6 Film Alien yang Wajib Anda Ketahui

review enam film alien fiksi ilmiah horor xenomorph
20th Century Fox

Sinema fiksi ilmiah, review enam film Alien yang wajib anda ketahui.

Dari sekian banyak mahluk luar angkasa yang ikonik, Xenomorph merupakan salah satu yang terpopuler bersama dengan Predator.

Dimulai dari film perdananya, Alien (1979) hingga yang terbaru hingga tulisan ini dipublikasi, yakni Alien: Covenant (2017), cukup banyak menghasilkan varian Xenomorph.

K
esuksesan global waralaba Alien terjadi karena duet penulis Dan O’Bannon dan Ronald Shusett, desainer H.R. Giger, serta dua sineas Ridley Scott dan James Cameron.

Baca juga: 4 Film Predator yang Wajib Anda Ketahui 

Figur Ellen Ripley yang diperankan Sigourney Weaver, adalah musuh bebuyutan mahluk Xenomorph ganas dalam empat filmnya secara beruntun. 

Ripley juga menjadi salah satu karakter wanita heroik favorit banyak orang.

Selain empat filmnya terutama kegagalan film yang terakhir, terdapat pula dua film crossover dengan mahluk Predator.

Keduanya kerap disandingkan satu-sama lain, serta dua film prekuel dan rencana satu lanjutannya yang kembali ditangani Ridley Scott.

Tentu saja format komik, buku, permainan video games serta figurin turut memeriahkan waralaba Alien.

Film perdananya pun masuk dalam daftar National Film Registry oleh Library of Congress, selain mendapatkan tiga Oscar dalam kategori teknis.

Tampaknya masa depan waralaba Alien fokus kepada cerita prekuel, semenjak sulitnya mengembangkan sekuel dari film Alien: Resurrection (1997). 

Berikut adalah ulasan singkat enam film Alien:  

review ulasan film alien sigourney weaver
20th Century Fox

Alien (1979)

In space, no one hear your scream.

Kapal kargo luar angkasa Nostromo dalam perjalanannya kembali menuju Bumi, mendeteksi sinyal yang berasal dari sebuah bulan.

Maka seluruh kru kapal mendatanginya, sebagai bagian dari protokol korporasi terkait penelitian ilmiah kehidupan ekstraterstrial.

Kru Nostromo dipimpin oleh Kapten Dallas (Tom Skerritt), serta Perwira Eksekutif Kane (John Hurt) dan Perwira Ripley (Sigourney Weaver).

Anggotanya yakni Navigator Lambert (Veronica Cartwright), Peneliti Ilmiah Ash (Ian Holm), serta dua orang teknisi yakni Parker (Yaphet Kotto) dan Brett (Harry Dean Stanton).

Sebuah insiden di bulan tersebut menimpa salah satu kru yang terserang oleh mahluk asing,  dengan lepasnya mahluk “Xenomoph” kecil yang menjadi besar di kapal Nostromo.

Mereka pun berupaya untuk menangkap serta membunuhnya, namun sebuah jebakan telah disiapkan sejak awal.

Menyaksikan kembali film Alien, terasa semakin membaik sekaligus mampu mengapresiasi lebih.

Film ini menjadi sebuah mahakarya untuk menjadi terobosan baru, dalam genre fiksi ilmiah-horor, dalam menonjolkan aspek suspens dan thriller mengerikan.

Atmosfir yang sangat mencekam, intensitas terasa nyata, rasa penasaran yang dibangun perlahan disusun rapih namun akhirnya terbongkar satu-persatu.

Semuanya disajikan utuh dalam penceritaan serta karakterisasi yang kuat, sehingga tiga tahun kemudian hanya bisa diimbangi dengan film tipikal, yakni The Thing (1982).

Alien diisi dengan jajaran pemain terkenal dan berkualitas atau ensemble cast, karena sulit ditebak siapa yang akan bertahan terakhir dan bakal menjadi ikon heroik saat itu.

