


Struktur ketiga yakni “Manson Family”, saat Charles Manson mengunjungi rumah pasangan Polanski dan Tate.

Kemudian disusul aksi malam pembunuhan yang dilakukan empat orang anggota "Manson Family", serta kisah fiktif yang terkoneksi saat Booth mengunjungi Spahn Ranch.

Kelihaian Tarantino dalam kombinasi akan integrasi kisah fiktif duo Dalton-Booth dalam linimasa nyata tersebut, dieksekusi dengan cermat dan impresif.

Ditambah dengan elemen suspens realistis terhadap penggambaran “Manson Family”, mengingat pasti ada kekerasan yang sekiranya bakal berdarah-darah.

Alur cerita nya sulit ditebak, karena setiap adegan selanjutnya penuh dengan kejutan.

Dalam dua babak pertama memiliki rtime lambat, yang dijejali begitu banyak dialog meski diselingi sejumlah lagu Rock & Roll dan Pop di masa itu.

Tidak terdengar ada scoring yang mengiringi di setiap adegan..

Berbagai humor dialog dan adegan komedi ringan yang dilakukan Dalton, sungguh menghibur. 

Namun dengan catatan, jika anda memiliki pengetahuan budaya populer era New Hollywood, pasti akan tersenyum geli dan tertawa puas.

Ikatan emosional kuat antara Leonardo DiCaprio dan Brad Pitt masing-masing sebagai Dalton dan Booth, begitu kuat akan bromance keduanya. 

Dalton sering diberikan semangati oleh Booth, mulai dari proses kejatuhan hingga kebangkitan dirinya dalam krisis identitas status selebriti.

sinopsis once upon a time in hollywood
Sony Pictures Releasing
 
Dalton sempat kesulitan menghafal dialog dalam sebuah adegan serial Lancer, hingga akhirnya bertemu dengan aktris cilik semasa istirahat syuting.

Maka dialog terindah pun tercipta sebagai salah satu adegan dikenang dalam film ini.

Booth memang sahabat sejati Dalton, yang selalu sabar dan loyal serta selalu memberikan semangati. 

Sebagai veteran perang misterius, Booth rupanya sempat bermasalah dengan polisi dan menjadi sasaran gosip sebagai tersangka pembunuhan istrinya.

Hingga dalam adegan perkelahian dengan Bruce Lee, tiba-tiba istri seorang koordinator peran pengganti (Kurt Russell) muncul.

Ia mengusir Booth, saking benci terhadap Booth dan meyakini bahwa Booth adalah sosok kriminal. 

Performa Margot Robbie sebagai Sharon Tate, meski minim dialog dan terkesan sebagai pemanis belaka, malah menjadi figur kunci nyata terpenting di film ini.

Meski saya tidak begitu mengenal figur Sharon Tate, setap adegan yang dimainkan Margot Robbie mampu menimbulkan empati menjelang kematian nya.

Selain itu, performa Margaret Qualley sebagai gadis hippie bernama “Pussycat” pun tak kalah menarik.

Adegan menjelang berakhirnya babak kedua, dirasa menegangkan saat Booth memasuki sebuah rumah hendak menemui George Spahn.

Bagaimana tidak, karena kediaman nya itu dikuasai “Manson Family” dengan sikap ambigu dan tidak ramah.

saga epik era klasik once upon a time in hollywood
Sony Pictures Releasing
 
Sedangkan puncak aksi penuh kejutan besar berlangsung di akhir babak ketiga, saat empat anggota “Manson Family” hendak membunuhi orang kaya.

Rumah Dalton dan Sharon Tate pun termasuk incaran mereka.

Adegan humor kembali muncul saat mereka hendak melancarkan aksinya, melalui aksi brutal meriah.

Laga tersebut penuh kekejaman serta kekerasan dipadukan dalam gaya dark comedy menjadi satu, namun sesekali mengundang tawa.

Boleh dibilang, Once Upon a Time in Hollywood bagaikan parodi Straw Dogs (1971) dengan sebuah penyelesaian memuaskan.


Elemen sinematografi film ini impresif, mengingat sejumlah adegan kilas balik tanpa harus mengungkap keseluruhan cerita melalui narator oleh suara Kurt Russell.

Maka tercipta adegan “film dalam film” seakan audiens menonton Dalton di kehidupan nyata, sekaligus dirinya saat dalam syuting film.

Rekaman artifisial bergaya retro dari film fiktif Dalton berjudul The 14 Fists of McCluskey, tampak ia beraksi dengan pelontar api.

Hal itu menjadi referensi dari film Quentin Tarantino sendiri yakni, Inglourious Basterds (2009).

Sedangkan yang membuat saya geli, saat Dalton berdialog dengan aktor James Stacy.

Dikatakan bahwa Dalton tidak mendapatkan peran yang malah jatuh ke tangan Steve McQueen dalam film The Great Escape (1963).

saga epik era new wave once upon a time in hollywood
Sony Pictures Releasing
 
Lalu adegan diselingi dengan klip film tersebut, diperlihatkan Dalton menggantikan McQueen dalam peran sebagai Virgil Hilts, tampak berdialog dengan perwira Nazi di kamp tahanan perang. 

Meski demikian, masih tetap kentara manipulasi suntingan nya.

Juga sejumlah rekaman klip lain, baik kombinasi orisinal maupun artifisial, mampu membedakan visual terhadap adegan di film itu sendiri.

Melalui format hitam-putih dalam serial fiktif Bounty Law, maupun beberapa film lainnya dengan penurunan piksel serta saturasi.

Bahkan hingga logo pembuka Columbia Pictures pun diperlakukan dengan gaya sama terhadap film Bounty Law, sebelum membuka adegan.

Once Upon a Time in Hollywood merupakan saga epik duo Dalton-Booth dalam masa  transisi era Klasik dan New Wave Hollywood, merupakan nostalgia tersendiri.

Film ini menjadi penegasan akan kejayaan dan awal permulaan revolusi budaya populer ikonik.

Dalam dunia perfilman Hollywood saat itu, sejumlah film yang dirilis memiliki pengaruh besar sekaligus sebagai landasan dan basis terhadap sejumlah film modern saat ini.

Once Upon a Time in Hollywood memang bukan tipe generik bagi semua audiens, tapi sanga baik untuk persepsi penikmat film sesungguhnya.

Demikian sinema crime drama review Once Upon a Time in Hollywood, saga epik transisi era Klasik dan New Wave Hollywood.

Score : 3.5 / 4 stars 

Once Upon a Time in Hollywood | 2019 | Drama, Komedi, Petualangan | Pemain: Leonardo DiCaprio, Brad Pitt, Margot Robbie, Emile Hirsch, Margaret Qualley, Timothy Olyphant, Austin Butler, Dakota Fanning, Bruce Dern, Luke Perry, Al Pacino. Narator: Kurt Russel | Sutradara: Quentin Tarantino | Produser: David Heyman, Shannon McIntosh, Quentin Tarantino | Penulis: Quentin Tarantino | Sinematografi: Robert Richardson | Distributor: Sony Pictures Releasing | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 161 Menit

Comments