Tujuh figur yang merupakan kru Nostromo memiliki karakter yang unik satu-sama lain, seperti Ripley yang kritis, Parker yang banyak omong, serta Brett yang kocak.

Belum lagi Lambert yang ketakutan, atau Ash yang dingin. Semuanya terekam dalam dialog dan aksi yang diarahkan dengan apik oleh Scott.

Banyak kejutan signifikan di film ini khususnya bagi anda yang belum pernah meyaksikannya dan jangan sekalipun mengetahui bocoran ceritanya! 

Sejumlah adegan jump scare di film ini sungguh berkualitas, menjadi contoh yang patut bagi film horor modern.

Pergerakkan kamera yang terkadang mengelilingi interior kapal Nostromo, maupun gerak seperti shaky camera saat kru mengunjungi sebuah bangunan besar di sebuah bulan misterius, menjadi salah satu kelebihan visual yang enak dilihat.

Efek bocornya kapal Nostromo karena tumpahan darah dari indung semang Xenomorph yang mengandung zat asam, tak kalah impresifnya.

Terlebih dalam adegan puncak saat mahluk tersebut dengan mulut bergetar dengan deretan gigi super tajam, mengeluarkan tumpahan air liur, sebelum muncul senjata mematikan dari mulutnya.

sinopsis ulasan film alien 1979
20th Century Fox

Berbagai miniatur terperinci, permainan optik kamera serta manipulasi sorotan, menjadi hal yang klasik sejak film 2001: A Space Odyssey (1968) dan Star Wars (1977)

Detail kapal Nostromo yang super besar itu, lengkap dengan sejumlah antena runcing menyeramkan, menegaskan kesan yang sama terhadap genre filmnya.

Eksistensi mahluk Xenomorph dalam semua adegan diperlihatkan secara cerdas, karena tidak utuh berkat teknik pengambilan gambar melalui sudut dan pencahayaan yang pas.

Apalagi dalam adegan pembantaian terhadap salah satu kru yang disaksikan oleh seekor kucing “Jones”. Wajar, mengingat keterbatasan teknologi dan mungkin biaya saat itu.

Namun diantara semua efek, hanya sound yang terdengar begitu jelas sekaligus ‘mengganggu’ di semua adegan sepanjang cerita film. 

Efeknya begitu superior dan sungguh efektif dalam membawa emosi dan suasana, sesuai dengan tagline filmnya itu sendiri.

Film Alien sudah pasti menjadi unggulan terbaik dalam waralabanya, juga dalam kategori fiksi ilmiah, menginspirasikan sejumlah film sejenis.

Contohnya adalah Species (1995) yang juga didesain oleh H.R. Giger dan bahkan ada kemiripan dengan monster dalam film Pumpkinhead (1988).
       
Score: 4 / 4 stars

review aliens james cameron
20th Century Fox

Aliens (1986)

This time it's war.

Ripley (Sigourney Weaver) telah tertidur selama 57 tahun lamanya setelah peristiwa di kapal Nostromo, dan diselamatkan oleh kru kapal lain. 

Meski klaim-nya diragukan oleh pihak korporasi yang tak lain adalah Weyland-Yutani Corporation, ia dibebastugaskan dan menjalani psikoterapi.

Sebuah bulan yang dinamakan LV-426, lokasi yang membawa malapetaka bagi kru Nostromo sebelumnya, kini telah dihuni oleh koloni manusia. 

Namun penemuan telur Xenomorph di sebuah tempat yang sama, membawa malapetaka bagi koloni tersebut.

Burke (Paul Reiser) selaku perwakilan korporasi, membujuk Ripley sebagai pengamat untuk melakukan misi penyelamatan bersama dengan pasukan marinir mendatangi LV-426. 

Sempat ditolak Ripley meski dirinya kerap bermimpi buruk, akhirnya mau bergabung, asalkan membasmi Xenomorph.

Mereka akhirnya menuju lokasi tersebut, sementara Ripley yang paranoid, gusar terhadap seorang android bernama Bishop (Lance Henriksen).

sinopsis aliens sigourney weaver
20th Century Fox

Ia pun memperingati para marinir yang tampak meremehkan situasi, seperti Hudson (Bill Paxton) maupun Vasquez (Jenette Goldstein). 

Apa yang terjadi selanjutnya, malah lebih kompleks dari semestinya.

Selama durasi sekitar 2,5 jam, tanpa terasa Aliens sungguh sebuah sekuel mahakarya sepanjang masa.

Film ini mampu menyamakan kualitas terdahulunya, melalui pendekatan yang berbeda dan lebih berawarna.

James Cameron saat itu hanya bermodalkan film The Terminator (1984) serta naskah Rambo: First Blood Part II (1985), mampu membawa waralaba tersebut menuju level tertinggi.

Aliens menggenjot adrenalin tanpa mengurangi elemen thriller dan horor yang intens. Cukup brutal, lebih mengerikan dan meriah, bahkan memperluas dunia Xenomorph itu sendiri.

Sebagai sineas yang menulis naskah dari pengembangan cerita bersama David Giler dan Walter Hill, kepiawaian Cameron teruji dalam karakterisasi Ripley yang semakin tangguh dan disukai.

Ripley pula didukung oleh sekelompok marinir dengan senjata dan amunisinya, menghasilkan ikatan kuat dirinya dengan figur Hicks (Michael Biehn).

Hal krusial bagi Ripley bagaikan menemukan kembali putrinya, dalam figur Newt (Carrie Henn) melalui beberapa adegan dramatis emosional.

ulasan aliens sekuel
20th Century Fox

Selain Biehn yang menjadi langganan Cameron dalam beberapa filmnya, juga ada figur Hudson sang penggerutu dan selalu panik yang diperankan begitu meriah oleh Bill Paxton.

Figur Vasquez juga menjadi contoh nyata, bagaimana memperlakukan karakter wanita jagoan seharusnya, hingga menarik simpati audiens. 

Sedangkan kekonyolan bagaikan dua ‘badut’, terdapat pada figur Gorman sebagai pemimpin marinir serta Burke yang menyebalkan.  

Beberapa dialog satu baris dari Ripley, Hudson, Vasquez hingga Hicks yang menjadikan mereka ikonik, adalah bukti mumpuni Cameron melalui naskahnya itu.

Kali ini mahluk Xenomorph telah berkembang pesat dengan jumlah banyak, namun kejutan terbesarnya tentu saja kehadiran Alien Queen.

Melalui postur yang besar, Alien Queen sungguh menyeramkan, saat pertama kali disorot dalam latar pencahayaan agak remang, sambil gerak kamera mengelilingi di sekitarnya.

Aliens memang impresif baik dari penceritaan, karakterisasi, dialog, aksi laga meriah, objek dan set desain futuristik, efek spesial termasuk visual dan sound, hingga scoring meyakinkan.
       
Score: 4 / 4 stars

review ulasan alien 3 sigourney weaver
20th Century Fox

Alien 3 (1992)

3 Times the Suspense. 3 Times the Danger. 3 Times the Terror.

Sesaat setelah peristiwa di film sebelumnya, kebocoran menimpa kapal Sulaco.

Akibatnya Ripley (Sigourney Weaver) terdampar di planet Fiorina “Fury” 161, sebuah habitat berupa penjara khusus pria dengan penjagaan maksimum.

Rupanya embrio Xenomorph terbawa dari kapal Sulaco dan masuk ke dalam salah satu binatang peliharaan.

Maka lahirlah mahluk Xenomorph dengan gerakan mirip binatang berkaki empat.

Kedatangan Ripley menjadi tanda tanya bagi mereka, termasu dokter Clemens (Charles Dance) yang semakin akrab dengannya. 

Pihak korporasi yang mengetahui hal tersebut akan menjemput Ripley sebagai prioritas utama, sementara mahluk Xenomorph mulai membantai para tawanan.

Anehnya, Xenomorph tidak mampu untuk membunuh Ripley dan malah menghindar darinya. 

Menyadari hal tersebut, dibantu oleh pimpinan tawanan sekaligus spiritual bagi mereka, Ripley mulai menyusun jebakan terhadap Xenomorph, dengan keterbatasan alat dan tanpa senjata.

Film Alien 3 tampak kembali kepada narasi film perdananya secara umum, dengan menekankan elemen fiksi ilmiah thriller atau horor.

Namun saya rasa hal itu dieksekusi oleh David Fincher hingga kebablasan menuju jurang kegelapan, terasa begitu monoton.

Kebetulan saya menyaksikan versi Assembly Cut dengan durasi hampir 2,5 jam lamanya, yang tetap saja tidak mempengaruhi nilai saya terhadap film tersebut sejak awal. 

sinopsis alien 3 david fincher
20th Century Fox

Ciri khas penyutradaraan Fincher tentu saja bernuansa gelap atau muram, dengan pewarnaan sepia dan cenderung senada di film ini, kontras dengan film sebelumnya, .

Alien 3 tidak lagi fokus kepada mahluk Xenomorph, melainkan karakterisasi dan hubungan antar figur dalam habitat penjara yang jauh dari dunia modern futuristik.

Ceritanya bagaikan kembali kepada abad pertengahan yang kental dengan logat Britania-nya dan banyak dijejali dengan dialog dan eksplorasi psikologis sejumlah figur tawanannya.

Minimnya kehadiran Xenomorph diperparah dengan efek CGI awal di jamannya, karena gerakkan merangkak, merayap dan berlari kencang layaknya binatang atau serangga.

Maka, tidak ada lagi kengerian nyata seperti yang dipertontonkan dalam film perdananya. 

Alien 3 seharusnya menjadi sekuel terakhir, karena saya setuju dengan solusi yang terjadi pada figur Ripley di akhir cerita.
       
Score: 1.5 / 4 stars

review ulasan alien ressurection
20th Century Fox

Alien: Resurrection (1997)

Tahun 2379 di dalam kapal USM Auriga membawa 
kloning Ripley 8 (Sigourney Weaver) dengan DNA campuran dirinya sebagai manusia dengan mahluk Xenomorph.

Kapal militer tersebut dipimpin Jenderal Perez (Dan Hedaya), lengkap dengan para ilmuwan, termasuk memelihara Xenomorph Queen untuk berkembang biak.

Untuk percobaan ilmiah, mereka membeli sejumlah manusia yang diculik dalam keadaan tertidur ketika berada di luar angkasa, dari para perompak yang dipimpin Elgyn (Michael Wincott).

Kelompok Elgyn sempat berkonfrontasi dengan Ripley 8, hingga muncul sang kreator Dr. Wren (J.E. Freeman), yang menjelaskan segalanya.

Salah seorang kru Elgyn yakni Call (Winona Ryder) diam-diam mengendap hendak membunuh Ripley.

Ia tertangkap basah oleh anak buah Perez, sehingga terjadi keributan yang mengakibatkan baku tembak dengna kelompok Elgyn.

Hal tersebut dimanfaatkan para mahluk Xenomorph untuk melarikan diri dan mulai membantai mereka.

Alien: Resurrection hingga saat ini merupakan sekuel Alien terakhir sebagai film penutup terburuk, melalui eksekusi akhir yang cukup berantakan hampir di semua aspek.

Ide cerita Ripley yang dipaksakan karena ‘tak pernah mati’ dari Joss Whedon memang menggelikan dan tidak hal baru mengenainya.

Untung saja Sigourney Weaver masih memerankan Ripley yang dibuat lebih badass karakternya.

sinopsis alien ressurection
20th Century Fox

Selain itu, figur Call yang diperankan Winona Ryder dengan tipikal seseorang yang ‘lugu’ namun mengundang tanda tanya besar, menjadi figur kunci serta menyimpan sebuah kejutan.

Sementara figur lainnya diperlakukan cukup buruk, terutama gaya komik Jenderal Perez yang diperankan Dan Hedaya, serta performa medioker Ron Perlman dan Brad Dourif. 

Dialog di film ini pun tidak berkesan dan monoton, selain kebanyakan kata “sumpah-serapah”.

Efek spesialnya sedikit mengalami peningkatan dibandingkan film terdahulu, terutama aksi menyeramkan Xenomorph yang menyelam di dalam air.

Sedangkan gaya aksi laga film ini secara keseluruhan cukup impresif, namun sayangnya terlalu brutal dan sadis dibandingkan dengan tiga filmnya.

Varian mahluk baru terkesan aneh tapi lumayanlah sebagai penyegaran. 

Bersama dengan Alien 3, film Alien: Resurrection memang tidak hancur-lebur, namun sulit sekali bagi saya untuk menonton kembali suatu saat.
       
Score: 1 / 4 stars

review film prometheus ridley scott
20th Century Fox

Prometheus (2012)

They went looking for our beginning. What they found could be our end. We came from them.

Di tahun 2089, sepasang arkeologis Shaw (Noomi Rapace) dan Holloway (Logan Marshall-Green) menemukan lukisan di dinding gua yang memperlihatkan peta bintang para leluhur manusia.

Adapun Weyland Corporation yang dimiliki Peter Weyland, mendanai perjalanan Shaw dan Holloway beserta sejumlah tim peneliti dan kru.

Ekspedisi tersebut dipimpin Vickers (Charlize Theron), dengan menumpangi pesawat luar angkasa Prometheus menuju ke sebuah Bulan yang dinamakan LV-223.

Selama dua tahun perjalanan, seorang android korporasi bernama David (Michael Fassbender) memonitor aktivitas di kapal dan seluruh kru yang tertidur.

Saat mendarat di LV-223, harapan mereka untuk bertemu langsung dengan para Engineer, sebutan untuk para leluhur manusia, tampak sirna.

Mereka hanya menemukan sejumlah jasad Engineer di dalam sebuah bangunan misterius.

Namun dibalik semua itu, ada ancaman organik berbahaya bagi mereka semua yang menyebabkan seluruh Engineer tewas, apalagi manusia.

sinopsis prometheus
20th Century Fox

Prometheus merupakan titik awal sebuah konsep terpisah dari semesta film Alien.

Film ini bukan prekuel langsung dari Alien (1979), meski tetap berhubungan satu-sama lain yang terdapat dalam adegan akhir.

Kata “Prometheus” sendiri memang filosofis dan memiliki multi tafsir atau makna yang erat kaitannya dengan penciptaan dalam mitologi Yunani.

Juga maknanya ditujukan terhadap penelitian ilmiah modern, hingga doktrin relijius seperti yang dialami figur Shaw melalui latar belakang masa kecilnya, menuju akhir kisah cerita.

Dimulai dari sejumlah film tentang mahluk Xenomorph menuju masa lalu tentang Engineer adalah sesuatu yang bisa dikatakan terlampau besar dan jauh.

Meski demikian,  secara penceritaan memang menarik sekaligus menantang.

Dalam pemanfaatan teknologi digital seperti CGI masa kini, penggambaran dalam film Prometheus berdasarkan efek spesial serta visual sangat impresif.

Hal itu disajikan melalui instrumen atau layar digital dalam pesawat, serta tentunya sejumlah mahluk dan entitas organik termasuk Engineer, jelas sangat terasa perbedaannya dengan Alien.

Bagaimanapun juga, arahan solid dari sineas yang pernah menangani film perdananya, yakni Ridley Scott menampilkan gaya baru yang lebih dinamis dan berwarna.

Tanpa mengurangi intensitas thriller dan nuansa horor mencekam, film ini mengandalkan CGI yang memang kalah daripada efek praktis.

Yang ‘terseram’ tentunya adalah adegan bedah diri yang terasa mual di perut saya tatkala menyaksikan filmnya di layar bioskop saat itu.

Sedangkan porsi jump scare nyaris tidak terasa, ditambah dengan pace yang sedikit menjenuhkan.

ulasan prometheus prekuel alien
20th Century Fox

Untung saja hal tersebut terobati dengan sejumlah visual indah dan megah nan-eksotis, terutama dalam adegan pembuka yang memperlihatkan landskap menakjubkan.

Adapun suasana langit mendung di LV-223, beserta interior fasilitas para Engineer yang selalu bernostalgia dari film Alien (1979) tak kalah menariknya.

Jajaran ensemble cast mulai dari Rapace, Fassbander, Theron, Elba hingga Pearce lumayan menghibur saya, tapi hanya performa Fassbender-lah yang mampu mengesankan.

Figur David sebaagi android yang berbeda dari empat film Alien dan cenderung mengarah kepada film Scott lainnya, Blade Runner (1982).

Promeheus memang mengundang rasa penasaran saya tentang Engineer lebih lanjut, namun sayangnya malah dilanjutkan dengan Alien: Covenant yang semakin membingungkan.
       
Score: 3 / 4 stars

review ulasan alien covenant
20th Century Fox

Alien: Covenant (2017)

11 tahun setelah ekspedisi kapal Prometheus, terdapat sebuah kapal besar Covenant 
menuju planet Origae-6.

Kapalnya berisikan dua ribu koloni, lebih dari seribu embrio manusia, serta empat belas orang kru, yang dimonitori oleh seorang android bernama Walter (Michael Fassbender).

Sebuah insiden spontan mengakibatkan tewasnya kapten kru dalam keadaan tidur panjang, sehingga Oram (Billy Crudup) menggantikannya. 

Dalam proses perbaikan kapal, mereka tak sengaja menemukan sebuah sinyal yang berasal dari planet terdekat dan diduga ada kehidupan yang bisa menjadi habitat baru mereka.

Adapun istri mendiang kapten, yakni Daniels (Katherine Waterston) meragukan hal tersebut sebelum memastikan keadaan planet.

Ia malah bersikeras melanjutkan perjalanan menuju Origae-6, sesuai dengan visi suaminya.

Keputusan yang diambil Oram sudah bulat dan mereka pun menggunakan pesawat mendarat di planet tersebut yang mirip dengan Bumi. 

Pada saat mereka mendatangi arah sinyal, dua orang kru terpapar organisme asing sehingga menjadi sakit, lalu berbagai kejadian mengerikan menimpa mereka.

Sungguh mengecewakan tatkala arahan yang berbeda dilakukan oleh Ridley Scott sendiri, alih-alih melanjutkan petualangan figur Shaw, malah seakan terjebak kepada hal yang sama berulang-kali.

sinopsis alien covenant
20th Century Fox

Kini entah berapa film dalam ruang lingkup “prekuel Alien”, terkonsentrasi pada figur android David atau Walter yang kembali diperankan Michael Fassbender.

Hal itu terkait dengan proses kreasi dan munculnya mahluk Xenomorph atau varian awalnya, sehingga mematikan “dunia Engineer”.

Alien: Covenant malah terkesan membosankan terutama terhadap karakterisasi Walter itu sendiri, b
agaimana ia menghadapi sesuatu yang mengejutkan. 

Gaya penuturan Blade Runner kembali terulang dalam dialog jenuh yang dijejali oleh sejumlah hal yang filosofis.

Meski demikian di satu sisi, ada hal tak terduga dan menjadi sebuah pelintiran tragis yang memang sangat disayangkan.

Sementara kehadiran Fassbender memang unik, ditambah dengan penampilan Katherine Waterston sebagai Daniels cukup meyakinkan dan menarik.

Alien: Covenant memang tidak buruk amat seperti Alien: Resurrection, namun narasinya cukup mengganggu sehingga malah tidak menyajikan hal yang baru dan lebih segar tentunya.
       
Score: 1.5 / 4 stars

Itulah sinema fiksi ilmiah, review enam film Alien yang wajib anda ketahui.

Comments